Puisi: Berdoa (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Berdoa" karya Rachmat Djoko Pradopo memberikan refleksi mendalam tentang hubungan antara doa dan ketidakberdayaan manusia. Dengan menekankan ..
Berdoa

Kita hanya bisa berdoa
padahal doa hanyalah doa
apakah Tuhan menggubrisnya
karena kita tak lain Cuma
titik-titik semut di tengah semesta

kita Cuma bisa berdoa
padahal, doa cuma doa
tak bisa mengangkat kita
dari kesengsaraan yang menimpa
tapi, kita cuma bisa berdoa
meski doa tak bisa
mengentas kita dari
segala kemalangan dan bencana.

Sumber: Tidur Tanpa Mimpi (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Berdoa" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah sebuah karya yang mendalami tema doa, ketidakberdayaan manusia, dan relasi antara individu dengan Tuhan. Melalui ungkapan sederhana namun mendalam, puisi ini menawarkan pandangan kritis tentang fungsi doa dalam menghadapi tantangan hidup.

Kesadaran tentang Keterbatasan

Puisi ini memulai dengan pernyataan "Kita hanya bisa berdoa, padahal doa hanyalah doa", yang menyoroti keterbatasan manusia dalam menghadapi situasi yang sulit. Pernyataan ini mencerminkan kesadaran akan keterbatasan doa sebagai alat yang tidak selalu membawa perubahan langsung dalam kehidupan.

Konteks Ketidakberdayaan

"Apakah Tuhan menggubrisnya karena kita tak lain cuma titik-titik semut di tengah semesta" menyiratkan perasaan kecil dan tidak signifikan di hadapan kekuatan yang lebih besar. Manusia dianggap sebagai "titik-titik semut", yang menunjukkan betapa kecilnya posisi manusia dalam skema besar semesta. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar pengaruh doa kita di mata Tuhan atau dalam konteks kosmik.

Doa sebagai Bentuk Ketidakberdayaan

Puisi ini terus menegaskan "kita cuma bisa berdoa, padahal doa cuma doa", menunjukkan bahwa meskipun doa mungkin tidak dapat mengubah keadaan, itu adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan manusia untuk mencari harapan atau penghiburan. Meskipun doa tidak memiliki kekuatan untuk "mengangkat kita dari kesengsaraan yang menimpa", ia tetap menjadi ekspresi dari harapan dan keputusasaan.

Perasaan Kesedihan dan Keputusasaan

Puisi ini mencerminkan "kesengsaraan" dan "kemalangan dan bencana" yang dihadapi oleh individu. Dengan kata-kata yang repetitif dan menekankan keterbatasan doa, penulis menyampaikan perasaan mendalam tentang ketidakberdayaan manusia ketika dihadapkan dengan penderitaan dan kesulitan.

Puisi "Berdoa" karya Rachmat Djoko Pradopo memberikan refleksi mendalam tentang hubungan antara doa dan ketidakberdayaan manusia. Dengan menekankan keterbatasan doa dalam mengatasi kesulitan hidup dan menyoroti posisi manusia sebagai bagian kecil dari semesta, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran doa dalam konteks yang lebih besar. Meskipun doa mungkin tidak selalu membawa perubahan yang diharapkan, ia tetap merupakan cara manusia untuk mengungkapkan harapan dan mencari penghiburan dalam menghadapi tantangan. Puisi ini menampilkan kejujuran emosional dan kesadaran yang mendalam tentang ketidakberdayaan, menjadikannya karya yang kuat dan relevan dalam konteks kehidupan dan spiritualitas.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Berdoa
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.