Puisi: Batas (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Batas" karya Mardi Luhung mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keterbatasan, keajaiban, dan spiritualitas.
Batas

Pemuda ganteng itu tak langsung pergi. Pelan-pelan sepasang sayapnya dilepas dan diletakkan di beranda. Katanya: "Izinkan sejenak aku rehat di sini. Sebelum kembali menghitung pada yang belum dihitung. Mencatat pada yang belum dicatat."

Aku mengernyit. Teringat tentang kisah para penggoda. Apakah pemuda ganteng itu juga salah satunya? Lalu pemuda ganteng itu tersenyum. Senyum yang begitu indah. Senyum yang seakan menjawab pada yang barusan aku pikir.

"Jangan takut. Aku tak menggoda," sela pemuda ganteng itu tiba- tiba. Aku kembali mengernyit. Tapi, di luar semuanya, aku melihat sepasang burung mungil turun. Terus beterbangan di atas kepalaku. Beterbangan dengan kicau bersambungan.

Sebelum rebah ke bangku, pemuda ganteng itu mengibaskan rambut ikalnya. Rambut ikal yang sebahu. Dan, akh, beribu kunang-kunang terang pun berhamburan dari rambut itu. Beribu kunang-kunang terang yang hanya hidup di dalam igau anak-anak.

Dan beribu kunang-kunang terang (yang menurut kabar) telah menjentrengkan tubuhnya sepanjang mungkin, bagi siapa saja yang percaya: "Selalu ada jalan lain menuju batas. Jalan yang bukan lagi urusan pikiran dan apa-apa yang dihasilkannya."

Gresik, 2018

Analisis Puisi:

Puisi "Batas" karya Mardi Luhung menyajikan sebuah narasi yang penuh dengan simbolisme dan refleksi. Puisi ini menggambarkan pertemuan antara penyair dengan seorang pemuda misterius yang tampaknya bukan dari dunia ini. Melalui percakapan dan pengamatan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna batas-batas dalam kehidupan, baik yang nyata maupun yang metaforis.

Kisah dan Karakter

  • Pemuda Ganteng dengan Sayap: Puisi ini dimulai dengan deskripsi seorang pemuda ganteng yang datang dan melepas sayapnya. Sayap sering kali melambangkan kebebasan, spiritualitas, atau kemampuan untuk melampaui batas-batas duniawi. Ketika pemuda tersebut melepaskan sayapnya, ia menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih manusiawi dan rentan.
  • Permintaan untuk Istirahat: Pemuda tersebut meminta izin untuk beristirahat sebelum melanjutkan tugasnya yang melibatkan penghitungan dan pencatatan. Ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang kehidupan dan pencapaian, dimana setiap orang membutuhkan waktu untuk berhenti dan merenung sebelum melanjutkan perjalanan mereka.
  • Penggoda atau Penolong: Penyair merasa curiga, mengingat cerita tentang para penggoda. Namun, senyuman pemuda itu dan penolakannya untuk menjadi penggoda menunjukkan bahwa ia mungkin adalah figur penolong atau pembimbing spiritual yang datang untuk memberikan pencerahan.

Simbolisme dan Makna

  • Burung Mungil: Kehadiran burung mungil yang beterbangan di atas kepala penyair bisa melambangkan kebebasan, harapan, dan koneksi dengan alam. Burung sering kali dianggap sebagai utusan atau simbol jiwa yang bebas.
  • Kunang-Kunang Terang: Ketika pemuda tersebut mengibaskan rambutnya, beribu kunang-kunang terang berhamburan. Kunang-kunang ini bisa melambangkan keajaiban, cahaya dalam kegelapan, dan impian anak-anak. Mereka memberikan rasa magis dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Jalan Lain Menuju Batas: Pemuda tersebut mengingatkan bahwa selalu ada jalan lain menuju batas. Ini bisa diartikan sebagai pesan bahwa batas-batas yang kita hadapi dalam kehidupan tidak selalu fisik atau logis. Ada jalan spiritual atau emosional yang bisa kita ambil untuk melampaui tantangan dan mencapai pemahaman yang lebih dalam.

Refleksi dan Interpretasi

  • Batas dalam Kehidupan: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang batas dalam kehidupan mereka sendiri. Batas bisa berupa keterbatasan fisik, mental, emosional, atau spiritual. Bagaimana kita menghadapinya dan mencari cara untuk melampaui batas tersebut adalah tema sentral dalam puisi ini.
  • Istirahat dan Renungan: Pesan tentang perlunya istirahat dan merenung sebelum melanjutkan tugas atau perjalanan adalah refleksi yang relevan dalam kehidupan modern yang serba cepat. Ini mengingatkan kita untuk mengambil waktu sejenak, mengevaluasi situasi, dan mempersiapkan diri sebelum melanjutkan.
  • Keajaiban dan Spiritualitas: Simbolisme kunang-kunang dan burung dalam puisi ini mengingatkan kita akan keajaiban dan keindahan yang sering kali kita lupakan dalam kesibukan sehari-hari. Mereka juga mengajak kita untuk mempertimbangkan aspek spiritual dalam kehidupan kita, dan bagaimana hal itu bisa membantu kita mengatasi batas-batas yang ada.
Puisi "Batas" karya Mardi Luhung adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan refleksi tentang batas-batas dalam kehidupan. Melalui narasi yang melibatkan pemuda misterius dengan sayap dan berbagai simbol alam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keterbatasan, keajaiban, dan spiritualitas. Pesan tentang pentingnya istirahat dan renungan sebelum melanjutkan perjalanan memberikan nilai penting dalam kehidupan yang sering kali penuh tekanan dan tuntutan. Melalui puisi ini, kita diajak untuk menemukan jalan lain menuju pemahaman dan pencerahan, melampaui batas-batas yang kita hadapi.

Mardi Luhung
Puisi: Batas
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.