Hati Kentang
Sunyi
bulan
gemintang-bintang
dan desau angin ke arah barat
Dengan gelisah kuhisap susu semesta
seorang dara dalam cadar terbayang
Lalu aku menyatakan kisah:
Hatiku adalah biji kentang dinantikan masaknya
Semula aku yakin
Engkaulah mulut yang menganga bagai kepala naga
seperti pada zaman purba
kan melahap hidupku
Maka aku serahkan semua diri
Engkau mengunyah
Engkau menelan
aku melewati rongkong dekat peparu-Mu yang
hangat sejuk
mengarungi usus-usus-Mu yang rumit merangsang
logika
menyeberang samudera hakekat-Mu dengan janji-
janji penyelesaian
Kau rentangkan jasad jiwaku bagai adonan terigu
dalam amukan topan badai
Terdorong impian aku pun bertanya:
"Sampai di mana ini Tuhan?"
dengan mengatupkan mulut Tuhan menjawab:
"Cerewet!
Kamu penuh dosa karena bertanya melulu.
Sebentar lagi kau akan keluar melalui pantatku
dan terbentuk jadi makhluk yang steril."
Masya' Allah:
"Kamu palsu!" serapahku
"Tuhan tak pernah punya pantat, dan mustahil
menjadikan
umat steril. Kau penipu!"
Ketika sadar
kusatukan kembali riwayatku
aku bergulat dalam usus besar dunia kehidupan
sekular
yang dipenuhi iklan, slogan, harapan-harapan, dan
rambu-rambu kapitalisme
"Keluar kau!" bentak Tuhan yang palsu itu
membahana
"Aku tidak mau keluar.
Aku mendapat banyak hiburan di sini. Eman-eman…
Aku melihat gambar-gambar cabul.
Aku mendengar gadis-gadis seksi diperkosa dengan
cara-cara yang halus maupun kurang ajar.
Aku melihat pertarungan-pertarungan mimbar bebas
seperti zaman pra-sejarah.
Aku akan menikmati semuanya itu
sambil menggerogoti usus-ususmu, jaringan-
jaringanmu
dan kubiarkan jantungmu tak punya hubungan.
Sebab bukti pembalasan bahwa kau
telah memalsu Tuhan!"
Ia kehilangan akal justru
karena ia menjaga diri
dan aku menang angin karena tak punya pilihan
kecuali Tuhan.
Darah sedih dari usus-ususnya terus mengalir
seperti barang-barang produksi dari suatu pabrik
dan aku terus menghisap kesedihan itu bersama
kenikmatannya.
Sunyi
sepi
dirundung malang
seperti gumpalan-gumpalan kisah-kasihku
"Oh, biji kentang," demikian selalu kudengar
sabda-Nya di tengah amukan-amukan ini:
"Kau sadari atau tidak.
Dalam tidur maupun jaga.
Dalam akal maupun pikiran.
Kalian semua dalam pertimbangan-Ku.
Dan dunia yang Kuciptakan ini
ada dalam tanggung jawab hati-kecilmu
sebagai pertanggungan jawabmu kelak kepada-Ku."
Sumber: Tonggak (1987)
Analisis Puisi:
Puisi "Hati Kentang" karya Fauzi Absal adalah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan eksistensial manusia melalui simbolisme dan narasi yang kompleks. Dalam puisi ini, Fauzi mengeksplorasi tema tentang pencarian makna hidup, hubungan antara manusia dan Tuhan, serta refleksi tentang dunia dan keberadaan.
Struktur dan Tema
Puisi ini menggunakan struktur naratif yang mendalam, menggabungkan unsur-unsur kosmik dengan refleksi pribadi. Tema utama yang diangkat adalah pencarian makna hidup dan hubungan dengan Tuhan melalui simbolisme yang kuat dan dialog internal yang intens.
Simbolisme dan Penggunaan Metafora
- "Hatiku adalah biji kentang dinantikan masaknya": Biji kentang di sini melambangkan potensi yang belum matang dan menunggu untuk berkembang. Ini menggambarkan kondisi batin penulis yang penuh harapan dan kegelisahan.
- "Engkaulah mulut yang menganga bagai kepala naga": Menggambarkan Tuhan sebagai kekuatan yang mengancam, seperti kepala naga, menunjukkan rasa takut dan kekaguman terhadap kekuatan Tuhan.
- "Aku melewati rongkong dekat peparu-Mu yang hangat sejuk": Menunjukkan perjalanan spiritual dan introspeksi, di mana penulis merasa berada dalam proses pembelajaran dan transformasi.
Dialog dengan Tuhan dan Konflik Batin
- "Tuhan menjawab: 'Cerewet! Kamu penuh dosa karena bertanya melulu.'": Menggambarkan dialog batin dengan Tuhan yang menunjukkan ketidakpuasan dan kebingungan penulis terhadap jawabannya. Ini menunjukkan ketegangan antara keinginan untuk memahami dan batasan dalam pencarian spiritual.
- "Aku akan menikmati semuanya itu sambil menggerogoti usus-ususmu": Menyiratkan konflik antara penulis dengan Tuhan serta pengalaman dunia yang penuh dengan hiburan dan kesenangan yang berlawanan dengan pencarian spiritual yang tulus.
Kritik terhadap Dunia dan Kapitalisme
- "Aku bergulat dalam usus besar dunia kehidupan sekular": Menggambarkan ketidakpuasan penulis terhadap dunia materialistik dan kapitalis yang penuh dengan iklan, harapan, dan rambu-rambu yang dianggap tidak memadai.
- "Aku melihat gambar-gambar cabul… pertarungan-pertarungan mimbar bebas": Mengkritik budaya dan sistem sosial yang dianggap penuh dengan kepalsuan dan eksploitasi.
Interpretasi
Puisi "Hati Kentang" karya Fauzi Absal menyajikan perjalanan introspeksi dan spiritual yang mendalam melalui simbolisme dan narasi yang kaya. Dengan menggunakan metafora kentang dan dialog dengan Tuhan, Fauzi mengeksplorasi tema-tema tentang pencarian makna hidup, kekuatan Tuhan, dan ketidakpuasan terhadap dunia modern. Puisi ini mencerminkan kegelisahan batin penulis dan pencarian akan kebenaran dan kedamaian spiritual di tengah dunia yang penuh kontradiksi dan kesulitan.
Puisi "Hati Kentang" adalah karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan spiritual dan konflik batin yang dihadapi manusia dalam mencari makna hidup dan hubungan dengan Tuhan. Dengan simbolisme yang kuat dan narasi yang mendalam, Fauzi Absal menciptakan sebuah karya yang menggugah pemikiran tentang kondisi manusia, pencarian spiritual, dan kritik terhadap dunia materialistik. Puisi ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan dan mengeksplorasi kedalaman pengalaman spiritual dan eksistensial mereka sendiri.
Karya: Fauzi Absal
Biodata Fauzi Absal:
- Fauzi Absal lahir pada tanggal 2 Maret 1951 di Yogya.