Puisi: Hidup (Karya Usmar Ismail)

Puisi "Hidup" karya Usmar Ismail mengajak kita untuk berani menyelami kedalaman jiwa kita sendiri, meskipun itu berarti menghadapi ketakutan dan ...
Hidup

Kutinjau air bening dalam perigi
Kuselami hingga dasar tiada gentar,
Tapi terkadang
Timbul takut akan mencermin
Di dalam jernih air keruh jiwa sendiri.

Hidupku laksana angin bertiup kencang
Di atas bentangan permadani pengalaman
Meliputi rata
Alam semesta
Deras arus
Kejar berembus.

Mei, 1944

Analisis Puisi:

Puisi "Hidup" karya Usmar Ismail adalah karya yang menggambarkan perjalanan kehidupan sebagai sebuah refleksi diri dan penerimaan atas segala pengalaman yang terjadi. Dalam puisi ini, Usmar Ismail menggunakan simbolisme alam untuk menggambarkan kompleksitas kehidupan dan bagaimana manusia berjuang untuk menghadapi dan memahami dirinya sendiri di tengah arus kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Air Bening dalam Perigi: Simbol Refleksi Diri

Baris pembuka puisi ini, "Kutinjau air bening dalam perigi," mengarahkan pembaca pada sebuah metafora tentang refleksi diri. Air bening dalam perigi melambangkan kejelasan dan ketenangan, yang bisa diartikan sebagai cara seseorang memandang dirinya sendiri. Air bening ini menggambarkan kebersihan jiwa dan ketulusan dalam menilai diri sendiri. Namun, seperti yang sering terjadi dalam refleksi diri yang mendalam, ada kemungkinan seseorang akan menemukan sesuatu yang tidak ia sukai atau tidak ia duga tentang dirinya sendiri.

"Kuselami hingga dasar tiada gentar" menunjukkan keberanian narator untuk menyelami kedalaman jiwanya, menghadapi segala hal yang mungkin tersembunyi di sana. Ini mencerminkan keberanian untuk menggali lebih dalam ke dalam diri sendiri, untuk memahami dan menghadapi segala ketakutan, kekhawatiran, dan kerapuhan yang mungkin ada. Namun, baris selanjutnya, "Tapi terkadang timbul takut akan mencermin di dalam jernih air keruh jiwa sendiri," mengungkapkan bahwa meskipun ada keberanian, tetap ada rasa takut akan apa yang mungkin terlihat. Air yang awalnya bening mungkin akan menjadi keruh saat kita mulai menyelami jiwa kita sendiri, mencerminkan bahwa memahami diri sendiri tidak selalu mudah atau nyaman.

Hidup sebagai Angin Bertiup Kencang: Gambaran Dinamika dan Tantangan

Pada bagian kedua puisi, Usmar Ismail menggunakan metafora lain untuk menggambarkan kehidupan: "Hidupku laksana angin bertiup kencang di atas bentangan permadani pengalaman." Angin bertiup kencang menggambarkan kekuatan dan dinamika kehidupan, yang tidak pernah berhenti bergerak. Ini menunjukkan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang terus berubah dan bergerak, membawa seseorang melewati berbagai pengalaman yang membentuk dirinya.

"Di atas bentangan permadani pengalaman" menggambarkan bahwa semua pengalaman yang dialami oleh seseorang adalah seperti permadani yang terbentang luas, mencakup segala aspek kehidupan. Permadani ini adalah representasi dari semua yang telah terjadi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan, yang semuanya berkontribusi dalam membentuk siapa diri kita.

Derasnya Arus Kehidupan: Perjalanan Tanpa Henti

Baris terakhir puisi ini, "Meliputi rata alam semesta, deras arus kejar berembus," menggambarkan kehidupan sebagai sesuatu yang meliputi segala hal, mencakup seluruh alam semesta. Kehidupan di sini digambarkan sebagai arus yang deras, yang terus bergerak maju tanpa henti. Ini menunjukkan bahwa kehidupan adalah perjalanan yang tidak pernah berhenti, terus membawa kita ke depan meskipun terkadang dengan kecepatan yang membuat kita merasa kewalahan.

Arus yang deras ini juga mencerminkan bagaimana waktu dan pengalaman tidak bisa dihentikan. Kehidupan terus bergerak maju, dan kita harus mengikuti arusnya, tidak peduli seberapa sulit atau menakutkan itu. Angin yang berembus dengan kuat menggambarkan bahwa perjalanan hidup bisa penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

Hidup sebagai Perjalanan Refleksi dan Pengalaman

Puisi "Hidup" karya Usmar Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan sebagai sebuah perjalanan refleksi diri dan penerimaan terhadap segala pengalaman yang terjadi. Melalui simbolisme air bening dalam perigi dan angin bertiup kencang, Usmar Ismail menunjukkan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang dinamis dan penuh dengan tantangan, tetapi juga menawarkan kesempatan untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik.

Karya ini mengajak kita untuk berani menyelami kedalaman jiwa kita sendiri, meskipun itu berarti menghadapi ketakutan dan ketidakpastian yang mungkin muncul. Hidup, seperti yang digambarkan dalam puisi ini, adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan arus deras dan angin kencang, tetapi juga penuh dengan keindahan dan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Melalui puisi ini, Usmar Ismail mengingatkan kita bahwa keberanian untuk menghadapi diri sendiri dan menerima semua pengalaman dalam hidup adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh pemahaman.

"Puisi: Hidup"
Puisi: Hidup
Karya: Usmar Ismail

Biodata Usmar Ismail:
  • Usmar Ismail lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah seorang sutradara, produser film, dan penulis naskah Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
  • Usmar Ismail aktif dalam Gerakan Pujangga Baru, sebuah kelompok sastra yang berperan dalam perkembangan sastra Indonesia pada masa itu.
  • Usmar Ismail meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1971 (pada usia 49) di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.