Puisi: Hai Ti (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Hai Ti" menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup melalui simbolisme alam dan gaya bahasa yang repetitif.

Hai Ti


ti yang tiang topang ke punca cahaya puncanya
jejak ke gaung ke gaung ke mana jejaknya
ikutkan aku kata angin ikutkan aku kata awan
ikutkan aku kata bulan
ikutkan aku
ikutkan
aku

ti yang tiang topang ke punca cahaya puncanya
jejak ke gaung ke gaung ke mana jejaknya
kuikutkan angin kuikutkan awan kuikutkan bulan
kuikutkan ke mana akan kuikutkan
selaju cahaya selaju cahayalah aku ke punca
jejak ke punca ke punca ke mana puncanya
tanyakan aku kata angin tanyakan aku kata awan
tanyakan aku kata bulan
tanyakan aku
tanyakan
aku
tanyakan ke mana akan kutanyakan
ti hai ti yang tiang topang
gelap pukaumu membelah batu tempat tidurku
ke mana angin ke mana awan ke mana bulan
ke mana akan ke mana dunia ke mana akan ke mana keranda
ti hai ti yang tiang topang gapaiku gapai ke kau
ti hai ti yang tiang topang
gaib gapaiku ke
punca
mu

1981

Sumber: Horison (September, 1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Hai Ti" karya Ibrahim Sattah merupakan karya yang mendalam dan kompleks, dengan eksplorasi tema spiritual dan pencarian makna hidup. Menggunakan gaya bahasa yang repetitif dan struktur yang terfragmentasi, puisi ini menggambarkan perjalanan batin dan pencarian diri melalui simbolisme yang kuat.

Tema Utama

  • Pencarian Spiritual: Puisi ini menggambarkan pencarian spiritual yang mendalam, dengan frasa seperti "ti yang tiang topang ke punca cahaya puncanya" dan "ke mana jejaknya." Pencarian ini menunjukkan keinginan untuk menemukan makna dan tujuan dalam hidup, serta mencari cahaya atau kebenaran yang lebih tinggi. Istilah "tiang topang" dan "punca cahaya" menandakan upaya untuk mencapai atau memahami sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
  • Simbolisme Alam: Elemen-elemen alam seperti angin, awan, bulan, dan cahaya digunakan sebagai simbol dalam puisi ini. Angin dan awan mewakili perubahan dan ketidakpastian, sedangkan bulan dan cahaya melambangkan panduan dan pengetahuan. Penggunaan simbolisme ini membantu mengilustrasikan pencarian spiritual dan perjalanan batin penulis dalam mencari makna.
  • Keberadaan dan Ketidakpastian: Puisi ini juga menggambarkan ketidakpastian dan keraguan dalam pencarian makna. Frasa seperti "ke mana ke mana ke punca" dan "gelap pukaumu membelah batu" menunjukkan kesulitan dan kebingungan dalam perjalanan spiritual. Ketidakpastian ini mencerminkan tantangan yang dihadapi ketika mencari makna dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan dunia.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Repetisi dan Fragmentasi: Ibrahim Sattah menggunakan gaya bahasa yang repetitif dan terfragmentasi dalam puisi ini. Repetisi frasa seperti "ikutkan aku" dan "tanyakan aku" menciptakan efek yang intens dan mendalam, menunjukkan dorongan dan keinginan yang kuat untuk menemukan jawaban. Struktur puisi yang terfragmentasi juga mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan dalam pencarian spiritual.
  • Penggunaan Metafora dan Simbolisme: Metafora dan simbolisme sangat dominan dalam puisi ini. Elemen-elemen seperti "tiang topang," "punca cahaya," dan "gelap pukaumu" digunakan untuk menyampaikan konsep-konsep spiritual dan eksistensial. Metafora ini membantu menciptakan gambaran yang kuat tentang perjalanan batin dan pencarian makna.
  • Kesan Emosional dan Reflektif: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini menciptakan kesan emosional dan reflektif. Penggunaan frasa seperti "tiang topang gelap pukaumu" dan "gapai ke kau" mencerminkan perasaan kerinduan dan pencarian yang mendalam. Ini menambah dimensi emosional dan introspektif dalam puisi.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Hai Ti" menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup melalui simbolisme alam dan gaya bahasa yang repetitif. Dengan menggunakan elemen-elemen seperti angin, awan, bulan, dan cahaya, puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang pencarian diri dan upaya untuk memahami kebenaran yang lebih tinggi.

Makna puisi ini juga mencerminkan ketidakpastian dan tantangan dalam pencarian spiritual. Frasa-frasa yang repetitif dan struktur yang terfragmentasi menunjukkan kesulitan dan keraguan yang dihadapi dalam perjalanan batin. Namun, dorongan yang kuat untuk menemukan makna dan pemahaman tetap ada, meskipun terdapat banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Puisi "Hai Ti" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan metafora, mengeksplorasi tema spiritual dan pencarian makna hidup. Dengan gaya bahasa yang repetitif dan struktur yang terfragmentasi, puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam dan reflektif tentang perjalanan batin dan pencarian diri. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenungkan makna dari pencarian spiritual mereka sendiri dan bagaimana mereka berhubungan dengan elemen-elemen alam yang lebih besar.

Ibrahim Sattah
Puisi: Hai Ti
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.