Puisi: Mempelai (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Mempelai" karya F. Aziz Manna menawarkan refleksi mendalam tentang realitas cinta dan pernikahan, menggambarkan pergeseran dari idealisme ...
Mempelai

kami pernah jatuh cinta dan pada saat itu apa yang kami rasa seluruhnya semerbak bunga tapi saat kami putuskan menikah, dunia beralih rupa, penuh tembok dan gunting, memagari dan memangkas ranjang bunga pengantin kami, taman cinta kami ditumbuhi kegersangan, kami baru sadar ternyata cinta saja tak cukup bagi hidup, harus ada siasat, tawar menawar, dan sedikit kecurangan, dunia terlalu sibuk bagi perkawinan, meski kami pernah jatuh cinta tapi dunia kian praktis, hidup kian bengis

Sumber: Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Mempelai" karya F. Aziz Manna menawarkan refleksi mendalam tentang realitas cinta dan pernikahan, menggambarkan pergeseran dari idealisme romantis ke kenyataan yang penuh tantangan. Melalui penggunaan metafora dan kontras yang kuat, puisi ini menyelidiki bagaimana cinta yang dulunya indah dan penuh harapan dapat berubah menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan penuh perjuangan ketika memasuki institusi pernikahan.

Puisi ini menggambarkan pergeseran emosional dari masa-masa awal cinta yang ideal dan berbunga-bunga menuju kenyataan pernikahan yang sering kali dipenuhi dengan tantangan dan kesulitan. F. Aziz Aziz menggunakan imaji bunga dan metafora lainnya untuk menyoroti kontras antara harapan dan kenyataan dalam hubungan romantis.

Eksplorasi Tema dan Simbolisme

  • Cinta yang Semerbak Bunga: "Kami pernah jatuh cinta dan pada saat itu apa yang kami rasa seluruhnya semerbak bunga" membuka puisi dengan gambaran tentang cinta yang penuh warna dan keindahan. Metafora bunga mencerminkan perasaan kebahagiaan dan kesegaran yang biasanya mengiringi fase awal hubungan. Ini adalah waktu di mana segala sesuatu terasa ideal dan sempurna.
  • Pernikahan dan Perubahan Dunia: "Tapi saat kami putuskan menikah, dunia beralih rupa, penuh tembok dan gunting" menggambarkan transisi dari fase cinta yang ideal ke realitas pernikahan yang lebih rumit. Tembok dan gunting di sini melambangkan hambatan dan kekuatan yang menghalangi kebahagiaan. Ini menciptakan citra tentang bagaimana pernikahan dapat membawa tantangan yang tidak terduga, membatasi kebebasan, dan mengubah dinamika hubungan.
  • Taman Cinta yang Tertutup: "Memagari dan memangkas ranjang bunga pengantin kami, taman cinta kami ditumbuhi kegersangan" melanjutkan metafora dengan menggambarkan bagaimana kebahagiaan cinta yang dulu subur kini menjadi kering dan tertekan. Ini menunjukkan bagaimana hubungan yang awalnya penuh dengan harapan dapat mengalami kekeringan dan kehilangan vitalitas karena berbagai faktor eksternal dan internal.

Realitas Pernikahan dan Kecurangan

  • Kebutuhan akan Siasat dan Tawar-Menawar: "Kami baru sadar ternyata cinta saja tak cukup bagi hidup, harus ada siasat, tawar-menawar, dan sedikit kecurangan" menyoroti pergeseran dari idealisme cinta ke kebutuhan praktis dalam pernikahan. Cinta saja tidak cukup untuk mengatasi tantangan hidup, dan pernikahan sering kali melibatkan kompromi dan strategi yang mungkin tidak selalu sesuai dengan harapan romantis.
  • Dunia yang Terlalu Sibuk: "Dunia terlalu sibuk bagi perkawinan, meski kami pernah jatuh cinta tapi dunia kian praktis, hidup kian bengis" menggambarkan bagaimana realitas sosial dan kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi hubungan pernikahan. Dunia yang sibuk dan keras sering kali tidak memberikan ruang untuk idealisme romantis, dan kehidupan menjadi lebih fokus pada praktikalitas dan survival.
Puisi "Mempelai" karya F. Aziz Manna mengeksplorasi ketegangan antara idealisme cinta dan kenyataan pernikahan yang sering kali penuh dengan tantangan dan kekecewaan. Melalui penggunaan metafora bunga, tembok, dan gunting, puisi ini menggambarkan bagaimana cinta yang indah dan penuh harapan dapat berubah menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan sulit dikelola dalam konteks pernikahan. Aziz mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana realitas hidup sering kali mempengaruhi dan mengubah dinamika hubungan, menekankan bahwa cinta saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan kehidupan.

F. Aziz Manna
Puisi: Mempelai
Karya: F. Aziz Manna

Biodata F. Aziz Manna:
  • F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.