Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Kuitansi (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Kuitansi" karya Taufiq Ismail mengungkapkan perasaan keterbatasan dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kewajiban hidup yang besar.
Kuitansi

Selembar kuitansi
Dua hektar luasnya
Terbentang di hadapanku
Tak tahu aku cara
Menandatanganinya

Sebuah kuitansi
Berbentuk bom waktu
Bila kuteken hari ini
Akan meledak dua dasawarsa
Dan mencencang anak cucuku
Tak tahu aku cara
Menandatanganinya

Selembar kuitansi
Seluas langit
Biru jernih di atas sana
Tak tergapai
Dalam jangkauan tak sampai
Tak tahu aku cara
Menandatanganinya

Sebuah kuintasi
Berbentuk lipatan kain kafan
Berwarna perak berkilauan
Dengan jari bergetaran
Di bagian bawah di sudut kanan
Tandatanganku
Kugoreskan.

1991

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Kuitansi" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang memadukan metafora, simbolisme, dan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian. Dalam puisi ini, Ismail menggunakan kuitansi sebagai simbol untuk mengungkapkan perasaan terjebak dalam waktu dan tanggung jawab yang tidak dapat dihindari.

Tema Utama

  • Kewajiban dan Tanggung Jawab: Puisi ini mengeksplorasi tema kewajiban dan tanggung jawab yang terasa berat dan tidak dapat dihindari. Kuitansi yang "dua hektar luasnya" dan "seluas langit" menggambarkan beban tanggung jawab yang sangat besar dan tampaknya tak tertanggung. Penulis merasa tidak tahu bagaimana cara "menandatanganinya," yang mencerminkan perasaan keterbatasan dan keputusasaan.
  • Waktu dan Kematian: Kuitansi sebagai "bom waktu" dan "lipatan kain kafan" melambangkan aspek waktu dan kematian. Kuitansi yang harus ditandatangani mencerminkan kontrak hidup yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, termasuk dampaknya terhadap generasi mendatang dan akhirnya, kematian.
  • Keterbatasan Manusia: Puisi ini juga mengungkapkan tema keterbatasan manusia dalam menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar dari diri mereka. Kuitansi yang "tak tergapai" dan "seluas langit" menunjukkan bahwa ada hal-hal dalam hidup yang berada di luar jangkauan manusia dan tidak dapat mereka kontrol.

Teknik Sastra

  • Metafora dan Simbolisme: Ismail menggunakan kuitansi sebagai metafora untuk tanggung jawab dan beban hidup yang besar. Kuitansi juga berfungsi sebagai simbol untuk waktu, kematian, dan keterbatasan manusia. Simbolisme ini menambah kedalaman emosional puisi dan memberikan makna yang lebih kompleks pada teks.
  • Deskripsi Kontras: Kontras antara ukuran kuitansi ("dua hektar luasnya" dan "seluas langit") dengan kemampuan penulis untuk menandatanganinya ("Tak tahu aku cara / Menandatanganinya") menekankan perasaan ketidakmampuan dan beban yang terlalu berat. Deskripsi ini memperjelas perasaan terjebak dan tertekan yang dirasakan penulis.
  • Pengulangan: Pengulangan frasa "Tak tahu aku cara / Menandatanganinya" memberikan penekanan pada perasaan keterbatasan dan ketidakberdayaan penulis. Ini menciptakan ritme dan menguatkan tema sentral puisi.

Interpretasi

  • Kewajiban Seumur Hidup: Kuitansi yang digambarkan dengan ukuran yang sangat besar mencerminkan kewajiban hidup yang berat dan tidak dapat dihindari. "Berbentuk bom waktu" mengindikasikan bahwa keputusan atau tanggung jawab tersebut memiliki dampak jangka panjang yang tidak dapat diprediksi sepenuhnya, termasuk dampaknya terhadap generasi berikutnya.
  • Kematian dan Warisan: Kuitansi sebagai "lipatan kain kafan" menunjukkan bahwa kewajiban hidup pada akhirnya mengarah pada kematian. Kewajiban dan tanggung jawab yang harus ditandatangani oleh penulis juga berfungsi sebagai simbol warisan yang akan diteruskan kepada generasi mendatang. Tindakan menandatangani kuitansi mencerminkan kesadaran akan kematian dan akhir hidup.
  • Perasaan Ketidakberdayaan: Puisi ini mengungkapkan perasaan ketidakberdayaan dan keterbatasan manusia dalam menghadapi tanggung jawab besar. Kuitansi yang terlalu besar untuk diakses atau dipahami mencerminkan perasaan terjebak dalam situasi yang tidak dapat dikendalikan dan kesulitan untuk menghadapinya.
Puisi "Kuitansi" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang memadukan simbolisme dan metafora untuk mengeksplorasi tema tanggung jawab, waktu, dan kematian. Dengan menggunakan kuitansi sebagai simbol, Ismail mengungkapkan perasaan keterbatasan dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kewajiban hidup yang besar. Teknik sastra seperti deskripsi kontras dan pengulangan memperdalam makna puisi dan menambah dimensi emosional pada karya ini. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang beban tanggung jawab dalam hidup dan bagaimana kita menghadapi akhirnya.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Kuitansi
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.