Diam (2)
Kautuliskan diam di pasir-pasir
tak sempat terbaca angin
kaudesahkan diam di gumam-gumam
tak sempat terdengar angin
Diamlah diam
angin selalu sibuk
angin selalu sibuk, saudara
diamlah dalam diammu
arif dan bijaksana!
Sumber: Horison (Juli, 1980)
Diam (3)
Kita pilih diam
air laut sedang mendidih
Kita teriakkan diam
batu setia mendengar
Kita tuliskan diam
pasir di pantai
membaca Kabut
menggelegak diam-diam
Hati-hati
siapkan perahu Nuh
Siapa tahu!!!
Sumber: Horison (Juli, 1980)
Diam (5)
Kemudian adalah diam
berkedap-kedip
berdetak-detik
menunggu.
Kemarau lewat
menggiring hujan
ke bukit-bukit mimpi kita
menyuburkan dendam yang
kita tanam semalam.
Sandang luka
jadikan kain baju
Kalau luka berpeluh
peras airnya
teguklah!
1980
Sumber: Horison (Januari-Februari, 1982)