Puisi: Si Belang (Karya ED Jenura)

Puisi "Si Belang" karya ED Jenura tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan hubungan erat antara kucing dan manusia, serta bagaimana ...

Si Belang


Mamah! Mamah! Itu si Belang!
Dina tangkal gagalacangan!
Kumaha lamun geubis?
Ari ucing osok nangis?

Cenah nyawa ucing salapan
Tapi si Belang bangor pisan
Dua kali ngadupak lomari
Tigujubar ka kulah gé sering

Si Belang kabur ka jalan
Ampir kagéléng mobil sédan
Gelut jeung ucing sadu
Mulang bari raca tatu

Hiji dua tilu opat
Lima genep tujuh dalapan
Geuning nyawana kantun hiji!
Turun, Belang, ngarah salamet diri!

Mamah! Mamah! Geura uninga!
Si Belang pinter kacida
Luncat tina tangkal kapuk
Bari ngabaheum cucunguk

2023

Analisis Puisi:

Si Belang adalah puisi karya ED Jenura yang dengan cerdas menggambarkan kehidupan sehari-hari seekor kucing bernama Si Belang. Melalui bait-bait yang penuh dengan petualangan dan kejenakaan, puisi ini menggambarkan kelincahan, keberanian, dan kepintaran Si Belang dalam menghadapi berbagai situasi.

Kecemasan dan Kekhawatiran

Puisi ini dimulai dengan panggilan penuh kecemasan dari seorang anak kepada ibunya, ketika melihat Si Belang di atas pohon:

Mamah! Mamah! Itu si Belang!
Dina tangkal gagalacangan!
Kumaha lamun geubis?
Ari ucing osok nangis?

Bait ini mencerminkan kepedulian dan kekhawatiran seorang anak terhadap kucing kesayangannya. Anak tersebut takut Si Belang jatuh dan mengalami cedera, menciptakan suasana tegang dan penuh perhatian.

Keberanian dan Keusilan Si Belang

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan betapa beraninya Si Belang, meskipun ia sering terlibat dalam situasi berbahaya dan usil:

Cenah nyawa ucing salapan
Tapi si Belang bangor pisan
Dua kali ngadupak lomari
Tigujubar ka kulah gé sering

ED Jenura menggunakan mitos umum tentang kucing yang memiliki sembilan nyawa untuk menunjukkan keberanian Si Belang yang tak kenal takut. Meskipun ia sering menjatuhkan lemari dan terjatuh ke kolam, Si Belang tetap melanjutkan petualangannya tanpa rasa takut.

Petualangan di Jalanan

Bait berikutnya menceritakan bagaimana Si Belang kabur ke jalan dan hampir tertabrak mobil:

Si Belang kabur ka jalan
Ampir kagéléng mobil sédan
Gelut jeung ucing sadu
Mulang bari raca tatu

Si Belang tidak hanya berani menjelajahi jalanan yang berbahaya, tetapi juga terlibat dalam pertarungan dengan kucing lain. Ia pulang dengan luka-luka, menunjukkan betapa tangguhnya ia dalam menghadapi berbagai tantangan.

Hitungan Nyawa Si Belang

Anak tersebut mulai menghitung nyawa Si Belang, menyadari bahwa ia hanya memiliki satu nyawa yang tersisa:

Hiji dua tilu opat
Lima genep tujuh dalapan
Geuning nyawana kantun hiji!
Turun, Belang, ngarah salamet diri!

Hitungan ini menunjukkan betapa seringnya Si Belang menghadapi bahaya. Dengan hanya satu nyawa yang tersisa, anak tersebut mengingatkan Si Belang untuk berhati-hati demi keselamatannya.

Kepintaran Si Belang

Di bait penutup, ED Jenura menunjukkan kepintaran dan kelincahan Si Belang:

Mamah! Mamah! Geura uninga!
Si Belang pinter kacida
Luncat tina tangkal kapuk
Bari ngabaheum cucunguk

Si Belang dengan lihai melompat dari pohon kapuk sambil menangkap serangga. Ini menggambarkan kemampuan Si Belang yang luar biasa dalam mengatasi berbagai situasi dengan cerdas dan tangkas.

Puisi "Si Belang" karya ED Jenura adalah cerita penuh warna tentang kehidupan seekor kucing yang penuh petualangan. Melalui bait-bait yang menggambarkan kecemasan, keberanian, dan kepintaran, ED Jenura berhasil menangkap esensi dari karakter Si Belang. Puisi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan hubungan erat antara kucing dan manusia, serta bagaimana kepedulian dan kasih sayang dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi
Puisi: Si Belang
Karya: ED Jenura
© Sepenuhnya. All rights reserved.