Puisi: Cita-Cita (Karya Usmar Ismail)

Puisi "Cita-Cita" karya Usmar Ismail mengingatkan kita bahwa cita-cita bukanlah sesuatu yang statis atau jauh dari jangkauan kita, melainkan ...
Cita-Cita

Cita-cita,
Kurasa kau lincah
menari-nari di dalam jiwa,
Kudengar kau nyaring
bernyanyi-nyanyi di dalam dada
bagai seruling tiada henti
menyorakkan gembira ria:
Bahagia 'kan datang di esok hari!
Agustus, 1945

Sumber: Puntung Berasap (Jakarta: Balai Pustaka, 1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Cita-Cita" karya Usmar Ismail merupakan sebuah karya yang menggambarkan konsep cita-cita dengan cara yang indah dan penuh makna. Dalam puisi ini, Usmar Ismail menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat untuk menyampaikan kekuatan dan keindahan dari cita-cita sebagai sumber inspirasi dan harapan dalam kehidupan.

Gambaran Umum dan Struktur Puisi

Puisi ini ditandai dengan kesederhanaan dan kejelasan dalam penyampaian pesan. Struktur puisi yang singkat dan padat memudahkan pembaca untuk memahami inti dari apa yang disampaikan, tanpa adanya elemen kompleks yang mengaburkan makna.

Simbolisme dan Metafora

Usmar Ismail menggunakan simbolisme dan metafora untuk menggambarkan cita-cita sebagai sesuatu yang hidup dan bersemangat:
  • "Kurasa kau lincah menari-nari di dalam jiwa": Di sini, cita-cita digambarkan sebagai entitas yang lincah dan penuh energi, seolah-olah ia bergerak dengan bebas di dalam jiwa seseorang. Ini menunjukkan bahwa cita-cita adalah sesuatu yang aktif dan dinamis, bukan hanya sebuah konsep statis.
  • "Kudengar kau nyaring bernyanyi-nyanyi di dalam dada": Metafora ini melukiskan cita-cita sebagai suara yang nyaring dan menyenangkan di dalam dada, seolah-olah cita-cita memiliki suara sendiri yang memotivasi dan membangkitkan semangat. Suara ini menyebar ke seluruh diri, mengisi jiwa dengan kebahagiaan dan harapan.
  • "Bagai seruling tiada henti menyorakkan gembira ria": Perbandingan ini menambahkan elemen musikalitas pada cita-cita, menggambarkan bagaimana cita-cita dapat mempengaruhi suasana hati dan memberi semangat yang tiada henti. Seperti seruling yang terus menerus memainkan melodi, cita-cita terus beresonansi dalam diri, memberikan kebahagiaan dan optimisme.

Tema dan Pesan

Puisi ini mengangkat tema tentang harapan dan optimism yang berkaitan dengan cita-cita. Usmar Ismail mengajak pembaca untuk melihat cita-cita bukan hanya sebagai angan-angan atau impian semata, tetapi sebagai kekuatan yang nyata dan menyenangkan. Cita-cita adalah sumber kebahagiaan dan semangat yang menggerakkan seseorang untuk terus berjuang dan meraih masa depan yang lebih baik.

Pesan utama puisi ini adalah keyakinan bahwa cita-cita memiliki kekuatan untuk memberikan kebahagiaan dan harapan. Dengan menghubungkan cita-cita dengan suara seruling yang merdu dan berkelanjutan, Usmar Ismail menyiratkan bahwa cita-cita dapat memberi dorongan dan energi positif yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup.

Refleksi dan Kesimpulan

Puisi "Cita-Cita" karya Usmar Ismail adalah contoh indah dari bagaimana puisi dapat menangkap dan menyampaikan esensi dari konsep abstrak seperti cita-cita. Dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang sederhana namun efektif, puisi ini berhasil menyampaikan bagaimana cita-cita berfungsi sebagai sumber inspirasi dan kebahagiaan dalam hidup.

Puisi ini mengingatkan kita bahwa cita-cita bukanlah sesuatu yang statis atau jauh dari jangkauan kita, melainkan sesuatu yang hidup dan bergerak di dalam jiwa kita. Ia adalah kekuatan yang terus bergetar, memberikan semangat dan harapan yang dibutuhkan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, puisi ini mengajak kita untuk terus mengejar cita-cita kita dengan penuh semangat dan keyakinan, serta merayakan kebahagiaan yang dibawanya.

Puisi Cita-Cita
Puisi: Cita-Cita
Karya: Usmar Ismail

Biodata Usmar Ismail:
  • Usmar Ismail lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah seorang sutradara, produser film, dan penulis naskah Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
  • Usmar Ismail aktif dalam Gerakan Pujangga Baru, sebuah kelompok sastra yang berperan dalam perkembangan sastra Indonesia pada masa itu.
  • Usmar Ismail meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1971 (pada usia 49) di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.