Ekspresi Laut
Perahu
Ia ingin tahu
Dan ombak
Mengguncang-guncang iman
Benda panas matahari terus meraba-raba
"Berapa kali saja kita tertipu pusat senyuman
Ternyata bukan milik kita
Musim telah menang dan mengancam
Kita saling membutuhkan"
Wah, kekasihku
Melayang-layang kau di awan
Kaukah ilmu pasti?
Bintang kecil di angkasa raya
Aku sendirian mengarungi
Bila malam surut semua tanda
Bayangan pulau, dua gunung kembar
Biru yang kelabu tidur memanjang
"Kita berkenalan
Aku hiu brutal
Hindarilah kebahagiaan bila jiwa sudah
terancam
Naiklah di atas tubuhku"
Sumber: Tonggak (1987)
Analisis Puisi:
Puisi "Ekspresi Laut" karya Fauzi Absal merupakan sebuah karya yang menyelami tema keputusasaan, pencarian identitas, dan hubungan antara manusia dan alam. Dalam puisi ini, Absal menggunakan laut sebagai metafora untuk menjelajahi pengalaman batin yang kompleks, di mana berbagai elemen seperti perahu, ombak, dan bintang berperan dalam mengungkapkan rasa dan refleksi yang mendalam.
Struktur dan Tema
Puisi ini dipecah menjadi beberapa bait yang masing-masing menawarkan gambaran dan perasaan yang berbeda mengenai hubungan antara manusia dan laut. Tema utama yang terangkat mencakup pencarian makna, kesepian, dan ketidakpastian yang sering kali menyertai perjalanan hidup dan hubungan.
Perahu dan Ombak
- "Perahu / Ia ingin tahu / Dan ombak / Mengguncang-guncang iman": Perahu di sini melambangkan perjalanan dan pencarian, sementara ombak menggambarkan tantangan dan ketidakpastian yang menguji iman. Gambaran ini menunjukkan ketegangan antara keinginan untuk memahami dan kenyataan yang mengguncang keyakinan.
Panas Matahari dan Musim
- "Benda panas matahari terus meraba-raba / 'Berapa kali saja kita tertipu pusat senyuman / Ternyata bukan milik kita'": Matahari yang panas melambangkan rasa sakit dan penderitaan, sementara "pusat senyuman" mencerminkan harapan dan ilusi yang ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Musim yang menang menggambarkan kekuatan takdir yang tidak dapat dihindari.
Dialog dan Kekasih
- "Wah, kekasihku / Melayang-layang kau di awan / Kaukah ilmu pasti?": Kekasih yang melayang di awan melambangkan sesuatu yang ideal dan tidak dapat dijangkau, sementara "ilmu pasti" menunjukkan pencarian akan kebenaran dan kepastian yang sering kali terasa jauh dan tidak terjangkau.
Kehidupan di Laut
- "Bila malam surut semua tanda / Bayangan pulau, dua gunung kembar / Biru yang kelabu tidur memanjang": Malam yang surut menggambarkan hilangnya petunjuk dan arah, dengan "bayangan pulau" dan "dua gunung kembar" yang menunjukkan harapan dan landmark yang hilang. "Biru yang kelabu" mencerminkan perasaan kelabu dan kebingungan.
- "Kita berkenalan / Aku hiu brutal / Hindarilah kebahagiaan bila jiwa sudah / terancam / Naiklah di atas tubuhku": Hiu brutal melambangkan ancaman atau bahaya yang ada di sekitar, sementara saran untuk "naiklah di atas tubuhku" menunjukkan bahwa terkadang perlindungan atau bantuan datang dari sumber yang tidak terduga dan mungkin berbahaya.
Interpretasi
Puisi "Ekspresi Laut" menciptakan gambaran yang kuat tentang perjalanan batin dan hubungan dengan alam serta perasaan kesepian dan ketidakpastian. Laut, dengan segala kekuatan dan tantangannya, berfungsi sebagai metafora untuk pencarian pribadi dan pengalaman emosional yang mendalam. Melalui elemen-elemen seperti perahu, ombak, matahari, dan bintang, Absal menggambarkan konflik internal dan eksternal yang dihadapi seseorang dalam perjalanan mereka untuk menemukan makna dan tempat mereka di dunia.
Puisi "Ekspresi Laut" karya Fauzi Absal adalah sebuah karya yang mengekspresikan rasa keputusasaan, pencarian makna, dan ketidakpastian dengan menggunakan laut sebagai metafora. Melalui gaya bahasa yang kuat dan simbolik, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan pribadi, hubungan dengan alam, dan pencarian identitas. Karya ini menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana manusia berhadapan dengan tantangan dan pencarian makna dalam kehidupan mereka.
Karya: Fauzi Absal
Biodata Fauzi Absal:
- Fauzi Absal lahir pada tanggal 2 Maret 1951 di Yogya.