Puisi: Silsilah Kepada SW (Karya Harta Pinem)

Harta Pinem melalui puisi "Silsilah Kepada SW" berhasil menyampaikan refleksi mendalam tentang sejarah, identitas, dan keheningan batin. Puisi ini ...
Silsilah Kepada SW

Di antara bebatuan andesit kau mengaduh erang pada sepi candi
sambil memahami makna batu zaman
berguling dari ketinggian awan
menghadap ke hamparan bintang-bintang
aku di sini tengadah bersama para pecundang
menghitung beribu kisah kenangan
serta gulungan peristiwa beribu abad lampau
celoteh nini tudung dan nina bobok para leluhur
di keheningan daun-daun
maka beri aku tambo serta silsilah martarombo 
biar kuledakkan segala keruwetan sejarah di diri
aku ingin hening bagai batu sungai
bersamamu dan kicau burung pagi
meretas kebisingan dengan hati seteguh karang

Medan, 2007

Analisis Puisi:

Harta Pinem, seorang penyair Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang mendalam dan reflektif, menulis puisi "Silsilah Kepada SW" sebagai sebuah eksplorasi tentang sejarah, identitas, dan keheningan batin. Puisi ini menggambarkan hubungan yang kompleks antara masa lalu dan masa kini, serta pencarian makna di tengah kekacauan sejarah.

Bebatuan Andesit dan Sepi Candi: Simbol Keabadian

Puisi dimulai dengan gambaran yang kuat tentang bebatuan andesit dan sepi candi. Bebatuan andesit, yang sering digunakan dalam bangunan candi, melambangkan keabadian dan keteguhan. "Kau mengaduh erang pada sepi candi" menggambarkan rasa sakit dan perjuangan dalam memahami makna sejarah dan waktu yang terkandung dalam batu-batu tersebut. Sepi candi menciptakan suasana yang hening dan sakral, tempat di mana penulis mencari pemahaman tentang masa lalu.

Memahami Makna Batu Zaman

Penyair menggambarkan perjalanan "berguling dari ketinggian awan menghadap ke hamparan bintang-bintang," yang mencerminkan pencarian spiritual dan intelektual untuk memahami makna dari sejarah yang tertulis di bebatuan. Ini adalah perjalanan introspektif yang menghubungkan penyair dengan alam semesta dan kekekalan waktu.

Tengadah Bersama Para Pecundang

"Di sini tengadah bersama para pecundang" mencerminkan rasa rendah hati dan kesadaran akan kegagalan manusia dalam menghadapi sejarah. Penyair merasa dirinya bagian dari mereka yang telah gagal memahami atau menghadapi masa lalu. "Menghitung beribu kisah kenangan serta gulungan peristiwa beribu abad lampau" menunjukkan upaya untuk menyusun kembali potongan-potongan sejarah dan kenangan yang telah lama hilang.

Celoteh Nini Tudung dan Nina Bobok Para Leluhur

Bagian ini membawa pembaca ke dalam dunia lisan tradisional, di mana "celoteh nini tudung dan nina bobok para leluhur" menjadi pengingat akan cerita-cerita dan lagu-lagu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di sini, penyair mencari "tambo serta silsilah martarombo" untuk memahami dan mendamaikan diri dengan sejarah keluarganya dan identitasnya sendiri.

Keheningan dan Keteguhan Hati

"Aku ingin hening bagai batu sungai, bersamamu dan kicau burung pagi" adalah ungkapan keinginan untuk mencapai kedamaian batin dan ketenangan. Batu sungai melambangkan keteguhan dan keheningan yang abadi, sementara kicau burung pagi adalah simbol kehidupan baru dan harapan. Penyair ingin "meretas kebisingan dengan hati seteguh karang," menunjukkan keinginan untuk menghadapi tantangan hidup dengan keteguhan dan ketenangan yang kuat.

Simbolisme dan Pesan Moral

Puisi "Silsilah Kepada SW" penuh dengan simbolisme yang kaya dan mendalam. Setiap elemen dalam puisi ini—dari bebatuan andesit hingga kicau burung pagi—mencerminkan berbagai aspek dari pencarian identitas dan pemahaman sejarah. Harta Pinem menggunakan bahasa yang puitis untuk menggambarkan perjalanan emosional dan intelektual dalam memahami masa lalu dan mencari kedamaian dalam kekacauan sejarah.

Harta Pinem melalui puisi "Silsilah Kepada SW" berhasil menyampaikan refleksi mendalam tentang sejarah, identitas, dan keheningan batin. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan masa lalu dan bagaimana sejarah membentuk identitas mereka. Dengan simbolisme yang kaya dan bahasa yang indah, Harta Pinem mengajak kita untuk mencari kedamaian dan keteguhan hati di tengah kekacauan sejarah dan kehidupan. Puisi ini adalah pengingat akan pentingnya memahami dan mendamaikan diri dengan masa lalu untuk mencapai kedamaian batin.

Harta Pinem
Puisi: Silsilah Kepada SW
Karya: Harta Pinem

Biodata Harta Pinem:
  • Harta Pinem lahir pada tanggal 25 Juni 1958 di Juhar, Tanah Karo, Sumatera Utara.
  • Harta Pinem meninggal dunia pada tanggal 24 Agustus 2021 di Medan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.