Pendar Lilin
di lintas lalang kehidupan
lilin-lilin berpendar
membakar diri
lalu habis
karena cinta
ada lilin di mata ibu
ada lilin di jantung ayah
begitu pula di kepala para pendosa
tentu saja
demi suatu alasan
demi realita
terkadang
nyala lilin terlalu terang
memusnahkan sekitarnya
ada pula yang begitu redup
disebab kehilangan harapan
kehilangan tauhid
namun apalah yang harus disombongkan
kita hanya sebuah lilin
menunggu jentik api tuhan
lalu padam
ditiup masa
karena keharusan
Garut, 20 Juli 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Pendar Lilin" karya Melani Jamilah adalah sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia yang diibaratkan seperti lilin. Dalam tiap baitnya, Melani mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan kita di dunia, bagaimana kita hidup, mencintai, dan akhirnya, bagaimana kita menghadapi kefanaan.
Tema
- Kehidupan sebagai Lilin: Lilin menjadi metafora utama dalam puisi ini, melambangkan kehidupan manusia yang singkat namun berarti. Lilin yang berpendar dan kemudian habis karena cinta menunjukkan bahwa meskipun kehidupan singkat, cinta memberikan arti yang mendalam dan menggerakkan kita.
- Cinta dan Pengorbanan: Nyala lilin yang habis karena cinta mengisyaratkan pengorbanan yang dilakukan oleh setiap individu. Cinta, baik itu dalam bentuk kasih sayang ibu, tanggung jawab ayah, atau bahkan penyesalan para pendosa, menjadi alasan kuat bagi kita untuk terus menyala meski pada akhirnya akan padam.
- Keberagaman dalam Kehidupan: Melalui berbagai metafora lilin di mata ibu, jantung ayah, dan kepala para pendosa, puisi ini menunjukkan bahwa setiap orang, tanpa memandang peran atau dosa mereka, memiliki nyala lilin yang berkontribusi pada realita kehidupan.
Gaya Bahasa dan Teknik
- Metafora Lilin: Lilin dalam puisi ini bukan sekadar benda yang memberikan cahaya, tetapi juga simbol kehidupan yang menerangi, membakar diri demi memberikan terang, dan akhirnya habis. Metafora ini menggambarkan siklus hidup manusia yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.
- Kontras Nyala Lilin: Penggunaan kontras antara lilin yang terlalu terang dan lilin yang redup menambah dimensi pada puisi ini. Lilin yang terlalu terang menggambarkan ambisi dan kekuatan yang kadang menghancurkan sekitarnya, sementara lilin yang redup mencerminkan kehilangan harapan dan iman. Kontras ini menegaskan bahwa kehidupan memiliki berbagai tingkat intensitas dan hasil yang berbeda.
- Personifikasi dan Imaji: Personifikasi lilin yang ada di mata ibu, jantung ayah, dan kepala para pendosa menciptakan imaji yang kuat dan personal. Imaji ini membantu pembaca untuk merasakan keterikatan emosional dengan objek yang digambarkan dan memahami makna di balik nyala lilin tersebut.
Makna Religius dan Filosofis
- Keterbatasan dan Keharusan: Puisi ini juga menyentuh aspek religius dan filosofis, di mana nyala lilin menunggu jentik api Tuhan dan akhirnya padam karena keharusan waktu. Ini menggambarkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari ketentuan Ilahi dan kefanaan yang pasti akan datang. Kehidupan adalah anugerah yang pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta.
- Tauhid dan Harapan: Kehilangan tauhid dan harapan digambarkan sebagai penyebab redupnya nyala lilin. Ini menunjukkan bahwa iman dan harapan adalah sumber kekuatan yang menjaga nyala kehidupan tetap terang. Tanpa keduanya, manusia akan kehilangan arah dan tujuan dalam hidup.
Melalui puisi "Pendar Lilin," Melani Jamilah berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan, cinta, pengorbanan, dan iman. Dengan menggunakan metafora lilin, Melani menggambarkan siklus hidup manusia yang penuh dengan perjuangan dan keharusan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan arti keberadaan kita di dunia, bagaimana kita mengisi kehidupan dengan cinta dan pengorbanan, dan akhirnya, bagaimana kita menghadapi kefanaan dengan keyakinan kepada Tuhan. "Pendar Lilin" bukan hanya sebuah puisi, tetapi juga refleksi filosofis yang mengingatkan kita akan keterbatasan dan keindahan hidup.
Karya: Melani Jamilah