Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Menara (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Menara" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan perjalanan dari keberanian hingga kehancuran, serta perubahan dalam pemahaman dan ....
Menara

Setiap pagi
membuka sorga
dan anak-anak mengulang lagi bahasa
yang terlupa malam hari

Itu sebelum tiba kutuk
yang memisah arti
dari kata
dan percakapan tak mungkin lagi

Sebelum musnah menara kesadaran
terbakar api senja

Menyusul kemudian penantian
semalaman
kepada pagi.

Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Menara" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan dari keberanian hingga kehancuran, serta perubahan dalam pemahaman dan percakapan manusia.

Pembukaan yang Penuh Harapan: Puisi ini dibuka dengan gambaran yang penuh harapan, di mana setiap pagi dibuka dengan keindahan sorga. Anak-anak yang mengulangi bahasa yang terlupa di malam hari menciptakan suasana yang penuh dengan kesegaran dan kehidupan.

Kutukan yang Memisahkan: Namun, gambaran tersebut berubah dengan cepat ketika "tiba kutuk" yang memisahkan arti dari kata, dan percakapan tidak mungkin lagi. Ini menggambarkan perubahan drastis dalam pemahaman dan komunikasi manusia, mungkin sebagai akibat dari kejadian tragis atau keputusan yang fatal.

Kehancuran Menara Kesadaran: Perubahan ini mencapai puncaknya ketika "menara kesadaran" musnah dan terbakar oleh api senja. Menara kesadaran di sini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari keberanian, kebijaksanaan, atau pengetahuan manusia. Kehancuran menara tersebut menggambarkan keruntuhan moral atau intelektual yang mungkin terjadi sebagai hasil dari konflik atau keputusan yang salah.

Penantian akan Pagi yang Baru: Meskipun dihadapkan pada kehancuran dan kegelapan, puisi ini menyiratkan adanya harapan akan kebangkitan dan kesempatan baru dengan menyusulnya "penantian semalaman kepada pagi." Ini mencerminkan sikap optimisme dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan kehancuran.

Refleksi akan Perubahan dan Keberanian: Secara keseluruhan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan akan perubahan, keberanian, dan kehancuran dalam kehidupan manusia. Dari pembukaan yang penuh harapan hingga kehancuran menara kesadaran, puisi ini memperlihatkan perjalanan yang kompleks dan beragam dalam pemahaman dan pengalaman manusia.

Puisi "Menara" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan dari keberanian hingga kehancuran, serta perubahan dalam pemahaman dan percakapan manusia. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang kaya makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan akan kompleksitas dan kerentanan kehidupan manusia.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Menara
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.