Puisi: Matahari (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Matahari" karya Ibrahim Sattah mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keberadaan manusia dalam konteks alam semesta yang lebih luas.
Matahari

mereka yang memberahikan diri
inilah salam
kepada matahari
kepada langit
laut
dan kunangkunang:
kelapkelip hari yang terentang
dalam desis angin
didetakdetik waktu

mereka memberahikan diri
lalu adalah ini
mainan lagulagu
lalu adalah itu
surat dan cintamu yang bisu
lalu sampai jugalah hari pada hingga:
untuk suatu perjalanannya yang jauh
ujungnya adalah sorga
dengan matahari yang busuk
dipunggungnya

jadi apa yang engkau delaukan dari birahi
terbaca juga dalam sajak
dalam sunyi sanasini
sebelum selamat tidur
kepada bungabunga
dan
kepadamu

1972

Sumber: Horison (September, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Matahari" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, waktu, dan kehidupan.

Matahari sebagai Simbol Kekuatan dan Kehidupan: Dalam puisi ini, matahari dianggap sebagai simbol kekuatan dan kehidupan. Matahari mewakili kehangatan, cahaya, dan energi yang memberikan kehidupan kepada dunia. Penggambaran matahari sebagai pusat keberadaan dan kejayaan alam menghadirkan gambaran tentang kebesaran alam semesta.

Pemberian Diri kepada Alam: Kata-kata "mereka yang memberahikan diri" menunjukkan penghormatan dan pemberian diri kepada keindahan alam. Ini mencerminkan rasa terkagum-kagum dan keterikatan manusia terhadap alam, serta kesadaran akan keberadaan yang lebih besar di luar diri manusia.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini mengeksplorasi tema keterhubungan manusia dengan alam. Ibrahim Sattah menggambarkan bagaimana manusia memberikan salam kepada matahari, langit, laut, dan kunang-kunang sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini mencerminkan kesadaran akan kehadiran alam yang melingkupi dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Perenungan atas Waktu dan Kehidupan: Puisi ini juga mengundang pembaca untuk merenungkan waktu dan kehidupan. Desis angin, detak waktu, dan kelap-kelip hari menggambarkan aliran waktu yang terus bergerak dan keberadaan manusia yang sementara di dunia ini.

Kesadaran akan Kehidupan dan Karya-Karya Manusia: Terdapat pengakuan terhadap karya manusia, seperti lagu-lagu dan surat-surat cinta, namun, di baliknya, terdapat pemahaman bahwa kehidupan manusia juga merupakan bagian dari perjalanan yang melibatkan alam dan waktu.

Puisi "Matahari" mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keberadaan manusia dalam konteks alam semesta yang lebih luas. Melalui penggambaran matahari dan keterkaitan manusia dengan alam, Ibrahim Sattah mengajak kita untuk menghargai keajaiban kehidupan dan kebesaran alam yang mengelilingi kita.

Ibrahim Sattah
Puisi: Matahari
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.