Puisi: Kembali (Karya Dwiarti Mardjono)

Puisi "Kembali" karya Dwiarti Mardjono menyajikan sebuah narasi tentang transformasi, kebangkitan, dan perjalanan spiritual melalui simbolisme dan ...
Kembali
(berita bagi ria)

dari mukimnya singgasana seribu satu cerita
ditengadahkan wajah terlukis damba dan harapan
sebab begitu menggemuruh dada
oleh napas laut buminya yang tercinta

begitu lama dia terlena dibutakan kenikmatan
karena di bumi mukimnya
angkasa malam-malam itu digantungi kemintang
bercahya teramat membelai
dan selalu di seluruh tarian penghabis malam
dilepasnya pelukan-pelukan memabukkan

oh, tapi kemintang itu semakin memudar
dan redup akhirnya
dan runtuh sebuah tahta dimahkotai kedunguan
pasrah hati pada segala panggilan

bila sampai berita ini kepadamu
adalah suatu kejutan yang tiada perlu diributkan:
akhirnya dia kembali, dia kembali
sebagai dara dia telah lahir kembali lembut dan mesra
selembut melati pagi.

Yogyakarta, 1957

Sumber: Tonggak 2 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi "Kembali" karya Dwiarti Mardjono menyajikan sebuah narasi tentang transformasi, kebangkitan, dan perjalanan spiritual melalui simbolisme dan metafora yang mendalam. Karya ini mengeksplorasi tema-tema perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan, dengan menggabungkan elemen alam dan kekuasaan simbolis.

Struktur dan Tema

Puisi ini dimulai dengan gambaran yang megah dan penuh makna: "dari mukimnya singgasana seribu satu cerita / ditengadahkan wajah terlukis damba dan harapan." Frasa ini menggambarkan seseorang yang berada dalam posisi kekuasaan atau kenikmatan yang tinggi, yang kemudian menyadari kekuatan harapan dan impian yang telah lama ada.

Transformasi dan Kesadaran

Penulis menggambarkan bagaimana seseorang yang sebelumnya terlena dalam kesenangan dan kekuasaan akhirnya menyadari ketidakabadian dari kenikmatan tersebut. "Begitu lama dia terlena dibutakan kenikmatan" menunjukkan bahwa individu tersebut telah kehilangan kesadaran akan kenyataan karena terbuai oleh kesenangan dan kekuasaan.

Simbolisme Alam dan Kekuatan

  • Napasan Laut Bumi: "Oleh napas laut buminya yang tercinta" menggambarkan kekuatan dan keindahan alam yang mendalam. Napas laut melambangkan kesegaran dan kedamaian yang mendasari kehidupan, serta keterhubungan mendalam dengan tanah air.
  • Kemintang dan Tahta: "Kemintang" atau bintang yang bercahaya menggambarkan kemegahan dan kecemerlangan yang pernah dimiliki. Namun, bintang yang "semakin memudar" dan "runtuhnya sebuah tahta dimahkotai kedunguan" menunjukkan bahwa kemegahan dan kekuasaan tersebut telah berkurang dan akhirnya runtuh. Ini melambangkan transisi dari kekuasaan menuju kesadaran dan penyerahan diri.

Kebangkitan dan Pembaharuan

  • Kembali sebagai Dara: "Akhirnya dia kembali, dia kembali / sebagai dara dia telah lahir kembali lembut dan mesra" mengisyaratkan kebangkitan dan pembaharuan diri. Kembalinya individu sebagai "dara" atau wanita muda yang lembut dan mesra melambangkan lahirnya kembali dengan sifat yang lebih murni dan penuh kasih.
  • Lembut Melati Pagi: "Selembut melati pagi" adalah metafora untuk kelembutan dan kesucian yang baru ditemukan. Melati pagi melambangkan kebangkitan baru dan keindahan yang sederhana namun mendalam.

Refleksi dan Kesadaran

Puisi ini menyajikan sebuah perjalanan spiritual dari kemegahan menuju kesederhanaan dan pencerahan. Penulis menggunakan simbolisme dan metafora untuk menggambarkan proses transformasi yang melibatkan penurunan dari kekuasaan dan kenikmatan menuju pemahaman yang lebih dalam dan pencerahan diri.

Puisi "Kembali" karya Dwiarti Mardjono adalah karya yang mendalam dan reflektif tentang perjalanan transformasi dan kebangkitan dalam kehidupan. Melalui simbolisme alam, kekuasaan, dan pembaharuan, puisi ini menggambarkan proses pencerahan dari kemegahan dan kenikmatan menuju kesederhanaan dan kelembutan yang baru ditemukan. Dengan gaya penulisan yang puitis dan metaforis, Dwiarti Mardjono berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya pembaharuan dan kesadaran dalam perjalanan hidup seseorang.

Dwiarti Mardjono
Puisi: Kembali
Karya: Dwiarti Mardjono

Biodata Dwiarti Mardjono:
  • Dwiarti Mardjono lahir pada tanggal 10 Agustus 1935 di Cilacap, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.