Sumber: Keroncong Motinggo (1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Garuda" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang menyuguhkan gambaran metaforis tentang perjuangan dan kegigihan yang dihadapi di tengah badai dan kekacauan, yang diwakili oleh metafora sebuah burung Garuda, simbol kebesaran dan kekuatan dalam mitologi Indonesia.
Simbolisme Garuda: Dalam konteks puisi ini, Garuda diinterpretasikan sebagai simbol keteguhan, keberanian, dan semangat yang menghadapi kesulitan dan keterpurukan. Air sempana yang disuntikkan ke dada Garuda dapat diartikan sebagai upaya penyegaran atau kekuatan yang diberikan dalam situasi sulit.
Keberanian dalam Kekacauan: Pelukisan "sayapku terkulai" memberi kesan bahwa dalam kondisi yang sulit, meskipun kelelahan dan ketegangan dirasakan, masih ada usaha untuk bertahan dengan melompat di atas api. Hal ini menggambarkan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi bahaya dan kekacauan.
Kebakaran dan Harapan: Metafora "mataku hangus" dan pertanyaan tentang "kebakaran ini akan berapa lama lagi?" memberikan citra kelelahan, kesulitan, dan kebingungan dalam situasi yang menekan. Namun, di balik keadaan sulit, ada semangat yang tak pernah pudar, yang diwakili oleh "angin yang tak pernah tua."
Secara keseluruhan, puisi "Garuda" menghadirkan citra dramatis keberanian, keteguhan, dan semangat dalam menghadapi kondisi sulit. Meskipun di tengah kekacauan, ada semangat untuk terus bertahan dan melangkah maju, walaupun penuh tantangan. Puisi ini membangkitkan gagasan tentang kegigihan di tengah badai hidup yang tak terduga.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.