Mari
mari pecahkan botolbotol
ambil lukanya
jadikan bunga
mari pecahkan tik tok jam
ambil jarumnya
jadikan diam
mari pecahkan pelita
ambi apinya
jadikan terang
mari patahkan rodaroda
kembalikan asalnya:
jadikan jalan
mari kembali
pada Adam
sepi pertama
dan duduk memandang
diri kita
yang telah kita punahkan
ada dan tiada
yang disediakan Adam pada kita
dan
mari berlari
pada diri kita
dan kembali menyimaknya
dengan keheranan Adam pada perjumpaan
pertama dengan dunia
Januari, 1969
Sumber: Horison (April, 1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Mari" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang menggali tema pemulihan, refleksi, dan pencarian makna dalam konteks kehidupan dan eksistensi manusia. Dengan gaya bahasa yang penuh imaji dan simbolisme, puisi ini mengeksplorasi ide tentang mengubah kerusakan menjadi sesuatu yang baru dan merenungkan kembali pada asal-usul manusia. Sutardji Calzoum Bachri menggunakan struktur dan gaya yang kuat untuk mengungkapkan gagasan-gagasan mendalam tentang penciptaan dan eksistensi.
Makna dan Interpretasi
- Transformasi Kerusakan: Puisi ini memulai dengan seruan untuk "pecahkan botolbotol," "pecahkan tik tok jam," "pecahkan pelita," dan "patahkan rodaroda." Setiap tindakan pemecahan ini diikuti oleh hasil transformasi yang positif: "jadikan bunga," "jadikan diam," "jadikan terang," dan "jadikan jalan." Transformasi ini menggambarkan proses mengubah sesuatu yang rusak atau tidak berguna menjadi sesuatu yang bermanfaat dan penuh makna. Ini bisa dilihat sebagai metafora untuk proses penyembuhan atau perbaikan dalam kehidupan.
- Kembali pada Adam: Frasa "mari kembali pada Adam" mengacu pada asal-usul manusia, dengan Adam sebagai simbol penciptaan pertama dan kesederhanaan awal. Ini menunjukkan keinginan untuk kembali ke keadaan murni dan sederhana, untuk melihat diri kita dari perspektif awal dunia. "Sepi pertama" dan "duduk memandang" menunjukkan refleksi dan penilaian diri yang mendalam. Ini adalah ajakan untuk merenung tentang kondisi manusia dan keberadaan kita dalam konteks sejarah dan penciptaan.
- Eksistensi dan Ketiadaan: "Diri kita yang telah kita punahkan" dan "ada dan tiada" menyoroti dualitas dan kompleksitas eksistensi manusia. Frasa ini menggambarkan perasaan bahwa kita telah kehilangan sesuatu dari diri kita sendiri dalam perjalanan hidup, tetapi juga mengakui kenyataan bahwa keberadaan kita bersifat dualistik—ada dan tiada. Ini mengarahkan pada refleksi tentang bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan tempat kita dalam dunia.
- Kembali pada Keheranan Awal: Akhir puisi mengajak pembaca untuk "berlari pada diri kita" dan "kembali menyimaknya dengan keheranan Adam pada perjumpaan pertama dengan dunia." Ini adalah ajakan untuk melihat diri kita dengan mata baru, dengan rasa keheranan dan kekaguman yang sama seperti Adam ketika pertama kali menghadapi dunia. Ini menunjukkan harapan untuk mendapatkan wawasan baru tentang diri sendiri dan kehidupan, serta kembali merasakan keajaiban dan kekaguman yang mungkin telah hilang.
Gaya Bahasa dan Struktur
Sutardji Calzoum Bachri menggunakan gaya bahasa yang simbolis dan imajinatif dalam puisi ini. Struktur puisi yang terdiri dari perintah-perintah dan seruan ("mari pecahkan," "mari patahkan," "mari kembali") menciptakan ritme yang dinamis dan mengundang pembaca untuk terlibat secara aktif dengan teks. Penggunaan pengulangan dan paralelisme dalam struktur frasa menambah kekuatan pesan dan menegaskan tema transformasi dan refleksi.
Puisi "Mari" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh makna tentang transformasi, refleksi, dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan simbolisme dan gaya bahasa yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali asal-usul manusia, perubahan yang mungkin terjadi dalam diri kita, dan keheranan terhadap keberadaan kita. Sutardji Calzoum Bachri berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya melihat diri kita dan dunia dengan perspektif baru dan penuh kekaguman.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.