Puisi: Buah Bulan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Buah Bulan" karya Joko Pinurbo mengeksplorasi tema-tema kepemilikan, kesepian, dan kekecewaan:
Buah Bulan

Duduk sendirian di bawah pohon cemara, peri waktu
yang kesepian menimang-nimang buah bulan
yang hijau muda. Buah bulan ditaruh di atas meja,
dikupas, dibelah-belah, lalu dimakannya.

Dari jendela kamar lantai tiga belas perempuan itu
hanya bisa menggerutu, "Bangsat benar itu bangsat.
Tak secuil pun ia sisakan. Padahal itu buahku."

2004

Analisis Puisi:

Puisi "Buah Bulan" karya Joko Pinurbo menawarkan eksplorasi yang mendalam tentang kesederhanaan, kepemilikan, dan kesepian melalui gambaran sederhana namun penuh makna. Dengan gaya bahasa yang khas, puisi ini menyajikan narasi yang merenung dan reflektif.

Narasi dan Setting

  • Kesendirian di Bawah Pohon Cemara: "Duduk sendirian di bawah pohon cemara, peri waktu" menggambarkan seseorang yang menghabiskan waktu sendirian di bawah pohon cemara. Pohon cemara, sebagai elemen alam, melambangkan ketenangan dan kesendirian. Frasa "peri waktu" mengindikasikan bahwa tokoh ini sedang mengalami momen reflektif atau introspektif.
  • Buah Bulan yang Hijau Muda: "Buah bulan yang hijau muda" adalah elemen sentral dari puisi ini. Buah bulan, dengan warna hijau muda, mungkin melambangkan sesuatu yang belum matang atau penuh potensi yang belum berkembang sepenuhnya. Penempatan buah bulan di atas meja dan proses mengupas serta memakannya menambah dimensi simbolik tentang bagaimana sesuatu yang berharga atau diinginkan bisa menjadi sumber kepuasan atau penyesalan.

Persoalan Kepemilikan dan Kekecewaan

  • Kepemilikan yang Terabaikan: "Dari jendela kamar lantai tiga belas perempuan itu hanya bisa menggerutu, 'Bangsat benar itu bangsat. Tak secuil pun ia sisakan. Padahal itu buahku.'" Menyiratkan adanya rasa kekecewaan dan kemarahan dari perempuan yang merasa bahwa buah bulan adalah miliknya. Keseluruhan narasi ini menyoroti konflik antara kepemilikan dan tindakan yang dianggap tidak adil.
  • Rasa Frustrasi dan Kekecewaan: Frasa "Bangsat benar itu bangsat" menunjukkan tingkat frustrasi yang tinggi. Perempuan ini merasa sangat dirugikan oleh tindakan yang dianggap tidak menghargai kepemilikannya. Ini bisa mencerminkan bagaimana perasaan ditinggal atau diabaikan dalam situasi yang melibatkan hak dan kepemilikan.

Simbolisme dan Interpretasi

  • Simbol Buah Bulan: Buah bulan bisa diartikan sebagai simbol dari harapan, keinginan, atau sesuatu yang diidamkan namun tidak sepenuhnya terwujud. Penggambaran buah ini yang dikupas dan dimakan bisa melambangkan proses pemenuhan keinginan atau penyesalan yang datang setelahnya.
  • Pohon Cemara sebagai Simbol Kesendirian: Pohon cemara, yang dikenal dengan bentuknya yang tegak dan lurus, dapat melambangkan kestabilan, namun juga kesendirian. Menggunakan pohon cemara sebagai setting menekankan tema kesepian dan introspeksi dalam puisi ini.
  • Lantai Tiga Belas: Menyebutkan "jendela kamar lantai tiga belas" menambah elemen jarak dan keterasingan. Lantai tiga belas adalah angka yang sering dihindari dalam banyak budaya karena kepercayaan atau superstisi, menambah dimensi simbolis dari keterasingan atau perasaan terabaikan.
Puisi "Buah Bulan" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menggali tema kesederhanaan dengan kedalaman emosional. Dengan narasi yang sederhana namun padat makna, puisi ini mengeksplorasi tema-tema kepemilikan, kesepian, dan kekecewaan:
  • Kesendirian dan Refleksi: Menggambarkan momen introspeksi di bawah pohon cemara.
  • Kepemilikan dan Frustrasi: Menunjukkan konflik antara hak dan tindakan yang dianggap tidak adil.
  • Simbolisme Buah Bulan: Melambangkan harapan dan keinginan yang mungkin tidak sepenuhnya terwujud.
  • Kesendirian dalam Konteks Modern: Menggunakan elemen-elemen seperti lantai tiga belas untuk menambah kedalaman tema.
Dengan gaya bahasa yang reflektif dan simbolik, puisi "Buah Bulan" menawarkan pembaca kesempatan untuk merenungkan tentang kepemilikan, kesepian, dan cara kita menghadapi kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini mengajak kita untuk mempertimbangkan bagaimana tindakan dan perasaan kita berinteraksi dengan harapan dan kenyataan yang kita hadapi.

"Puisi: Buah Bulan (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Buah Bulan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.