Puisi: Huh (Karya Zainuddin Tamir Koto)

Puisi "Huh" karya Zainuddin Tamir Koto menawarkan gambaran mendalam tentang perjuangan melawan kegelapan, keputusasaan, dan pencarian makna dalam ....
Huh

kucoba mengintip kelam
dari cahaya lilin
sia-sia

petir tunggal menggelepar
aku bagai debu
menerawang angkasa

sejuta mata menatap kepadaku
yang bersembunyi
di belakang cahaya lilin

kucoba lagi mengintip kelam
rembulan menyilau mataku
angin pun rebah

dan desauan daun-daun
jadi diam
ditelan kelam

Medan, 12 September 1997

Analisis Puisi:

Puisi "Huh" karya Zainuddin Tamir Koto menawarkan gambaran mendalam tentang perjuangan melawan kegelapan, keputusasaan, dan pencarian makna dalam situasi yang tampaknya tidak ada harapan. Melalui penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang evocative, puisi ini mencerminkan tema-tema kesedihan, isolasi, dan usaha untuk menemukan cahaya dalam kegelapan.

Kegelapan dan Usaha yang Sia-sia

Puisi dimulai dengan "kucoba mengintip kelam / dari cahaya lilin / sia-sia", yang menunjukkan usaha penyair untuk mencari sesuatu yang lebih dalam atau makna di tengah kegelapan. "Cahaya lilin" di sini melambangkan sumber cahaya kecil yang tidak cukup kuat untuk mengatasi kegelapan yang lebih besar. Upaya untuk mengintip kelam dari cahaya lilin yang sia-sia mencerminkan ketidakmampuan untuk memahami atau mengatasi kegelapan yang mengelilingi penyair.

Simbolisme Petir dan Debu

"Petir tunggal menggelepar / aku bagai debu / menerawang angkasa" menggambarkan kehadiran petir sebagai simbol kekuatan atau pencerahan yang tiba-tiba namun singkat. Petir yang menggelepar menandakan kekuatan yang tiba-tiba tetapi tidak permanen. Penyair merasa seperti "debu", simbol dari sesuatu yang kecil dan tidak signifikan, yang hanyut dan tidak memiliki arah di angkasa. Ini mencerminkan rasa keterasingan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi.

Isolasi dan Pengamatan

"Sejuta mata menatap kepadaku / yang bersembunyi / di belakang cahaya lilin" menunjukkan perasaan pengawasan atau penilaian dari orang lain. Penyair merasa terasing dan diperhatikan oleh banyak orang, tetapi tetap tersembunyi di balik "cahaya lilin", sebuah simbol dari usaha yang tidak memadai untuk melindungi diri dari penilaian atau pandangan tersebut.

Ketidakberdayaan dalam Kegelapan

"Kucoba lagi mengintip kelam / rembulan menyilau mataku / angin pun rebah" menggambarkan usaha penyair untuk kembali mencari pencerahan atau pemahaman di tengah kegelapan, tetapi "rembulan menyilau mataku" menunjukkan bahwa pencarian itu semakin membingungkan atau menyakitkan. "Angin pun rebah" menandakan bahwa semua elemen alami tampak pasif atau tidak berfungsi dengan baik, menambah rasa keputusasaan.

Kegelapan yang Menguasai

"Dan desauan daun-daun / jadi diam / ditelan kelam" menutup puisi dengan citra kegelapan yang total, di mana "desauan daun-daun" yang biasanya menunjukkan kehidupan dan gerakan kini menjadi diam dan ditelan oleh kegelapan. Ini mencerminkan kekalahan total dan penutupan dalam pencarian penyair untuk makna atau pencerahan.

Puisi "Huh" karya Zainuddin Tamir Koto adalah sebuah karya yang menyelidiki tema kesedihan, keputusasaan, dan pencarian makna di tengah kegelapan. Dengan simbolisme yang kuat dan penggunaan bahasa yang evocative, puisi ini menggambarkan perjuangan melawan kekuatan yang lebih besar dan perasaan isolasi yang mendalam. Kegelapan yang tak tertembus dan usaha penyair yang sia-sia untuk menemukan pencerahan menciptakan suasana yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tantangan dalam menghadapi kegelapan dan bagaimana kita mencari cahaya dan makna dalam situasi yang tampaknya tidak ada harapan.

Puisi: Huh
Puisi: Huh
Karya: Zainuddin Tamir Koto

Biodata Zainuddin Tamir Koto:
  • Zainuddin Tamir Koto (lebih dikenal dengan nama pena Zatako) lahir pada tanggal 14 Desember 1941 di Gasan Ketek, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat.
  • Zainuddin Tamir Koto meninggal dunia pada tanggal 11 Desember 2011 di Medan Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.