Puisi: Nocturno (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Nocturno" karya Linus Suryadi AG adalah eksplorasi mendalam tentang malam, kesepian, dan keindahan yang tak terjangkau.
Nocturno (1)

Malam beranjak
dilepas lagu
Tercium segrak
aroma rindu

Dentang-denting
dentang jantung
Arloji nyaring
di rumah suwung

Apa yang samar
di antara kita
Perihal jarak
tak tembus mata?

Tapi lirih
terdengar Talu
Suara kasih
yatim piatu

Bagaikan sekuntum
molek mawar
Mekar harum
tergolek di altar.

1983

Catatan:
Suwung: kosong.
Talu: Patalon: nama gending karawitan Jawa yang dimainkan sebelum pentas wayang purwa.

Nocturno (2)


Bagaimanakah kau hendak memotret rasi-rasi bintang
yang berguling dalam gelombang cahaya langit malam?
Bagaimanakah kau hendak menghitung galaksi Bima Sakti
yang warna-warni dan timbul tenggelam dalam kelam?

Ya, bagaimanapun kau hendak merekam gelagat insan
yang sarat dogma kitab-kitab dan rahasia penciptaan.

1992

Sumber: Tirta Kamandanu (1997)

Analisis Puisi:

Puisi "Nocturno" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang menggabungkan keindahan malam dengan refleksi emosional mendalam. Melalui dua bagian puisi ini, Linus mengeksplorasi tema-tema seperti rindu, kesepian, dan keindahan malam, sambil mengajak pembaca untuk merenung tentang keterhubungan dan kekosongan dalam hidup.

Bagian (1): Melankolis Malam dan Rindu

"Malam beranjak
dilepas lagu
Tercium segrak
aroma rindu"

Bagian pertama puisi ini menggambarkan suasana malam yang perlahan berlalu. "Malam beranjak" mencerminkan transisi dari satu fase waktu ke fase berikutnya, dan "dilepas lagu" menunjukkan bagaimana malam diiringi oleh musik atau lagu, menciptakan suasana melankolis. Aroma rindu yang "tercium segrak" menyiratkan kehadiran rasa kerinduan yang intens, seolah-olah bisa dirasakan secara fisik.

"Dentang-denting
dentang jantung
Arloji nyaring
di rumah suwung"

Di baris ini, Linus mengaitkan dentingan arloji dengan dentang jantung, menggambarkan bagaimana waktu terus berdetak dalam kesunyian rumah yang kosong ("rumah suwung"). Suwung, atau kekosongan, menjadi tema sentral di sini, menciptakan rasa hampa dan kesendirian yang mendalam.

"Apa yang samar
di antara kita
Perihal jarak
tak tembus mata?"

Pertanyaan retoris ini mengeksplorasi ketidakpastian dan keterpisahan antara individu. "Apa yang samar di antara kita" menunjukkan adanya sesuatu yang tidak bisa dipahami atau dijelaskan secara jelas, sementara "perihal jarak tak tembus mata" mencerminkan jarak fisik atau emosional yang sulit diatasi.

"Tapi lirih
terdengar Talu
Suara kasih
yatim piatu"

Di sini, suara Talu, yang merupakan nama gending karawitan Jawa, mengisi kekosongan dengan melodi yang lembut. Talu, sebagai elemen musik, menambah dimensi emosional dan memberikan sentuhan kehangatan dalam konteks kesepian. "Suara kasih yatim piatu" mengindikasikan bahwa meskipun ada kesepian, masih ada nuansa kasih dan kehangatan yang terasa dalam suasana malam.

"Bagaikan sekuntum
molek mawar
Mekar harum
tergolek di altar."

Baris penutup bagian ini menggambarkan keindahan dan keharuman mawar yang mekar di altar, melambangkan keindahan dan kemurnian dalam kesederhanaan. Ini bisa diartikan sebagai simbol dari sesuatu yang indah dan berharga yang muncul dari dalam kekosongan dan kesedihan.

Bagian (2): Menyelami Keindahan dan Keterbatasan

"Bagaimanakah kau hendak memotret rasi-rasi bintang
yang berguling dalam gelombang cahaya langit malam?
Bagaimanakah kau hendak menghitung galaksi Bima Sakti
yang warna-warni dan timbul tenggelam dalam kelam?"

Bagian kedua puisi ini mengajukan pertanyaan tentang bagaimana kita bisa memahami atau menangkap keindahan dan misteri alam semesta. "Memotret rasi-rasi bintang" dan "menghitung galaksi Bima Sakti" melambangkan usaha manusia untuk memahami dan merekam sesuatu yang luar biasa dan tak terjangkau.

"Ya, bagaimanapun kau hendak merekam gelagat insan
yang sarat dogma kitab-kitab dan rahasia penciptaan."

Baris terakhir ini memperluas tema ke dalam dimensi manusiawi dan spiritual, menyoroti usaha untuk memahami perilaku manusia dan rahasia penciptaan yang lebih dalam. Ini menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya menangkap atau memahami kompleksitas kehidupan dan eksistensi.

Puisi "Nocturno" karya Linus Suryadi AG adalah eksplorasi mendalam tentang malam, kesepian, dan keindahan yang tak terjangkau. Melalui penggunaan bahasa yang melankolis dan simbolik, Linus menggambarkan bagaimana malam dan rindu saling berhubungan dalam konteks kekosongan. Selain itu, puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan keterbatasan dalam memahami keindahan alam semesta dan kompleksitas kehidupan manusia. Dengan struktur yang sederhana namun penuh makna, "Nocturno" menghadirkan pengalaman emosional dan reflektif yang mendalam.

Linus Suryadi AG
Puisi: Nocturno
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Meditasi (1) Kupeluk sinar bulan. Tubuhku kedinginan. Di gerbang cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah gereja tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung …
  • Gerilya Tubuh biru tatapan mata biru lelaki terguling di jalan. Angin tergantung terkecap pahitnya tembakau bendungan keluh dan bencana. Tubuh biru tatapan m…
  • Teuku Umar- 1899Ketika perang Aceh melawan Belanda pecahDi tahun 1973, dikau masih remaja Teuku UmarNamun dikau pejuang keras nan pantang tundukKau lumpuhkan terus serdadu penjajah…
  • Sajak Tidurdalam gelap aku tertidurtak ada mimpi selain mengigaumenyebut nama dan alamatmudi sarung bantal terlukis peta liurdalam gelap aku terlelaptak ingat rumah dan kitabdalam …
  • Hak Oposisi Aku bilang tidak, aku bilang ya, menurut nuraniku. Kamu tidak bisa mengganti nuraniku dengan peraturan. Adalah tugasmu untuk membuktikan bahwa keb…
  • Air KendiBiarbiarlah pecahbiarlah pecah ini kendidan airnya tumpah ruah melapuk lantai.Kendi pusaka biarlah leburisi – air – yang ditimba di laut hatidengan jerih dalam ombak berde…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.