Puisi: Bila Kutitipkan (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Bila Kutitipkan" karya Mustofa Bisri adalah refleksi dari perasaan manusia yang kompleks dan bagaimana mereka memilih untuk menangani emosi ...
Bila Kutitipkan

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyerbu badai

Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung melupakan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramku
dalam laut fahamku

Kusimpan sendiri.

Sumber: Mencari Bening Air Mata (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Bila Kutitipkan" karya Mustofa Bisri adalah salah satu karya sastra yang menyentuh hati dan penuh dengan makna mendalam. Melalui bait-bait yang sederhana namun sarat dengan emosi, Mustofa Bisri berhasil menggambarkan bagaimana perasaan manusia yang begitu kompleks dan bagaimana mereka memilih untuk menyimpannya sendiri.

Makna Setiap Bait

Bila kutitipkan dukaku pada langit / Pastilah langit memanggil mendung

Pada bait pertama, penyair mengungkapkan bahwa jika ia menaruh kesedihannya pada langit, langit akan merespons dengan mendung. Langit dan mendung sering kali diidentikkan dengan kesedihan dan kemuraman, sehingga ini menggambarkan bahwa alam akan mencerminkan perasaannya yang kelam.

Bila kutitipkan resahku pada angin / Pastilah angin menyerbu badai

Bait ini menggambarkan bahwa kecemasan yang dititipkan pada angin akan berubah menjadi badai. Angin, yang bergerak bebas, akan membawa kecemasan tersebut menjadi sesuatu yang lebih besar dan mengancam, yakni badai. Ini menunjukkan bahwa keresahan bisa berkembang menjadi kekacauan jika tidak dikendalikan.

Bila kutitipkan geramku pada laut / Pastilah laut menggiring gelombang

Laut yang luas dan dalam, ketika diberikan amarah, akan menghasilkan gelombang besar. Gelombang dalam puisi ini melambangkan kemarahan yang meluap-luap, menggambarkan betapa dahsyatnya dampak dari amarah yang dilepaskan.

Bila kutitipkan dendamku pada gunung / Pastilah gunung melupakan api

Gunung, yang sering kali tenang namun menyimpan kekuatan besar di dalamnya, akan melepaskan api jika dendam dititipkan padanya. Api di sini melambangkan kemarahan yang tertahan dan siap meledak. Namun, di akhir bait, penyair menyiratkan bahwa gunung akan melupakan api, mungkin karena dendam itu begitu kuat hingga melebihi api yang tersimpan di dalam gunung.

Pilihan untuk Menyimpan Sendiri

Setelah menggambarkan bagaimana alam akan bereaksi terhadap perasaan yang dititipkan padanya, Mustofa Bisri kemudian menyatakan pilihan untuk menyimpan semua perasaannya sendiri:

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku / Dalam langit dadaku
Kusimpan sendiri badai resahku / Dalam angin desahku
Kusimpan sendiri gelombang geramku / dalam laut fahamku
Kusimpan sendiri.

Hal ini menunjukkan kekuatan dan keberanian penyair untuk menanggung semua perasaan tersebut sendirian. Langit dalam dadanya, angin desahnya, laut fahamnya—semuanya adalah metafora untuk menggambarkan bahwa penyair memilih untuk menginternalisasi perasaannya. Ini adalah bentuk penerimaan dan pengendalian diri, yang menunjukkan kedewasaan emosional.

Puisi "Bila Kutitipkan" karya Mustofa Bisri adalah refleksi dari perasaan manusia yang kompleks dan bagaimana mereka memilih untuk menangani emosi tersebut. Mustofa Bisri menggambarkan alam sebagai cerminan dari perasaan manusia, yang akan bereaksi dengan cara yang besar dan dramatik. Namun, pada akhirnya, ia memilih untuk menyimpan semua perasaan tersebut dalam dirinya sendiri, menunjukkan kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi kehidupan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita sendiri menangani emosi dan perasaan yang mendalam, dan mungkin, menemukan kekuatan untuk menyimpannya dalam diri kita sendiri.

Mustofa Bisri
Puisi: Bila Kutitipkan
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.