Puisi: Cinta Sejati (Karya Melki Deni)

Puisi "Cinta Sejati" karya Melki Deni membawa kita merenung kembali tentang arti dari cinta yang tak tergoyahkan.

Cinta Sejati


Cinta sejati adalah akar yang bekerja cerdas dalam diam di bawah tanah dengan keheningan mendalam tanpa menuntut kesejukan daun-daun dan keindahan bunga-bunganya.

Dalam bukuku yang kubawa dari rahim yang tenang, hening nan bening, akar adalah orang tuaku yang tak punya mulut.

Cinta sejati adalah akronim dari pohon jati diri.

Madrid, 13 Mei 2024

Analisis Puisi:

Mengisyaratkan makna yang dalam dan penuh perasaan, puisi "Cinta Sejati" karya Melki Deni membawa kita merenung kembali tentang arti dari cinta yang tak tergoyahkan.  Melalui analogi unik dan pilihan kata yang penuh makna, Melki berhasil menggugah emosi kita dan membuka mata kita terhadap esensi dari cinta sejati.

Dalam bait-bait puisi ini, Melki menggambarkan cinta sejati sebagai akar yang bekerja cerdas dalam diam di bawah tanah, tidak menuntut kesejukan daun-daun atau keindahan bunga. Penggambaran ini memberikan kita pandangan baru tentang cinta sejati—sebuah cinta yang berakar kuat dan tak pernah meminta imbalan.  Akar ini digambarkan sebagai orang tua tanpa mulut, yang bekerja dengan tenang dan sabar. Menarik bukan?

Makna Simbolis Akar dalam Puisi

Dalam puisi ini, akar bukan hanya sekedar bagian dari tumbuhan. Melki dengan cerdas menggunakan akar sebagai metafora untuk menggambarkan cinta yang mendasar dan kokoh. Akar adalah bagian yang tersembunyi namun sangat esensial bagi kehidupan pohon. Ia bekerja tanpa suara, memberikan nutrisi tanpa pamrih. Begitu pula cinta sejati, yang bekerja dalam keheningan, melindungi dan menguatkan hubungan tanpa menuntut apapun.

Kesejukan Daun dan Keindahan Bunga

Puisi ini juga menyinggung mengenai kesejukan daun dan keindahan bunga yang tidak dituntut oleh akar. Ini menarik karena daun dan bunga sering kali dianggap sebagai bagian yang paling indah dari pohon. Mereka yang terlihat dan dipuji banyak orang. Namun, Melki mengingatkan kita bahwa tanpa akar, semua keindahan itu tak akan ada. Cinta sejati tak perlu pengakuan atau pujian; ia hanya ada dan bekerja dalam diam.

Kita juga bisa belajar banyak dari bagian ini: betapa pentingnya menghargai hal-hal yang tidak tampak tetapi mendasar dalam hubungan kita. Apakah perhatian kecil dan tindakan tanpa pamrih kita sudah cukup diapresiasi? Inilah yang memberi makna sejati pada cinta yang kita miliki.

Penggambaran Orang Tua Tanpa Mulut

Penggambaran akar sebagai orang tua tanpa mulut dalam puisi ini sangatlah menarik dan penuh makna. Orang tua kita sering kali bekerja keras tanpa banyak bicara, memberikan kita segala yang kita butuhkan tanpa mengharapkan imbalan. Mereka adalah akar dari keluarga, menyediakan kenyamanan dan kestabilan. Melki sangat lihai dalam mempersonifikasikan akar sebagai sosok ini, memberikan kita penghargaan baru terhadap peran orang tua dalam hidup kita.

Akronim Pohon Jati Diri

Terakhir, Melki dengan bijak menutup puisinya dengan menyatakan bahwa cinta sejati adalah akronim dari pohon jati diri. Ini merupakan kesimpulan yang menarik dan menantang kita untuk melihat cinta sejati sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas kita. Seperti pohon jati yang kokoh dan kuat, cinta sejati adalah yang membuat kita menjadi pribadi yang utuh.

Cinta sejati bukan hanya tentang perasaan terhadap orang lain, tetapi juga bagaimana cinta itu membentuk dan memperkuat diri kita. Itulah mengapa memahami dan meresapi makna cinta sejati sangat penting dalam hidup kita. Puisi "Cinta Sejati" karya Melki Deni telah membuka perspektif baru tentang cinta yang mendalam dan esensial.

Puisi Melki Deni
Puisi: Cinta Sejati
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.