Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Eiffel (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Eiffel" karya Nanang Suryadi mengeksplorasi tema cinta, kenangan, dan usaha untuk mempertahankan momen-momen penting dalam hidup.
Eiffel

di puncak menara
sepasang kekasih berciuman

dan terus berciuman
seperti takut kehilangan

mungkin ingin mereka kekalkan
cinta dan kenangan

Analisis Puisi:

Puisi "Eiffel" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya singkat namun penuh makna, yang mengeksplorasi tema cinta, kenangan, dan simbolisme. Dengan latar belakang menara Eiffel yang ikonik, puisi ini menyentuh aspek emosional yang mendalam tentang hubungan manusia dan usaha untuk mempertahankan momen-momen penting dalam hidup.

Simbolisme Menara Eiffel

Menara Eiffel, sebagai latar belakang puisi ini, bukan hanya sebuah struktur ikonik di Paris, tetapi juga sebuah simbol dari cinta dan keabadian. Menara ini sering kali diasosiasikan dengan romansa dan keindahan, menjadikannya tempat yang ideal untuk menggambarkan pengalaman cinta yang mendalam. Dalam puisi ini, menara Eiffel menjadi latar yang membingkai momen intim antara sepasang kekasih, menambah lapisan makna dan simbolisme pada puisi.

Cinta yang Tak Terbatas

Puisi ini dimulai dengan gambar yang sederhana namun kuat: "di puncak menara, sepasang kekasih berciuman." Ciuman ini adalah simbol dari cinta yang tulus dan mendalam, di mana pasangan tersebut memilih untuk berbagi momen intim di lokasi yang penuh makna. Dalam konteks ini, ciuman di puncak menara Eiffel tidak hanya melambangkan kedekatan fisik tetapi juga emosional yang mendalam.

Ciuman yang terus-menerus dilakukan oleh pasangan ini "seperti takut kehilangan" menunjukkan sebuah ketidakpastian dan kekhawatiran yang sering mengikutsertai cinta. Rasa takut kehilangan seseorang yang dicintai bisa menjadi dorongan yang kuat untuk memperkuat ikatan dan mempertahankan momen-momen kebersamaan. Dalam hal ini, tindakan berciuman yang terus-menerus adalah simbol dari usaha untuk mengatasi rasa takut dan menjaga hubungan tetap erat.

Mempertahankan Kenangan

"mungkin ingin mereka kekalkan cinta dan kenangan" adalah inti dari puisi ini. Di sini, puisi menyiratkan bahwa pasangan tersebut berusaha untuk "kekalkan" atau mempertahankan cinta dan kenangan mereka. Ciuman di puncak menara Eiffel menjadi cara bagi mereka untuk menangkap dan mengabadikan momen tersebut, menjadikannya sebagai simbol dari hubungan yang ingin mereka pertahankan dan hargai sepanjang waktu.

Keberlanjutan dan Keabadian

Puisi ini menyampaikan pesan tentang keberlanjutan dan keabadian melalui simbolisme menara Eiffel dan tindakan berciuman. Momen yang terlihat sederhana seperti ciuman bisa memiliki makna yang mendalam ketika dilihat dalam konteks yang lebih besar, seperti latar belakang menara Eiffel. Dalam hal ini, puisi menunjukkan bagaimana pengalaman kecil dalam hubungan dapat memiliki dampak besar dan bertahan lama jika diabadikan dengan cara yang penuh makna.

Puisi "Eiffel" karya Nanang Suryadi adalah puisi yang memadukan simbolisme, emosi, dan makna dalam sebuah karya yang singkat namun mendalam. Dengan menggunakan menara Eiffel sebagai latar belakang, puisi ini mengeksplorasi tema cinta, kenangan, dan usaha untuk mempertahankan momen-momen penting dalam hidup. Ciuman sepasang kekasih di puncak menara menjadi simbol dari usaha mereka untuk mengatasi rasa takut kehilangan dan menjaga cinta mereka tetap abadi.

Melalui puisi ini, Nanang Suryadi mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya mengabadikan momen-momen berharga dan menghargai hubungan yang kita miliki. Eiffel mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan hidup, cinta dan kenangan yang kita simpan akan selalu memiliki tempat khusus di hati kita, dan tindakan-tindakan sederhana seperti ciuman bisa memiliki makna yang sangat mendalam.

Nanang Suryadi
Puisi: Eiffel
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.