Puisi: Lanskap (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG mengeksplorasi tema-tema eksistensial dan reflektif melalui penggunaan bahasa yang simbolis dan metaforis.
Lanskap (1)

Siapa yang Anda inginkan?
Seorang kekasih dan hidup kekal
Percumbuan jiwa-jiwa bergairah
Dalam desah. Tanpa sesal?

Lanskap (2)

Apakah yang Anda inginkan
Sebidang tanah dan rumah tinggal
Wilayah pengembaraan tanpa tuan
Seluas jagad. Tak dikenal?

Lanskap (3)

Kepada siapa Anda tanyakan?
Raga ada rasa. Rasa ada jiwa
Jiwa ada sukma. Sukma ada Dia
Bebas. Dalam percakapan lepas?

Lanskap (4)

Bagaimanakah Anda mendapatkan?
Dalam kulit ada daging. Otot-otot
Dalam tulang ada sumsum. Darah
Rekah. Dari gelisah dan gairah?

Lanskap (5)

Dengan apa Anda mencapainya?
Perahu waktu tak pernah aus
Jiwa dan hati menjalin pagi
Dan layar. Berkibar terus!

Lanskap (6)

Bagaimana Anda bisa tahan?
Ia mengalir bagaikan air
Dalam putaran tanpa akhir
Berkisar. Tersingkap tabir!

1979

Sumber: Rumah Panggung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema-tema eksistensial dan reflektif melalui penggunaan bahasa yang simbolis dan metaforis. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mendalam, puisi ini menggali berbagai aspek dari kehidupan, keinginan, dan pencarian makna.

Bagian (1): Kebutuhan dan Keinginan

Bagian pertama puisi ini menanyakan tentang keinginan mendalam manusia—keinginan akan kekasih dan kehidupan abadi. Pertanyaan ini menyentuh aspek emosional dan spiritual dari manusia, menggambarkan pencarian akan hubungan yang mendalam dan tanpa penyesalan. "Percumbuan jiwa-jiwa bergairah" mencerminkan keinginan untuk mengalami kedekatan dan hubungan yang tulus, di mana kebahagiaan dan gairah saling bertemu.

Bagian (2): Hak Milik dan Eksplorasi

Di bagian kedua, puisi ini beralih ke tema hak milik dan keinginan akan kebebasan dan ruang. "Sebidang tanah dan rumah tinggal" menggambarkan kebutuhan akan tempat yang stabil dan nyaman, sementara "Wilayah pengembaraan tanpa tuan" mencerminkan keinginan untuk eksplorasi dan kebebasan tanpa batasan. Keinginan akan "seluas jagad" menunjukkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami dan menjelajahi dunia yang belum dikenal.

Bagian (3): Eksistensi dan Kesadaran

Bagian ketiga mengajukan pertanyaan tentang kesadaran dan eksistensi. "Raga ada rasa. Rasa ada jiwa" menunjukkan hubungan antara tubuh, perasaan, dan jiwa. "Sukma ada Dia" merujuk pada pencarian akan makna yang lebih tinggi atau entitas ilahi. Pertanyaan ini mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana kesadaran dan jiwa terhubung dengan kekuatan yang lebih besar dalam percakapan bebas dan mendalam.

Bagian (4): Proses dan Realisasi

Bagian ini berfokus pada proses pencapaian dan realisasi. "Dalam kulit ada daging" menunjukkan aspek fisik dan material dari tubuh manusia. Puisi ini menggarisbawahi bahwa pencapaian dan realisasi melibatkan elemen-elemen dasar seperti "otot-otot" dan "sum-sum," serta proses emosional yang mendalam, seperti "gelisah dan gairah." Pertanyaan ini mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana aspek fisik dan emosional berperan dalam pencapaian tujuan dan pengalaman hidup.

Bagian (5): Metode dan Upaya

Bagian kelima menanyakan tentang metode dan upaya untuk mencapai keinginan dan tujuan. "Perahu waktu tak pernah aus" mencerminkan perjalanan waktu yang tak terputus dan berkelanjutan. "Jiwa dan hati menjalin pagi" menunjukkan bagaimana emosi dan pikiran bekerja sama untuk memulai hari baru dan mengejar tujuan. "Dan layar. Berkibar terus!" mengibaratkan perjalanan hidup sebagai sebuah layar perahu yang terus berkibar meskipun menghadapi berbagai rintangan.

Bagian (6): Ketahanan dan Keterbukaan

Bagian terakhir membahas ketahanan dan keterbukaan. "Ia mengalir bagaikan air" menunjukkan bahwa ketahanan dalam hidup melibatkan kemampuan untuk mengalir dan beradaptasi. "Dalam putaran tanpa akhir" menggambarkan siklus dan kontinuitas kehidupan yang tak terputus. "Berkisar. Tersingkap tabir!" menunjukkan bahwa dalam proses ini, rahasia dan kebenaran secara perlahan terungkap, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi dan makna hidup.

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang keinginan, pencapaian, dan eksistensi manusia. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang reflektif dan simbolis, puisi ini menggali berbagai aspek dari kehidupan dan pencarian makna. Setiap bagian puisi ini berfungsi sebagai refleksi dari perjalanan pribadi dan spiritual, mengajak pembaca untuk merenungkan dan mengevaluasi aspek-aspek mendalam dari pengalaman hidup mereka sendiri.

Linus Suryadi AG
Puisi: Lanskap
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.