Analisis Puisi:
Puisi "Tarawih" karya Dimas Indiana Senja adalah ungkapan perasaan cinta yang indah yang dihubungkan dengan pengalaman beribadah Tarawih, salah satu ritual Islam selama bulan Ramadan. Puisi ini menggambarkan bagaimana cinta dan ibadah dapat saling berhubungan dan menciptakan perasaan kehadiran yang mendalam.
Sentuhan Religius: Puisi ini mengawali perjalanan cinta dengan menyebut "basmalah," yang merupakan kata pembuka dalam Al-Qur'an yang mengandung makna perlindungan dan berkah dari Allah. Penulis menggunakan unsur religius ini untuk menghubungkan perasaan cinta dengan spiritualitas.
Gaya Bahasa dan Metafora: Puisi ini mengandung metafora dan bahasa yang kaya. Misalnya, "kita gurat di langit malam penuh bintang" menggambarkan perasaan bersemangatnya di awal hubungan. "Saat semesta mendenyutkan ayat-ayat kerinduan" adalah contoh lain dari metafora yang menghubungkan alam semesta dengan perasaan cinta.
Tarawih sebagai Metafora: Puisi ini menggunakan peribadahan Tarawih sebagai metafora untuk cinta. Penulis menggambarkan keintiman dalam doa bersama, di mana "Kau dan aku saling doa dalam rakaat yang sama." Ini menciptakan gambaran tentang dua orang yang mendekatkan diri dalam ibadah untuk mencapai cinta yang mendalam.
Perasaan Kepercayaan: Puisi ini menggambarkan perasaan kepercayaan dan keyakinan bahwa meskipun perjalanan cinta mungkin penuh tantangan, "kita akan menemu jalan pulang." Ini menciptakan perasaan positif dan harapan dalam puisi.
Penggabungan Cinta dan Spiritualitas: Puisi ini menggabungkan perasaan cinta yang mendalam dengan pengalaman spiritual, menciptakan harmoni antara dua aspek penting dalam kehidupan manusia.
Puisi "Tarawih" adalah penggabungan yang indah antara perasaan cinta dan pengalaman keagamaan. Penulis dengan bijak menggunakan metafora dan bahasa yang indah untuk menggambarkan perasaan-perasaan ini, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan merenungkan. Puisi ini mempertimbangkan hubungan antara cinta dan keyakinan spiritual, menciptakan karya yang memiliki pesan yang mendalam.
Karya: Dimas Indiana Senja