Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak (Karya S.K. Insan Kamil)

Puisi "Sajak" karya S.K. Insan Kamil adalah puisi yang mengeksplorasi tema-tema kesedihan, keputusasaan, dan pencarian makna hidup dengan cara yang sa
Sajak
Buat:
R Pratikto – smg
J. Herawaty – Tjl
H. Suhajar – Btn
Herman AM – Bdg

Kalau nafas sesak
dada remuk tercampak di pantai retak
Dan awan masih lantang berteriak
memberi kabar
tentang fajar
tenggelam 1000 tahun

ah, kawan, cita + cinta
cuma menambah parah segala luka.

Banyak cerita di dunia ini,
tentang kapal karam, darah + luka
tentang bintang berjatuhan di atas bumi
dan cerita kemenangan hari pagi

Tapi semua itu bagiku sendiri
dongeng belaka, tak perlu dipuja.

Satu lagi cerita ganjil kawan,
tentang bintang dan bulan mimpi
yang sangat kejam membisu hati manusia
dengan sinar cahayanya.
Akulah salah satu manusia dalam cerita itu

Ingin tahu kau kawan isi hatiku?
Dengar, dengar don juan + sorga.

(ah, Hajar, mengapa kau katakan perburuanku tak ada
dan cuma hatiku sendiri semata?
Mengapa? Mengapa kau ikut menyakiti hatiku
seperti gadis-gadis juwita,
yang berteguh pegang kunci rahasia cinta)

Siang malam aku berdoa kepada Tuhan
Tuhan yang bertahta di langit dan di mana-mana
Supaya mimpiku menjelma pagi-pagi......

Katakanlah aku orang gila
kini hampir mati.

Kalau mati setengah jalan
Tak 'kan kuserahkan perkara ini pada siapapun juga
Sebab aku sendiri pembunuhnya.

Sumber: Siasat (24 Februari 1952)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak" karya S.K. Insan Kamil menawarkan sebuah perjalanan emosional yang mendalam melalui tema kesedihan, kegalauan, dan pencarian makna hidup. Dengan gaya bahasa yang puitis dan metaforis, puisi ini menggambarkan sebuah perjuangan batin yang penuh dengan konflik dan keraguan.

Pengantar dan Gaya Bahasa

Puisi dimulai dengan deskripsi visual yang kuat tentang keadaan emosional dan fisik:

"Kalau nafas sesak / dada remuk tercampak di pantai retak / Dan awan masih lantang berteriak / memberi kabar / tentang fajar / tenggelam 1000 tahun."

Frasa-frasa seperti "nafas sesak" dan "dada remuk" langsung mengarahkan pembaca ke dalam rasa sakit dan kepedihan yang mendalam. Penggambaran ini menggunakan bahasa yang intens dan metaforis untuk menekankan perasaan penderitaan dan ketidakberdayaan.

Konflik Internal dan Kesedihan

Puisi ini menggambarkan konflik internal dan kesedihan yang dirasakan oleh penyair:

"ah, kawan, cita + cinta / cuma menambah parah segala luka."

Kombinasi antara cita (ambisi) dan cinta dipandang sebagai penyebab tambahan dari luka batin, menunjukkan bahwa bahkan hal-hal yang umumnya dianggap positif dapat menambah beban emosional. Ini menggarisbawahi kesedihan dan keputusasaan yang mendalam.

Cerita dan Simbolisme

Penyair menyebutkan berbagai cerita dan simbolisme:

"Banyak cerita di dunia ini, / tentang kapal karam, darah + luka / tentang bintang berjatuhan di atas bumi / dan cerita kemenangan hari pagi."

Cerita-cerita tersebut, seperti kapal karam dan bintang berjatuhan, mewakili tragedi dan kekecewaan dalam hidup. Namun, bagi penyair, cerita-cerita ini hanyalah "dongeng belaka" yang tidak perlu dipuja atau diperhatikan secara serius. Ini menunjukkan sikap skeptis dan kekecewaan terhadap kisah-kisah heroik atau idealis yang tidak memberikan solusi nyata terhadap penderitaan pribadi.

Pencarian Makna dan Keputusasaan

Penyair merasakan keputusasaan yang mendalam dan pencarian makna yang sia-sia:

"Ingin tahu kau kawan isi hatiku? / Dengar, dengar don juan + sorga."

Pernyataan ini mencerminkan kebingungan dan ketidakmampuan untuk menemukan kepuasan atau jawaban dalam cinta dan kehidupan. Penyair merasa terasing dan tidak puas dengan kehidupan, bahkan menggambarkan dirinya sebagai "salah satu manusia dalam cerita itu" yang terjebak dalam kegelapan.

Dialog dan Konfrontasi

Dialog dengan Hajar menunjukkan konfrontasi batin yang mendalam:

"(ah, Hajar, mengapa kau katakan perburuanku tak ada / dan cuma hatiku sendiri semata? / Mengapa? Mengapa kau ikut menyakiti hatiku / seperti gadis-gadis juwita, / yang berteguh pegang kunci rahasia cinta)"

Hajar, yang tampaknya merupakan sosok penting dalam hidup penyair, dianggap telah menyakiti hati penyair dan mengabaikan perjuangannya. Ini menunjukkan konflik emosional dan kemarahan terhadap orang-orang yang dianggap tidak memahami atau menghargai penderitaan penyair.

Doa dan Keterputusan

Penyair mengungkapkan doanya kepada Tuhan:

"Siang malam aku berdoa kepada Tuhan / Tuhan yang bertahta di langit dan di mana-mana / Supaya mimpiku menjelma pagi-pagi......"

Doa ini mencerminkan harapan dan keputusasaan penyair untuk menemukan perubahan atau pencerahan. Namun, penyair merasa terasing dan kehilangan harapan, seolah-olah doa-doanya tidak didengar.

Kesimpulan dan Penutup

Puisi ini diakhiri dengan pernyataan yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan:

"Kalau mati setengah jalan / Tak 'kan kuserahkan perkara ini pada siapapun juga / Sebab aku sendiri pembunuhnya."

Penyair merasa bahwa kematian adalah hasil dari kegagalannya sendiri dan menganggap dirinya sebagai penyebab penderitaannya. Ini adalah penutup yang kuat, menekankan rasa putus asa dan kesendirian yang mendalam.

Puisi "Sajak" karya S.K. Insan Kamil adalah puisi yang mengeksplorasi tema-tema kesedihan, keputusasaan, dan pencarian makna hidup dengan cara yang sangat emosional dan reflektif. Dengan bahasa yang intens dan simbolisme yang kaya, puisi ini membawa pembaca untuk merenung tentang penderitaan pribadi dan konflik batin yang mendalam. Karya ini mencerminkan pandangan yang skeptis terhadap cerita-cerita idealis dan menyoroti rasa keputusasaan yang dirasakan penyair dalam pencariannya akan makna dan pemulihan.

S.K. Insan Kamil
Puisi: Sajak
Karya: S.K. Insan Kamil

Biodata S.K. Insan Kamil:
  • S.K. Insan kamil (nama lengkapnya adalah Sirullah Kaelani Insankamil) lahir pada tanggal 22 Februari 1928 di Jatiseeng Ciledug, Cirebon.
  • S.K. Insan kamil meninggal dunia pada tanggal 3 Oktober 1990.
  • S.K. Insan kamil pernah menggunakan beberapa nama samaran: Sirullah, Sirullah Kaelani, Sirullah I.K, dan S.K. Kamil.
© Sepenuhnya. All rights reserved.