Puisi: Suasana (Karya Leon Agusta)

Puisi "Suasana" karya Leon Agusta adalah refleksi mendalam tentang kecemasan, nostalgia, harapan, dan pengampunan. Melalui penggunaan metafora dan ...
Suasana

Cemas datang berbisik
Ingatan mengabur
Rindu terpaku dalam sepatu tua

Tak tahu angan ke mana mau menuju

Ada dendang masa kanak
Mengusir kecemasan
Doa sebelum tidur

Akankah esok masih datang pagi
Membawa salam
Dari nama yang terabaikan?

Semua sudah dimaafkan
Sebab kita pernah bahagia

15 Februari 2010

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Suasana" karya Leon Agusta adalah karya yang menggambarkan perasaan cemas, nostalgia, dan harapan dalam balutan kata-kata yang penuh makna. Melalui penggunaan metafora yang halus dan imaji yang kuat, Agusta menciptakan suasana yang melibatkan pembaca dalam refleksi mendalam tentang kehidupan, kenangan, dan pengampunan.

Cemas dan Kenangan yang Mengabur

Puisi ini dibuka dengan baris "Cemas datang berbisik / Ingatan mengabur" yang menggambarkan rasa cemas yang menghampiri secara diam-diam, hampir tak terlihat namun tetap hadir. Ingatan yang mengabur mencerminkan bagaimana kenangan menjadi semakin samar seiring waktu, menciptakan rasa kehilangan dan ketidakpastian.

"Rindu terpaku dalam sepatu tua" adalah metafora yang kuat, menunjukkan bagaimana kerinduan terperangkap dalam sesuatu yang lama dan usang, mungkin menunjukkan hubungan atau kenangan masa lalu yang masih membekas namun tak lagi aktif.

Kebingungan dan Harapan

"Tak tahu angan ke mana mau menuju" menggambarkan kebingungan dan ketidakpastian tentang masa depan. Ini mengisyaratkan perasaan terjebak antara masa lalu dan masa depan, tanpa arah yang jelas.

"Ada dendang masa kanak / Mengusir kecemasan / Doa sebelum tidur" membawa pembaca kembali ke masa kecil, di mana lagu-lagu dan doa memberikan rasa aman dan ketenangan. Ini menunjukkan bagaimana kenangan indah dari masa lalu bisa memberikan kenyamanan di saat-saat cemas.

Harapan dan Pengampunan

Bagian terakhir dari puisi ini menyentuh harapan dan pengampunan. "Akankah esok masih datang pagi / Membawa salam / Dari nama yang terabaikan?" menunjukkan harapan akan masa depan yang lebih baik, di mana pagi membawa harapan baru dan mungkin, pesan dari mereka yang telah terlupakan.

"Semua sudah dimaafkan / Sebab kita pernah bahagia" adalah penutup yang menggugah, mengingatkan pembaca bahwa pengampunan adalah bagian penting dari kehidupan. Meskipun ada kesalahan dan kenangan yang menyakitkan, kebahagiaan yang pernah dialami memberikan alasan untuk memaafkan dan melanjutkan hidup.

Puisi "Suasana" karya Leon Agusta adalah refleksi mendalam tentang kecemasan, nostalgia, harapan, dan pengampunan. Melalui penggunaan metafora dan imaji yang kuat, Agusta mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan yang mungkin mereka alami sendiri.

Puisi ini membuka dengan cemas yang berbisik dan kenangan yang mengabur, menggambarkan ketidakpastian dan kerinduan yang terperangkap dalam masa lalu. Dengan mengenang masa kecil yang penuh dengan lagu dan doa, Agusta menunjukkan bagaimana kenangan indah bisa mengusir kecemasan saat ini.

Bagian akhir puisi ini membawa harapan akan masa depan yang lebih baik dan pentingnya pengampunan. Mengingat kebahagiaan yang pernah dialami memberikan alasan untuk memaafkan dan melanjutkan hidup.

Puisi "Suasana" adalah karya yang menggugah dan menyentuh, menciptakan suasana refleksi yang mendalam dan memberikan pesan penting tentang harapan dan pengampunan dalam hidup kita.

Leon Agusta
Puisi: Suasana
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.