Puisi: Jeda (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Jeda" karya Nanang Suryadi mengajak pembaca untuk merenung sejenak dari hiruk pikuk kehidupan dan kembali kepada esensi dari cinta dan ...
Jeda

bulan separuh, mengintip. langit redup. seredup sajak-sajak malam. seredup impian-impian,
ada jeda. titik keheningan.
biarlah arus memusar, ikan-ikan berenang riang
ada saat kita tak berharap apapun. tak meminta apapun. selain cintanya
ada saat untuk pulang. kembali pada keheningan.

2015

Analisis Puisi:

Nanang Suryadi adalah salah satu penyair Indonesia yang karyanya sering mengangkat tema keheningan dan perenungan. Dalam puisi "Jeda," Suryadi menghadirkan sebuah momen transisi yang dipenuhi dengan ketenangan dan introspeksi. Melalui penggambaran alam dan perasaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung sejenak dari hiruk pikuk kehidupan dan kembali kepada esensi dari cinta dan ketenangan.

Gambaran Alam yang Simbolis

  • Bulan Separuh dan Langit Redup: Puisi ini dibuka dengan deskripsi visual yang menenangkan: "bulan separuh, mengintip. langit redup." Bulan separuh dapat melambangkan momen transisi atau pertengahan perjalanan hidup, sementara langit redup memberikan suasana yang penuh ketenangan dan melankolis. Ini mencerminkan keadaan pikiran yang sedang dalam kondisi jeda atau istirahat dari aktivitas sehari-hari.
  • Sajak-Sajak Malam: Ungkapan "seredup sajak-sajak malam" mengisyaratkan bahwa puisi malam hari cenderung lebih reflektif dan penuh perenungan. Malam hari sering kali menjadi waktu untuk merenung dan memikirkan hidup dengan lebih mendalam.

Momen Keheningan dan Refleksi

  • Titik Keheningan: Frasa "ada jeda. titik keheningan." adalah inti dari puisi ini. Jeda di sini bukan hanya sekadar istirahat fisik, melainkan juga istirahat emosional dan mental. Keheningan memberikan ruang bagi pikiran dan perasaan untuk kembali menemukan kedamaian.
  • Arus dan Ikan-Ikan Berenang Riang: Kontras antara arus yang memusar dan ikan-ikan yang berenang riang menggambarkan bahwa di tengah dinamika dan kesibukan (arus), masih ada ruang untuk kebahagiaan dan kesenangan sederhana (ikan-ikan yang berenang riang). Ini mengingatkan kita bahwa di tengah kesulitan dan tantangan hidup, kita masih bisa menemukan kebahagiaan kecil dan sederhana.

Penerimaan dan Cinta

  • Tidak Berharap Apapun: "Ada saat kita tak berharap apapun. tak meminta apapun. selain cintanya." Bagian ini menekankan pentingnya penerimaan dan ketenangan hati. Terkadang, kebahagiaan sejati tidak datang dari harapan atau keinginan yang berlebihan, tetapi dari penerimaan dan cinta yang tulus.
  • Pulang ke Keheningan: "Ada saat untuk pulang. kembali pada keheningan." Ini adalah seruan untuk kembali ke diri sendiri, menemukan ketenangan batin dan kembali ke akar dari segala sesuatu, yaitu keheningan dan kedamaian. Pulang di sini bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan emosional.
Puisi "Jeda" karya Nanang Suryadi adalah karya yang menawarkan momen refleksi dan introspeksi yang mendalam. Melalui penggambaran alam dan perasaan yang halus, Suryadi mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari keheningan dan kedamaian. Jeda adalah momen penting dalam hidup, di mana kita bisa menemukan kembali esensi dari cinta dan ketenangan. Dalam keheningan, kita bisa kembali menemukan diri kita yang sejati dan merasakan kebahagiaan yang tulus.

Puisi ini adalah pengingat bahwa di tengah segala kesibukan dan dinamika hidup, penting untuk mengambil jeda, menikmati momen keheningan, dan merasakan cinta yang murni dan tulus.

Nanang Suryadi
Puisi: Jeda
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.