Fragmen Jawa
bank menjalankan uang
hati menjalankan martabat
bahasa: tanda maju mundur ini jagad
sebagai jawa: mana jawamu?
"hooooong bawana langgeng
sirrr sirrr pong dele gosong sirrr sirrr pong dele
gosong
sapa ngguyu ndhelekake"
mundurlah kau sesaat saja
mari bertatap muka
gulai dengan senyum
sudah lama kurasa kau kalang kabut
kalap tiada terkira, angkara membabi buta
aku pawongan jawa
izinkan berbicara
pada saat-saat yang menjepit antara tugas,
kewajiban, dan cinta
jangan salah tafsir, jangan salah cetak, jangan salah
lihat:
jawa itu bukan benda seperti keneker atau hura-
hura, tapi jiwa: anu ning ning
jawa itu bukan kata, tapi penghadir kata: gelar-
gulung
jawa itu bukan aku, tapi langit dan udara: hawang-
huwung
jawa itu bukan ungkapan, tapi kelir di balik kelir di
balik kelir lenggang-lenggoking kenya ngayoja
putri sala
ngono ya ngono ning aja ngono
woh dondong kok dicampur pace
kena omong-omong ning aja ngece
jawa itu bukan apa-apa tapi sekaligus apa-apa
hidup ini hanya mampir minum dan kencing, tahu?
Sumber: Tonggak (1987)
Analisis Puisi:
Puisi "Fragmen Jawa" karya Fauzi Absal merupakan karya yang mendalam dan reflektif, mengeksplorasi tema identitas budaya dan filosofi hidup dalam konteks budaya Jawa. Dengan bahasa yang kaya dan metafora yang kuat, puisi ini menyajikan sebuah pandangan tentang bagaimana budaya dan identitas diri berhubungan dengan struktur sosial dan eksistensi pribadi.
Struktur dan Tema
Puisi ini memanfaatkan bentuk fragmen dan struktur yang terputus-putus untuk menyoroti ketegangan dan kompleksitas dalam mempertahankan identitas budaya di tengah tuntutan modernitas. Penggunaan bahasa dan metafora mencerminkan perjalanan pemikiran dan perasaan penulis mengenai budaya Jawa dan posisinya dalam dunia kontemporer.
Konflik antara Nilai Tradisional dan Modernitas
- "bank menjalankan uang / hati menjalankan martabat": Baris ini menciptakan kontras antara dunia finansial yang modern dan aspek moral serta martabat yang lebih tradisional. Ini menggarisbawahi ketegangan antara nilai-nilai modern dan nilai-nilai lama yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa.
- "bahasa: tanda maju mundur ini jagad": Bahasa di sini dianggap sebagai simbol perubahan dan ketidakpastian dalam dunia yang terus berkembang.
Pencarian Identitas Jawa
- "sebagai jawa: mana jawamu?": Pertanyaan ini mengajak pembaca untuk merenungkan apa yang berarti menjadi orang Jawa dalam konteks modern, mempertanyakan bagaimana identitas budaya dapat dipertahankan atau berubah.
- "jawa itu bukan benda seperti keneker atau hura-hura, tapi jiwa: anu ning ning": Penulis menegaskan bahwa Jawa bukan sekadar simbol atau benda, tetapi sebuah jiwa dan filosofi yang mendalam.
Pernyataan Filosofis dan Sosial
- "jawa itu bukan kata, tapi penghadir kata: gelar-gulung": Ini menunjukkan bahwa budaya Jawa bukan hanya tentang kata-kata, tetapi tentang makna dan praktik yang mendalam. "Gelar-gulung" menggambarkan bagaimana budaya ini membentuk dan mendefinisikan diri.
- "jawa itu bukan aku, tapi langit dan udara: hawang-huwung": Penulis mengaitkan identitas Jawa dengan elemen alam yang lebih besar, menunjukkan bahwa identitas budaya adalah sesuatu yang menyatu dengan alam dan kosmos.
Refleksi pada Hidup dan Eksistensi
- "hidup ini hanya mampir minum dan kencing, tahu?": Pernyataan ini membawa nuansa skeptisisme dan kesadaran akan kefanaan hidup. Ini mencerminkan pandangan bahwa meskipun budaya dan identitas penting, hidup itu sendiri bersifat sementara dan sering kali tidak dapat dipegang teguh.
Puisi "Fragmen Jawa" karya Fauzi Absal adalah sebuah karya yang memadukan elemen tradisi dengan refleksi kontemporer. Dengan bahasa yang kuat dan metafora yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan identitas budaya Jawa dalam konteks modernitas dan perubahan sosial.
Melalui eksplorasi tema-tema seperti konflik antara nilai tradisional dan modernitas, serta pencarian makna dan identitas, puisi ini memberikan gambaran tentang bagaimana seseorang dapat mempertahankan jati diri mereka dalam dunia yang cepat berubah. Penulis menyajikan pandangan yang kompleks dan reflektif tentang bagaimana budaya dapat berkembang, bertahan, dan beradaptasi dengan tantangan zaman.
Karya: Fauzi Absal
Biodata Fauzi Absal:
- Fauzi Absal lahir pada tanggal 2 Maret 1951 di Yogya.