Puisi: Ibu (Karya A.A. Navis)

Puisi "Ibu" karya A.A. Navis menggambarkan kompleksitas perasaan cinta dan rindu seorang anak terhadap ibunya yang sakit.
Ibu
Buat Ibu yang meninggal 2 Agustus 1952

Aku tahu, Ibu
selagi kau telentang
tak bergerak karena sakitmu
lapar karena patah seleramu
sakit dadamu setiap menelan
menambah aus daya tahanmu.

Aku tahu, Ibu
pada matamu menyinar tawakal
dan kasih yang berlimpahan pada kami
supaya anak-anakmu
jangan berduka karena sakitmu.

Tidak, Ibu,
tangan kasihmu telah lama membelai
sehingga aku ketemu
siapa diriku.

Dan itu,
itu sudah cukup, Ibu.

Sekarang,
kasih Ibu mau aku imbang
biarkan tanganku membelaimu sayang
jangan Ibu larang
karena luka pedih kian mengerang.

Ibu,
bicaralah seperti dulu yang selalu
jangan pejamkan matamu
bukalah bibir yang terkatup bisu
karena diammu, Ibu
kian memedih luka di hatiku.

30 Januari 1952

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu" karya A.A. Navis adalah sebuah ungkapan penghargaan dan kasih sayang kepada seorang ibu yang telah mengorbankan segalanya untuk anak-anaknya. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, Navis menggambarkan perasaan cinta dan pengabdian yang mendalam terhadap seorang ibu.

Pengorbanan Seorang Ibu: Puisi ini menggambarkan pengorbanan seorang ibu yang sakit namun tetap mempertahankan kekuatan dan ketabahan untuk menjaga anak-anaknya. Ibu tersebut berjuang melalui kesakitan dan penderitaan untuk memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak-anaknya.

Kasih Sayang yang Tulus: Meskipun dalam kondisi sakit, ibu tersebut tetap memiliki kasih sayang yang berlimpah untuk anak-anaknya. Matanya menyinari tawakal dan kasih yang tak terbatas, sehingga anak-anaknya tidak merasa berduka melihat kondisinya.

Perasaan Anak yang Berusaha Membalas Budi: Penyair menyatakan bahwa kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan oleh ibu sudah cukup untuk membentuk dirinya menjadi apa adanya. Kini, sang anak ingin membalas budi dan merawat ibunya dengan penuh kasih sayang, meskipun luka pedih semakin membesar.

Keinginan Anak untuk Mendengar Suara Ibu: Penyair mengungkapkan kerinduan yang mendalam untuk mendengar suara ibunya yang telah terkatup bisu karena sakit. Diamnya ibu semakin menyedihkan hati sang anak dan menambah luka di dalam hatinya.

Puisi "Ibu" karya A.A. Navis adalah sebuah penghormatan yang mendalam kepada seorang ibu yang telah mengorbankan segalanya untuk anak-anaknya. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Navis berhasil menggambarkan kompleksitas perasaan cinta dan rindu seorang anak terhadap ibunya yang sakit.

A.A. Navis
Puisi: Ibu
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Alam Alam!!! Alangkah sebatnya suara ini, dikeluhkan nyawa, kalbu nurani, yang tengah berkhali menanti Zaman. Alam, penuh oléh duri dustaan, diliputi dosa, keganasan nafsu,…
  • 12 Mei 1998 (Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan) Empat syuhada berangkat pada suatu malam,     gerimis air mata  tertaha…
  • Mencahari Bersalut ratna diselang emas berhari-hari,     Itulah kalung perjalanan hidupku; membenturkan kesenangan cahaya nubari.     Tiadalah pernah dige…
  • Eksposisi Kota Tua (Bersama Ahmad Dja’far Sudjatmiko) "Apa yang kau pikirkan tentang kota tua ini?" Kau diam menatap tugu hati Ditegakkan sejarah, seorang raja raksasa yang…
  • Nyanyian Rebanakau tak pernah mengerti siapa menabuhrebana. saat kesunyian berdendang: tangan-tanganruncing itu seperti memanggil-manggil kita dalamkedinginan. kau rapatkan mantelm…
  • BatukJauh di bawah ronggaAda suara bertalu-taluSeorang yang lama menungguTerus menggedor mencari pintu keluarKalau saja aku bisa menolongnya -- Tapi hanya kupunya sedikit kata…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.