Puisi: Jendela (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Jendela" karya Kinanthi Anggraini mengajak pembaca untuk merenungkan keterbatasan dalam hidup mereka sendiri dan bagaimana hal-hal kecil ...
Jendela

Ukiran kayu pohon bernama akasia
dengan lubang celah berjumlah dua saja
berbolak-balik, dikipas angin sang batara
beranak-pinak melengking suara
bergerak bolak-balik seirama.

Tak betah terlihat rapi
keributan kecil membunuh mimpi
di matamu ada televisi
saat udara luar tak bisa masuk lagi.

Bercakap-cakap dengan kaca
berteman dengan peristiwa
menjadi pengamat yang diam saja
arah pandang kerucut di sudut ruang hampa.

Berjelaga
gurat wajah mata gua
tak akan karam, hingga rata.

20 November 2013

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Jendela" karya Kinanthi Anggraini menawarkan sebuah gambaran yang mendalam tentang keterbatasan, pengamatan, dan kerinduan akan kebebasan. Melalui penggunaan metafora yang cermat dan gaya bahasa yang khas, puisi ini mengeksplorasi tema-tema tentang ruang, perspektif, dan ketidaknyamanan dalam rutinitas sehari-hari.

Tema

  • Keterbatasan dan Ruang: Puisi ini menggambarkan sebuah jendela yang menjadi simbol keterbatasan dan kekangan. "Ukiran kayu pohon bernama akasia / dengan lubang celah berjumlah dua saja" menunjukkan keterbatasan fisik dari jendela yang menghalangi pandangan ke luar dan membatasi akses udara. Hal ini menciptakan perasaan terkurung dan terisolasi, di mana jendela bukan hanya sebuah elemen fisik tetapi juga metafora untuk keterbatasan dalam hidup.
  • Pengamatan dan Keterasingan: Penggunaan metafora "bercakap-cakap dengan kaca / berteman dengan peristiwa" menyoroti perasaan terasing yang dialami oleh seseorang yang berada di balik jendela. Kaca jendela tidak hanya memisahkan ruang luar dan dalam, tetapi juga menciptakan jarak antara pengamat dan dunia luar. Ini menggambarkan sebuah keadaan di mana seseorang hanya bisa menjadi pengamat tanpa berpartisipasi langsung dalam peristiwa yang terjadi di luar.
  • Ketidaknyamanan dan Keributan: Kalimat "Tak betah terlihat rapi / keributan kecil membunuh mimpi" menggambarkan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ketidakteraturan atau keributan yang muncul dari luar. Perasaan ini menciptakan ketidaknyamanan emosional dan mengganggu kedamaian batin seseorang. Ini menunjukkan bagaimana hal-hal kecil yang mengganggu dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan merusak mimpi atau harapan.

Gaya Bahasa dan Teknik

  • Metafora dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan jendela sebagai metafora untuk keterbatasan dan pengamatan. Jendela bukan hanya sebuah elemen fisik tetapi juga simbol untuk batasan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. "Ukiran kayu pohon bernama akasia" dan "lubang celah berjumlah dua saja" memperkuat gagasan tentang keterbatasan yang ada.
  • Personifikasi: Kaca jendela digambarkan seolah-olah "bercakap-cakap" dan "berteman" dengan peristiwa, yang memberikan kehidupan pada objek mati dan menggarisbawahi perasaan keterasingan dan keterpisahan. Personifikasi ini menambah dimensi emosional dan memberi makna tambahan pada elemen-elemen fisik dalam puisi.
  • Gaya Deskriptif: Deskripsi yang digunakan dalam puisi ini sangat detail dan menggugah imajinasi. Frasa seperti "bergerak bolak-balik seirama" dan "berjelaga / gurat wajah mata gua" memberikan gambaran visual yang jelas tentang kondisi dan perasaan penulis. Gaya deskriptif ini membantu pembaca merasakan atmosfer dan emosi yang digambarkan dalam puisi.

Makna dan Refleksi

  • Keterbatasan dan Kebebasan: Puisi ini mencerminkan tema besar tentang keterbatasan dalam kehidupan dan keinginan untuk kebebasan. Jendela yang menggambarkan batasan fisik juga mencerminkan batasan psikologis atau emosional yang dirasakan seseorang. Pengamatan dari balik jendela mengindikasikan keinginan untuk terlibat lebih dalam tetapi terbatas oleh keadaan.
  • Keterasingan dan Pengamatan: Perasaan keterasingan yang digambarkan melalui pengamatan jendela mencerminkan bagaimana seseorang dapat merasa terpisah dari dunia luar meskipun berada dalam jarak yang dekat. Ini menunjukkan bagaimana batasan fisik juga dapat menciptakan jarak emosional dan sosial.
  • Keributan dan Ketidaknyamanan: Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh keributan kecil menyoroti bagaimana hal-hal kecil dapat mengganggu ketenangan batin dan mempengaruhi mimpi dan harapan seseorang. Ini mencerminkan betapa pentingnya ketenangan dan keteraturan dalam mencapai kesejahteraan emosional.
Puisi "Jendela" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang penuh dengan makna dan imaji, menggambarkan keterbatasan, keterasingan, dan ketidaknyamanan melalui simbolisme jendela. Dengan penggunaan metafora dan gaya bahasa yang kuat, puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana batasan fisik dan emosional mempengaruhi pandangan dan perasaan seseorang. Karya ini mengajak pembaca untuk merenungkan keterbatasan dalam hidup mereka sendiri dan bagaimana hal-hal kecil dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Jendela
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.