Puisi: Layangan (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Layangan" karya F. Aziz Manna menyiratkan bahwa di era modern, tantangan dan rintangan yang dihadapi jauh lebih kompleks daripada sebelumnya.
Layangan

musuh kami bukan lagi reranting dan daunan yang mudah disogrek benang gelasan. tembok dan kabel lebih dempal dan bebal. jika tak lincah bisa munting dan nyangsang. meski tetap harus kuat dan tajam, benang tak lagi bisa diulur panjang seperti kami punya pikiran. semua kini serba terbatas. lengah sedikit saja, urat yang serupa benang bisa putus dan amblas.

Analisis Puisi:

Puisi "Layangan" karya F. Aziz Manna mengandung refleksi mendalam tentang ketahanan dan keterbatasan dalam menghadapi tantangan. Dengan menggunakan metafora layangan, puisi ini menggambarkan perubahan zaman dan pergeseran dalam cara kita menghadapi rintangan.

Struktur dan Tema

Puisi ini memanfaatkan layangan sebagai simbol untuk menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan modern. Tema utama yang dibahas adalah ketahanan dan keterbatasan yang dihadapi dalam lingkungan yang semakin kompleks dan penuh hambatan.

Metafora Layangan

  • "Musuh kami bukan lagi reranting dan daunan yang mudah disogrek benang gelasan": Menggambarkan perubahan dari tantangan sederhana menjadi tantangan yang lebih kompleks, di mana musuh tidak lagi berupa hal-hal kecil dan sederhana.
  • "Tembok dan kabel lebih dempal dan bebal": Mengaitkan musuh dengan hal-hal yang lebih solid dan sulit dihadapi, seperti tembok dan kabel, yang menandakan rintangan yang lebih besar dan lebih sulit diatasi.

Keterbatasan dan Kekuatan

  • "Benang tak lagi bisa diulur panjang seperti kami punya pikiran": Menunjukkan keterbatasan dalam usaha dan pikiran. Di masa lalu, benang (atau usaha) bisa diulur panjang, namun sekarang terbatas.
  • "Semua kini serba terbatas. Lengah sedikit saja, urat yang serupa benang bisa putus dan amblas": Menegaskan bahwa segala sesuatu kini lebih terbatas dan rentan, di mana sedikit kelalaian bisa menyebabkan kerusakan besar.

Keterbatasan Zaman Modern

  • "Meski tetap harus kuat dan tajam": Meskipun tantangan semakin besar dan rumit, individu tetap perlu menjaga ketahanan dan ketajaman dalam menghadapi rintangan.
  • "Lengah sedikit saja, urat yang serupa benang bisa putus dan amblas": Menggambarkan betapa kecilnya celah atau kesalahan dapat menyebabkan kegagalan besar dalam lingkungan yang semakin rumit.

Interpretasi

Puisi "Layangan" karya F. Aziz Manna menyiratkan bahwa di era modern, tantangan dan rintangan yang dihadapi jauh lebih kompleks daripada sebelumnya. Metafora layangan mencerminkan perubahan dari masalah sederhana yang bisa diatasi dengan usaha biasa menjadi rintangan yang membutuhkan ketahanan dan perhatian ekstra. Puisi ini menggambarkan pergeseran dari masa lalu yang lebih sederhana ke masa kini yang penuh dengan keterbatasan dan hambatan yang lebih berat.

Puisi "Layangan" adalah puisi yang menggambarkan bagaimana tantangan dan keterbatasan dalam kehidupan telah berubah seiring dengan kemajuan zaman. F. Aziz Manna menggunakan metafora layangan untuk menunjukkan ketahanan yang diperlukan dalam menghadapi rintangan yang semakin kompleks dan bagaimana keterbatasan zaman modern mempengaruhi cara kita berjuang dan beradaptasi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan dalam tantangan yang dihadapi dan pentingnya ketahanan dalam era yang serba terbatas ini.

F. Aziz Manna
Puisi: Layangan
Karya: F. Aziz Manna

Biodata F. Aziz Manna:
  • F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.