Puisi: Lagu Tanah Air (Karya Djamil Suherman)

Puisi "Lagu Tanah Air" karya Djamil Suherman menggambarkan hubungan mendalam antara manusia dan tanah air mereka, mencerminkan pengalaman hidup, ...
Lagu Tanah Air (1)

Kami yang lahir di sini lahirlah penyair dengan cinta
dan harapannya
oleh air matari dan angin gunung
Kami yang besar di sini datanglah musafir dengan hati
dan impiannya
oleh pasir laut sepanjang musim
Tanah ibu berbukit-bukit
lembah hijau danau bening
pantulan segala cahya di pagi hening

Kami mukim di sini di segala musim
membajak sawah di musim basah
mengetam padi – datangkah ia senja nanti?
o, mengemis selalu padiku dirangkum biru langit
bila kemarau datang pergilah kalian ke balik bukit
bertanam ubi, bertegal jagung memetik buah palam
di senja mendatang tiuplah suling o, gembalaku sayang
hiba hatiku rindu nelayan kampung halaman
rindu petualang kekasih tak pulang
o, angin lembah duta sekalian yang menunggu
bersilir dengan suara merisik
menguasai lembah dan hati

Kami yang merenung di sini mencium senja di pasang laut
melepas pandang, kembangkan layar lautnya hijau
kemerdekaanlah nyanyi kami berelung tangis
antara kelam duka hati malam gerimis
merekam segala peristiwa dukacita siang malam
cinta kami sepi
sepi kami rindu
kamilah itu, bapa kami nelayan tua berkulit coklat
ibu kami perawan jaya piala kasih dan airmata
kamilah itu, yang kini tahu rahasia seberang
dibaliklah kelam cinta kami sedang berkembang

Lagu Tanah Air (2)

Kami yang sebagian dari bumi dan air
membuat musim musim kehidupan kami
dengan tanahliat, asap dan cinta
mengembangkan tangan lantang berseru:
datanglah kalian ke humaku
ke danau kami kerajaan embun
kami tumbuhkan segala tumbuhan untukmu
cinta dan harapan – gembala kami adalah ia
penghalau kemiskinan dan dosa
datanglah ke musim kami penuh setia
karena kami sebagian dari ibu kami
perawan jaya piala kasih dan airmata

Lagu Tanah Air (3)

Kami, kamilah itu yang jalan gontai di bawah angin
bila gelap tiba dan udara jadi dingin
malamnya lagu kelu udara kelam menyelimut
melindungi anak kami hangat, membuat api
mengharap segera pagi tiba bercahya kuning
mencari kehidupan

Kamilah itu yang jalan gontai di tepi tanggul
bila musim hujan tiba membasah tanah mandul
membendung air, tegal, kolam sawah dan perigi
berbenam lumpur, sebarkan benih buat siapa yang tiba
datanglah hasratmu padanya

Kamilah itu yang semalam menantang angin
dengan lampu di tangan kembangkan layar lautan pasang
musim ikan adalah punya kami

Kami, kamilah itu yang jalan atas matari dan kembang malam
rumah kami bambu, tanah liat, di latar penuh melati
kami bertembang tiap sore lagu lagu keabadian
mengirim sesaji di laut dan di tikung jalan
untuk kami, datu-datu, lesung keramaian kampung halaman.

Lagu Tanah Air (4)

Damailah tanahair
mancurlah mataair
membasmi kehidupan

Kemerdekaanlah maka laut, penyair dan harapan
mengembang di danau hati ungu warnanya
rindulah aku kepadanya

Kemerdekaanlah maka laut, lagu dan kenangan
mambang di hijau kolam putih hatinya
hadirlah aku karenanya

Kemerdekaanlah maka laut, tanahair dan kehidupan
matilah aku kesepian

1956

Sumber: Nafiri (1983)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Tanah Air" karya Djamil Suherman adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen alam, budaya, dan rasa patriotisme dalam sebuah bentuk puisi yang kompleks dan penuh emosi. Melalui struktur yang terfragmentasi dan berulang, puisi ini menggambarkan hubungan mendalam antara manusia dan tanah air mereka, mencerminkan pengalaman hidup, cinta, dan perjuangan.

Lagu Tanah Air (1)

Bagian pertama puisi ini memperkenalkan tema utama tentang keterikatan emosional dan spiritual dengan tanah air. Di sini, penulis menggambarkan sekelompok orang yang lahir dan besar di tanah tersebut dengan metafora yang indah. Mereka adalah penyair dan musafir, terhubung dengan elemen-elemen alam seperti air mata, angin gunung, dan pasir laut. Keterikatan ini digambarkan dengan jelas melalui aktivitas sehari-hari mereka—membajak sawah, menanam ubi, dan mendengarkan suara alam seperti suling dan angin lembah.

Suherman menggunakan deskripsi yang jelas dan simbolis untuk menunjukkan betapa mendalamnya hubungan ini, seperti saat ia menggambarkan "ibu kami perawan jaya piala kasih dan airmata," yang menunjukkan rasa cinta dan pengabdian yang mendalam terhadap tanah air. Puisi ini juga menyoroti rasa rindu dan kesedihan yang muncul dari pengalaman hidup dan kehilangan, dengan menyebutkan "nelayan kampung halaman" dan "petualang kekasih tak pulang."

Lagu Tanah Air (2)

Bagian kedua puisi ini lebih berfokus pada konsep cinta dan harapan yang terjalin dengan kehidupan sehari-hari di tanah air. Penulis mengungkapkan bahwa mereka "sebagian dari bumi dan air," dan bagaimana mereka menciptakan musim-musim kehidupan mereka dengan "tanah liat, asap, dan cinta." Ini mencerminkan proses kreatif dan ketahanan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan berkembang di lingkungan yang mungkin keras.

Ada ajakan untuk datang ke "humaku" dan "danau kami kerajaan embun," yang menekankan keterbukaan dan keramah-tamahan masyarakat terhadap orang luar. Penulis juga menggarisbawahi bahwa mereka adalah "penghalau kemiskinan dan dosa," menunjukkan peran mereka dalam menjaga dan membangun komunitas mereka.

Lagu Tanah Air (3)

Bagian ketiga menyentuh kehidupan sehari-hari dan tantangan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi musim dan kondisi alam. Dengan deskripsi kegiatan seperti "jalan gontai di tepi tanggul," "membendung air," dan "menantang angin," puisi ini menggambarkan perjuangan dan ketahanan masyarakat yang harus beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah.

Penulis juga menggambarkan kegiatan seperti "menyanyi lagu keabadian" dan "mengirim sesaji di laut," yang mencerminkan upacara dan tradisi yang penting bagi mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka menghadapi banyak tantangan, mereka tetap menjaga koneksi spiritual dan budaya mereka.

Lagu Tanah Air (4)

Bagian terakhir puisi ini menekankan tema kemerdekaan dan cinta tanah air. Dengan frasa seperti "Damailah tanahair" dan "Kemerdekaanlah maka laut, penyair dan harapan," puisi ini menyampaikan harapan untuk perdamaian dan kebebasan. Ada juga refleksi tentang kenangan dan rasa rindu yang mendalam, dengan ungkapan seperti "rindulah aku kepadanya" dan "matilah aku kesepian."

Secara keseluruhan, bagian ini menegaskan kembali hubungan mendalam antara manusia dan tanah air mereka, dengan penekanan pada kemerdekaan dan keberlanjutan cinta serta harapan.

Puisi "Lagu Tanah Air" karya Djamil Suherman adalah sebuah karya yang menggabungkan elemen alam, budaya, dan patriotisme dengan cara yang indah dan menyentuh. Melalui deskripsi yang kaya dan simbolis, puisi ini mengeksplorasi hubungan mendalam antara masyarakat dan tanah air mereka, serta tantangan dan harapan yang mereka hadapi. Karya ini menyoroti pentingnya menghargai dan mempertahankan hubungan dengan tanah air serta menghormati tradisi dan nilai-nilai yang telah membentuk identitas mereka.

Puisi: Lagu Tanah Air
Puisi: Lagu Tanah Air
Karya: Djamil Suherman

Biodata Djamil Suherman:
  • Djamil Suherman lahir di Surabaya, pada tanggal 24 April 1924.
  • Djamil Suherman meninggal dunia di Bandung, pada tanggal 30 November 1985 (pada usia 61 tahun).
  • Djamil Suherman adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.