Puisi: Duka (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Duka" karya Ibrahim Sattah menggambarkan duka sebagai sebuah fenomena kompleks dan universal, yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna ...
Duka

Duka?
Duka itu anu
Duka itu saya, saya ini engkau, engkau itu duka
Duka bunga duka daun duka duri duka hari

dukaku duka siapa, dukamu duka siapa, duka bila
                                                                duka apa.

Duka yang mana duka dunia?
Duka duki

Dukaku. Dukamu. Duka diri dua jari dari sepi

1972

Sumber: Horison (September, 1973)

Analisis Puisi:


Puisi "Duka" karya Ibrahim Sattah merupakan sebuah karya yang singkat namun sarat akan makna. Dalam puisi ini, Ibrahim Sattah menggambarkan esensi dari duka secara abstrak, memperlihatkan kompleksitas dan universalitasnya.

Penggunaan Kata "Duka": Kata "duka" diulang-ulang dalam puisi ini, menciptakan sebuah pola dan ritme yang khas. Pengulangan ini tidak hanya menekankan makna kata tersebut, tetapi juga menyiratkan bahwa duka itu sendiri merupakan sebuah konsep yang mengalir dan meluas.

Simbolisme dan Abstraksi: Ibrahim Sattah menggunakan kata "duka" untuk merujuk pada banyak hal, dari bunga, daun, duri, hingga hari. Hal ini melambangkan bagaimana duka bisa meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Duka di sini tidak hanya berupa kesedihan akibat kehilangan, tetapi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari pengalaman hidup.

Pertanyaan dan Refleksi: Puisi ini penuh dengan pertanyaan, seperti "Duka yang mana duka dunia?" dan "Duka bila duka apa." Pertanyaan-pertanyaan ini memperlihatkan keraguan dan kebingungan tentang sifat dan asal-usul duka. Mereka juga mengajak pembaca untuk merenungkan arti dan makna dari duka itu sendiri.

Kesendirian dan Dualitas: Di baris terakhir, "Duka diri dua jari dari sepi," Ibrahim Sattah menciptakan gambaran kesendirian dan dualitas dalam duka. Kesendirian menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman duka, sementara dualitas antara "diri" dan "sepi" menunjukkan konflik internal yang dialami oleh individu yang sedang berduka.

Universalitas Duka: Melalui puisi ini, Ibrahim Sattah menyampaikan bahwa duka adalah pengalaman universal yang dialami oleh semua orang, meskipun bentuk dan penyebabnya mungkin berbeda-beda. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas dan kedalaman emosional dari pengalaman duka.

Dengan demikian, puisi "Duka" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah puisi yang menggambarkan duka sebagai sebuah fenomena kompleks dan universal, yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan implikasinya dalam kehidupan manusia.

Ibrahim Sattah
Puisi: Duka
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.