Puisi: Nazareth (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Nazareth" karya Linus Suryadi AG mengundang pembaca untuk merenung tentang peran agama, sejarah, dan spiritualitas dalam kehidupan mereka ....
Nazareth

Dengan gitar tunggal di tangan
Aku pun bernyanyi tengah malam:
"Ini bulan Desember. Tahun Masehi
Abad 20 kan habis sebentar lagi"

Dengan lilin-lilin di tangan
Berkibaran kain-kain satin
O, para putri gunung Sion
Mengiring Sang Bijak berjalan
Turun, menyibak kegelapan

Siapakah kamu, kau bertanya:
Yohanes Pembabtis?
Penyair Matheus?
O, siapakah kamu:
Seorang patriot?
Yudas Iskariot?

Kucari terang di dalam gelap
Tapi yang kutemu jutaan bintang
Kucari terang di dalam terang
Tapi yang kutemu jutaan kunang-kunang

Siapakah kamu, aku bertanya:
Pontius Pilatus?
Simon Petrus?
O, siapakah kamu:
Seorang pembelot?
Raja berjenggot?

O, putra Nazareth
Yang mandi di tepian bengawan Yordan
Yang kramas diri dalam air kehidupan
Yang menyebar benih permaafan
Cinta kasih dan kasih sayang

Dengan gitar tunggal di tangan
Aku pun bernyanyi malam lengang:
"Ini bulan Desember. Tahun Masehi
Siapa lahir dengan jiwa tercuci"

Yogya, 1979

Sumber: Rumah Panggung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Nazareth" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang memadukan unsur religiusitas, refleksi spiritual, dan pertanyaan eksistensial dengan kepekaan artistik. Dalam puisi ini, Linus Suryadi AG memanfaatkan simbolisme dan metafora untuk menyampaikan tema-tema besar seperti pencarian jati diri, pencarian makna dalam kegelapan, dan refleksi tentang pengaruh agama dan sejarah terhadap kehidupan manusia.

Struktur dan Tema

Puisi ini dibuka dengan gambar yang kuat dan sederhana: seorang penyanyi dengan gitar tunggal di tangan, bernyanyi di tengah malam. Kalimat pembuka "Dengan gitar tunggal di tangan / Aku pun bernyanyi tengah malam" menciptakan suasana introspeksi dan kesendirian. Gitar, sebagai alat musik, melambangkan ekspresi dan perasaan yang mendalam, sementara malam menandakan saat-saat refleksi dan perenungan.

Bagian selanjutnya dari puisi ini mengalihkan perhatian kepada gambaran "bulan Desember" dan akhir dari "Tahun Masehi". Desember sering dikaitkan dengan perayaan Natal, yang menandakan kelahiran Yesus Kristus dan simbolisasi awal yang baru. Penuturan waktu ini memberikan konteks historis dan religius pada puisi.

Simbolisme dan Metafora

Linus Suryadi AG menggunakan berbagai simbol dan metafora untuk menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian makna. "Lilin-lilin" dan "kain-kain satin" yang "berkibaran" menciptakan visual yang kaya, menambahkan nuansa mistis dan sakral. Lilin sering kali melambangkan cahaya, harapan, dan pencerahan dalam kegelapan, sedangkan satin memberikan kesan kemewahan dan keindahan.

Referensi kepada "putri gunung Sion" dan "Sang Bijak" yang turun dari kegelapan menunjukkan peran simbolis dari figur-figur religius dalam membimbing umat manusia menuju pencerahan. Pertanyaan tentang identitas seperti "Yohanes Pembabtis", "Penyair Matheus", "patriot", dan "Yudas Iskariot" menunjukkan keresahan penyair dalam memahami peran dan makna berbagai figur sejarah dan religius dalam konteks kehidupannya sendiri.

Pencarian dan Kontradiksi

Puisi ini melanjutkan dengan eksplorasi pencarian terang dalam gelap dan terang, yang membuahkan hasil yang penuh dengan paradoks: "jutaan bintang" dan "kunang-kunang". Ini menggambarkan pencarian yang sering kali membingungkan dan penuh kontradiksi dalam mencari kebenaran dan makna.

Pertanyaan berikutnya tentang "Pontius Pilatus" dan "Simon Petrus" menambah dimensi pertanyaan moral dan etis dalam puisi. Pilatus dan Petrus adalah figur dengan peran kontroversial dalam cerita Kristus, menandakan konflik dan ketegangan dalam pencarian spiritual dan moral.

Puncak dan Refleksi

Bagian penutup puisi mengarahkan kembali pada "putra Nazareth" yang mandi di "tepian bengawan Yordan" dan menyebar "benih permaafan / Cinta kasih dan kasih sayang". Ini adalah gambaran Yesus Kristus sebagai sosok yang menyebarkan pesan perdamaian dan kasih, serta ajaran tentang permaafan. Ini menegaskan pesan utama dari puisi ini tentang pencarian makna melalui ajaran religius dan nilai-nilai universal yang lebih besar.

Penyair kembali dengan gitar tunggal di tangan, bernyanyi di malam hari tentang "bulan Desember" dan pertanyaan siapa yang "lahir dengan jiwa tercuci". Ini menandakan introspeksi mendalam tentang kelahiran spiritual dan pemurnian jiwa, serta refleksi akhir tentang perjalanan pencarian makna.

Puisi "Nazareth" karya Linus Suryadi AG adalah karya yang mendalam dan reflektif, memanfaatkan simbolisme religius dan metafora untuk menggambarkan pencarian makna dan jati diri. Dengan struktur yang sederhana namun penuh dengan lapisan makna, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang peran agama, sejarah, dan spiritualitas dalam kehidupan mereka sendiri. Kekuatan puisi ini terletak pada kemampuannya untuk mengajak pembaca berpikir lebih dalam tentang pencarian pribadi dan universal akan pencerahan dan pengertian.

Linus Suryadi AG
Puisi: Nazareth
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.