Puisi: Elegie (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Elegie" karya Kirdjomuljo menggambarkan tema kesunyian dan kerinduan melalui perasaan melankolis dan reflektif.
Elegie

Kemana kau pergi, sunyilah malamku
Tak bisaku tahu kemana cintamu
Malam kutidur dalam diri
Senja kunari dalam hati
Indahnya tiada berarti
Indahnya tiada arti

Kemana kau pergi, sunyilah malamku
Takbisa ku tahu kemana cintamu
Alangkah jauhnya hari
Alangkah jauhnya hari

Analisis Puisi:

Puisi "Elegie" karya Kirdjomuljo menggambarkan tema kesunyian dan kerinduan melalui perasaan melankolis dan reflektif. Dengan gaya yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menyampaikan emosi mendalam terkait kehilangan dan cinta yang tidak bisa dipahami.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari dua bait dengan enam dan empat baris masing-masing, di mana penulis menggunakan repetisi untuk menekankan rasa kesedihan dan kehilangan yang dirasakan. Struktur puisi yang repetitif memperkuat tema utama dan emosi yang ingin disampaikan.

Kesunyian dan Kerinduan

Puisi ini diawali dengan ungkapan "Kemana kau pergi, sunyilah malamku," yang menunjukkan kesunyian yang mendalam yang dialami penulis setelah kepergian seseorang yang dicintai. Penulis tidak bisa mengetahui ke mana cinta tersebut telah pergi, dan ini menciptakan rasa kehilangan yang mendalam.
  • Sunyi Malam: "Sunyi malam" menggambarkan suasana hati yang kosong dan sepi, menandakan ketidakmampuan untuk menemukan makna atau kehadiran di tengah malam yang panjang dan tenang.
  • Kemana Cintamu: "Tak bisaku tahu kemana cintamu" mengekspresikan ketidakpastian dan rasa frustrasi karena tidak bisa memahami arah dan nasib cinta yang hilang. Ini menunjukkan rasa putus asa dan keputusasaan dalam mencari jawaban atau penutupan.

Kehilangan dan Ketidakberartian

  • Indahnya Tiada Berarti: Penulis menggambarkan keindahan yang tidak berarti atau tidak memiliki arti dalam konteks kehilangan cinta. "Indahnya tiada arti" menunjukkan bahwa keindahan yang ada di sekitar tidak dapat menghibur atau mengisi kekosongan yang dirasakan.
  • Alangkah Jauhnya Hari: Pengulangan frasa "Alangkah jauhnya hari" menggambarkan perasaan waktu yang terasa lambat dan jauh, menunjukkan betapa sulitnya mengatasi perasaan kerinduan dan kesedihan.

Simbolisme Waktu dan Ruang

  • Malam dan Senja: Malam dan senja dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol untuk kondisi emosional penulis. Malam melambangkan kesunyian dan kegelapan batin, sementara senja menunjukkan peralihan dan ketidakpastian.
  • Tidur dalam Diri: "Malam kutidur dalam diri" menggambarkan perasaan terasing dan terjebak dalam keputusasaan pribadi. Tidur di sini bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga metafora untuk upaya melarikan diri dari perasaan menyakitkan.

Refleksi dan Kesadaran

Puisi "Elegie" menyajikan refleksi mendalam tentang perasaan kehilangan dan kerinduan. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, penulis mengungkapkan betapa sulitnya mengatasi kehilangan seseorang yang dicintai dan bagaimana keindahan yang ada di sekeliling tidak dapat mengurangi rasa kesedihan yang dirasakan.

Puisi "Elegie" karya Kirdjomuljo adalah karya yang mengungkapkan kesunyian dan kerinduan dengan gaya penulisan yang puitis dan introspektif. Melalui penggunaan simbolisme malam, senja, dan waktu, puisi ini menggambarkan pengalaman emosional mendalam terkait kehilangan dan cinta yang tidak terucapkan. Dengan struktur puisi yang repetitif dan reflektif, Kirdjomuljo berhasil menyampaikan pesan tentang kesedihan dan ketidakberartian yang dialami dalam menghadapi kehilangan.

Kirdjomuljo
Puisi: Elegie
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Jamur berpegang ke gagang jamur aku berpayung melangkah memasuki bangunan-bangunan kota yang baur kabur lebur hancur terguyur hujan (langit adalah tumpukan jubah yang memburai…
  • Cuaca (1) di pendopo tak ada sandal berserakan, di pelataran rumput tak tumbuh barang sebatang. debu begitu rapi menyusun undakan dari sentong hingga pringgitan. (…
  • Lepas Kerja (1) jalan-jalan riuh dalam lumpuh bayang-bayang memanjang sebuah kota kelabu tanpa daya dalam gerutu (2) bersenandung dalam kepalaku perempuan tu…
  • Berpelukanlah Anak dan Ibu Itu (1) ibu, kemarau telah datang, doakan aku tak lagi kedinginan bila pagi hari datang doakan pula aku, ibu agar matahari tak lagi men…
  • Tuding dengan bilah rautan bambu kueja huruf-hurufmu, bacaan yang harus dimulai dengan basuhan. ta’ dommah, ha’ fathah, nun sukun. dan bilah bambu itu memanjang jadi ga…
  • Siti Surabaya karena aku terlahir di sini dari keluarga seperti ini maka namaku siti, siti jamilah tepatnya lambang kesuburan dan keindahan kata orang tuaku tapi aku tak pe…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.