Elisa
Sekali kau bernyanyi
Sekali bertabur wangi
Mengantar segala ingatan ke pangkal hari
Kurasa kini aku jadi burung camar
Melepas diri dari segala sangkar
Mencelup sama biru melihat kelasi
Matanya kuyu rindukan tepi
Tapi kurasa kini akupun kelasi
Di luar mauku datanglah angin selatan
Membawa kapalku jauh melancar
Tidak kutahu kapan aku kembali
Sekali kau bernyanyi
Sekali kau pautkan hati
Membayang segala impian di jauh hari
1955
Sumber: Nafiri (1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Elisa" karya Djamil Suherman adalah sebuah karya yang penuh dengan imajinasi dan simbolisme. Dengan menggunakan metafora pelayaran dan perasaan mendalam, puisi ini menggambarkan perasaan pencarian, kehilangan, dan kerinduan.
Struktur dan Bentuk Puisi
Puisi "Elisa" adalah puisi dengan struktur yang sederhana namun efektif, menggunakan bait-bait yang terdiri dari dua baris yang berirama. Struktur ini menciptakan aliran yang lancar dan melodius, memperkuat tema utama tentang perjalanan dan pencarian. Penggunaan repetisi frasa "Sekali kau" pada awal dan akhir bait memberikan kekuatan tambahan pada pesan yang disampaikan.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah pencarian diri dan kerinduan, yang digambarkan melalui metafora pelayaran dan perjalanan. Djamil Suherman mengeksplorasi bagaimana perasaan ini berkaitan dengan keinginan untuk kebebasan dan penemuan jati diri.
- Bernyanyi dan Wangi: Pada bait pertama, “Sekali kau bernyanyi / Sekali bertabur wangi,” menciptakan gambaran tentang keindahan dan pengaruh yang mendalam dari sebuah momen atau pengalaman. Ini bisa diartikan sebagai bagaimana kenangan atau pengalaman indah dapat memengaruhi hidup seseorang, membawa ingatan ke “pangkal hari” atau kembali ke awal.
- Burung Camar dan Kelasi: Penggunaan metafora burung camar dan kelasi menunjukkan transformasi dan pencarian diri. Burung camar, yang bebas dan terbang tinggi, melambangkan keinginan untuk melarikan diri dari batasan dan mencari kebebasan. “Melepas diri dari segala sangkar” mengungkapkan rasa keinginan untuk melampaui batasan yang ada. Di sisi lain, menjadi kelasi, seorang pelaut yang mengarungi laut, melambangkan perjalanan dan eksplorasi yang penuh risiko dan ketidakpastian.
- Angin Selatan dan Kapal: Penyebutan angin selatan dan kapal mencerminkan pengaruh luar dan arah dalam perjalanan hidup. “Membawa kapalku jauh melancar” menggambarkan perjalanan yang tidak pasti, di mana si tokoh puisi harus menghadapi ketidakpastian dan jarak dari orang-orang yang dicintai. Frasa ini juga menunjukkan perubahan dan kemungkinan yang datang dari arah yang tidak terduga.
- Impian dan Kerinduan: Pada bait terakhir, “Sekali kau pautkan hati / Membayang segala impian di jauh hari,” menunjukkan bagaimana hati dan impian saling terkait dalam pencarian diri. Kerinduan dan impian tentang masa depan yang jauh menjadi motivasi utama dalam perjalanan hidup seseorang, meskipun ketidakpastian tetap ada.
Gaya Bahasa dan Imaji
Djamil Suherman menggunakan bahasa yang imajinatif dan simbolis dalam puisi ini. Imaji seperti burung camar, kelasi, angin selatan, dan kapal menciptakan gambaran yang jelas tentang perasaan pencarian dan kerinduan. Bahasa ini tidak hanya mendukung tema puisi tetapi juga memperkaya pengalaman emosional pembaca.
Penggunaan repetisi frasa “Sekali kau” menambah kekuatan dan kejelasan pada pesan puisi. Ini menciptakan ritme yang harmonis dan menekankan pentingnya setiap momen dan pengalaman yang digambarkan.
Interpretasi Pribadi
Puisi ini dapat diartikan sebagai refleksi tentang perjalanan hidup dan pencarian diri. Melalui metafora pelayaran, Djamil Suherman mengeksplorasi tema kebebasan, kerinduan, dan ketidakpastian yang sering kali menyertai perjalanan menuju penemuan jati diri. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana pengalaman dan impian membentuk perjalanan mereka sendiri, meskipun mereka mungkin harus menghadapi ketidakpastian dan jarak dari yang mereka cintai.
Puisi "Elisa" adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan makna. Djamil Suherman berhasil menggunakan metafora pelayaran untuk menggambarkan tema pencarian diri, kerinduan, dan ketidakpastian. Dengan gaya bahasa yang imajinatif dan repetisi yang efektif, puisi ini menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana kita menghadapi perjalanan hidup dan bagaimana pengalaman serta impian membentuk perjalanan tersebut.
Puisi ini mengundang pembaca untuk mempertimbangkan bagaimana mereka berhubungan dengan dunia di sekitar mereka dan bagaimana perjalanan mereka, baik fisik maupun emosional, membentuk identitas dan pengalaman mereka.
Puisi: Elisa
Karya: Djamil Suherman
Biodata Djamil Suherman:
- Djamil Suherman lahir di Surabaya, pada tanggal 24 April 1924.
- Djamil Suherman meninggal dunia di Bandung, pada tanggal 30 November 1985 (pada usia 61 tahun).
- Djamil Suherman adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.