Puisi: Kemana (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Kemana" karya Fikar W. Eda mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari kebebasan dan dampak keterbatasan terhadap pengalaman ...
Kemana

Mulut dikatup
kemana suara

Tangan digari
kemana raba

Kelamin digasi
kemana daya

Hati dikunci
kemana rasa

Padahal kita
telah lama merdeka.

Banda Aceh, Agustus, 1994

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Kemana" karya Fikar W. Eda menyajikan refleksi mendalam tentang kebebasan dan keterkungkungan. Dengan gaya yang sederhana namun sarat makna, puisi ini mengeksplorasi tema-tema keterbatasan pribadi dan kontradiksi dalam konteks kebebasan yang diharapkan.

Mulut dikatup
kemana suara

Bait pertama mengatur nada puisi dengan memperkenalkan tema keterbatasan dalam komunikasi. "Mulut dikatup" melambangkan pengekangan terhadap kebebasan berbicara atau mengungkapkan pendapat. Pertanyaan retoris "kemana suara" menunjukkan ketidakmampuan untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan secara bebas, meskipun mulut tetap ada. Ini mengisyaratkan perasaan frustrasi dan kekangan yang dialami oleh individu dalam konteks sosial atau pribadi.

Tangan digari
kemana raba

Pada bait ini, simbol "tangan digari" menggambarkan pembatasan fisik yang menghalangi kemampuan untuk menjelajah atau menyentuh dunia sekitar. "Kemana raba" menekankan kehilangan kemampuan untuk merasakan atau berinteraksi secara langsung dengan lingkungan. Seperti halnya pada bait pertama, ada perasaan tertekan dan terbatas yang diungkapkan di sini, yang menyoroti rasa ketidakberdayaan terhadap kondisi yang tidak memadai.

Kelamin digasi
kemana daya

Bait ketiga membawa pembaca pada level yang lebih dalam dari keterbatasan, dengan simbol "kelamin digasi" yang dapat diartikan sebagai pengekangan terhadap daya atau energi vital seseorang. Ini bisa menggambarkan penurunan dalam kapasitas kreatif atau seksual, serta dampaknya terhadap kehidupan dan kehampaan yang dialami akibat batasan tersebut. "Kemana daya" menegaskan pencarian akan energi atau kekuatan yang hilang, menyoroti ketidakmampuan untuk mengakses potensi penuh.

Hati dikunci
kemana rasa

Bait ini mengarah pada dimensi emosional dengan "hati dikunci" yang melambangkan pembatasan dalam mengalami dan mengekspresikan perasaan. Pertanyaan "kemana rasa" menunjukkan hilangnya kedekatan emosional dan ketidakmampuan untuk merasakan atau berbagi cinta dan empati. Ini mencerminkan kerinduan untuk kembali merasakan kedalaman emosional yang telah terkunci atau terhalang.

Padahal kita
telah lama merdeka.

Penutup puisi ini menyoroti kontradiksi antara keadaan yang digambarkan sebelumnya dengan kenyataan bahwa "kita telah lama merdeka." Frasa ini menunjukkan bahwa meskipun ada klaim kebebasan atau kemerdekaan, kenyataan yang dihadapi adalah adanya keterbatasan dan penghalang yang terus-menerus. Ini mengkritik ketidakselarasan antara kebebasan yang diharapkan dan kenyataan yang dialami, mengungkapkan ironi dan ketidakpuasan dalam konteks kebebasan yang diklaim.

Tema dan Makna

  • Keterbatasan dan Kebebasan: Puisi ini menggambarkan tema utama keterbatasan individu dalam berbagai aspek kehidupan—komunikasi, sentuhan, energi, dan emosi—dan menyiratkan kontradiksi dengan klaim kebebasan. Dengan menggunakan simbol-simbol fisik untuk menggambarkan batasan ini, Fikar W. Eda menyajikan refleksi yang tajam tentang bagaimana meskipun secara resmi merdeka, individu sering kali terjebak dalam batasan yang membatasi kebebasan mereka.
  • Kontradiksi dan Ketidakpuasan: Puisi ini mengeksplorasi perasaan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap ketidakselarasan antara keadaan yang dialami dan kebebasan yang diharapkan. Ini menunjukkan bagaimana kebebasan secara teoritis tidak selalu mencerminkan realitas yang dialami, menciptakan ketegangan dan keputusasaan dalam hidup sehari-hari.
Puisi "Kemana" karya Fikar W. Eda adalah refleksi mendalam tentang keterbatasan dan kontradiksi dalam pengalaman manusia. Dengan menggambarkan berbagai bentuk penghalang dan keterbatasan, puisi ini menyoroti konflik antara klaim kebebasan dan kenyataan yang dihadapi individu. Melalui simbolisme yang kuat dan pertanyaan retoris, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari kebebasan dan dampak keterbatasan terhadap pengalaman hidup kita.

Fikar W. Eda
Puisi: Kemana
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.