Puisi: Kenosis (Karya Melki Deni)

Puisi "Kenosis" karya Melki Deni menyuguhkan refleksi mendalam tentang cinta dan pengorbanan yang memukau hati kita, merasuki jiwa dengan kedalaman ..

Kenosis

Aku sudah berikan segenap—seluruh—semua—segala untukmu: kita semua mengerti makin mencintai makin tidak kenal diri, makin tak terkendali. Kenosis. 
Kutahu kau mencintaiku: dan aku merasakan itu sebelum matahari menyingsing dan burung-burung masih enggan bernyanyi selama pagi hari.
Aku yakin kau takkan mungkin pergi, sebab kau ingin mati di dalam pelukan dingin ini,
Ketika aku dikepung kesepian, kenangan membangunkan, dan bayang-bayang wajahmu mengantarku pergi ke tempat yang hanya kita yang tahu ….
Aku ingin kenangan kita menjelma menjadi sayap besar untuk memautkan rindu kita yang entah jauhnya.
Di antara pertarungan kehampaan dan kebisingan aku berbicara dengan diri sendiri: aku harus mencari cara untuk mempertemukan kita sampai waktu memusnahkan seluruh kenangan kita.
Bahkan sampai detik-detik menjelang keberangkatan ke Seberang aku takkan berhenti bertanya: di manakah engkau, gadis Tuhan yang menyebabkan aku berani berpetualang sampai ke dunia ini?
Adakah matahari menyembunyikan matahari? Adakah malam memenjarakan engkau di antara bintang-bintang? Apakah gereja, kafe, taman, dan jalan-jalan yang pernah kita lalui sudah melupakanmu? 
Tetapi suara hatimu terdengar sampai di sini ….
: Kenosis

Madrid, 7 Agustus 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Kenosis" karya Melki Deni adalah sebuah karya yang penuh dengan emosi yang mendalam dan refleksi diri. Dalam puisi ini, Melki bermain dengan kata-kata yang memperlihatkan betapa cinta dapat membawa seseorang pada kehancuran diri, ketidakpastian, tetapi juga harapan. Sebuah fenomena yang kita semua mungkin telah rasakan di satu titik dalam kehidupan.

Makna Kenosis dalam Konteks Cinta

  • Cinta sebagai Proses Pengosongan Diri: "Aku sudah berikan segenap—seluruh—semua—segala untukmu." Betapa dalamnya perasaan yang tercermin dalam kalimat ini. Melki Deni menggunakan konsep 'kenosis', yang diambil dari teologi Kristen, yang berarti 'pengosongan diri'. Di sini, pengarang mengisyaratkan bahwa cinta ibarat sebuah proses kehilangan diri untuk orang lain, menyerahkan segalanya tanpa syarat. Bukankah kita semua pernah berkorban tanpa batas untuk orang yang kita cintai? Rasanya seolah-olah kita menyisihkan sebagian dari diri kita setiap kali kita mencintai dengan intensitas yang mendalam.
  • Kesendirian yang Menghantui: Ketika kesepian datang, kenangan menjadi satu-satunya teman. "Ketika aku dikepung kesepian, kenangan membangunkan." Bukankah kita semua pernah merasakannya? Saat kesepian menyerang, ingatan tentang orang yang kita cintai datang menghiasi pikiran kita, menghadirkan kembali momen-momen indah yang sudah berlalu. Kenangan itu seolah-olah menjadi sayap yang membawa kita kembali ke tempat-tempat yang hanya kita berdua yang tahu. Meskipun mungkin perih, kenangan tetap menjadi penghibur di tengah keheningan.

Pertarungan dengan Kehampaan dan Kebisingan

  • Mencari Cara Bertemu: "Aku harus mencari cara untuk mempertemukan kita sampai waktu memusnahkan seluruh kenangan kita." Perjuangan batin antara keinginan untuk kembali bersama dan itikad untuk terus maju adalah tema sentral dalam karya ini. Puisi ini menggambarkan betapa sulitnya melupakan seseorang yang pernah menjadi segalanya bagi kita. Namun, dalam kekalutan itu, terdapat dorongan untuk terus menemukan cara, mencari harapan, meskipun kecil. Adakah Anda juga merasakan kegelisahan yang sama? Di sini, Melki secara brilian menggambarkan perasaan yang banyak dari kita alami sehari-hari.
  • Sensasi Meninggalkan dan Harapan Kembali: Sampai kapanpun, bahkan detik-detik terakhir hidup, ada sebuah pertanyaan yang terus menghantui: "Di manakah engkau, gadis ...?" Ketika seseorang begitu berharga bagi kita, bahkan udara yang kita hirup dan sinar matahari yang kita lihat tidak akan terasa sama tanpa mereka. Tak peduli seberapa keras kita mencoba mengalihkan perhatian, pertanyaan itu tetap menempel di benak kita. Apakah gereja, kafe, taman, dan jalan-jalan yang pernah kalian lewati bersama benar-benar melupakannya? Pasti tidak. Memori tetap ada di setiap sudut, menunggu untuk dikunjungi ulang.

Kesatuan dalam Kesunyian: Sebuah Renungan

  • Suara yang Terus Terdengar: Namun, suara hatimu terdengar sampai di sini. . . Meskipun pisah oleh jarak dan waktu, cinta sejati mampu mendobrak segala batasan. Di balik kesunyian, ada gema rasa dan doa yang terus berlanjut. Dalam hal ini, Melki mengajarkan bahwa cinta yang sejati tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya berubah bentuk, dari kehadiran fisik menjadi kenangan yang hidup dalam hati. Itulah essensi kenosis, pengosongan diri yang diisi kembali oleh cinta dan pengharapan yang tak pernah pudar.
Overall, puisi "Kenosis" karya Melki Deni menyuguhkan refleksi mendalam tentang cinta dan pengorbanan yang memukau hati kita, merasuki jiwa dengan kedalaman emosi yang luar biasa.

Puisi Melki Deni
Puisi: Kenosis
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.