Puisi: Bagong (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Bagong" karya Beno Siang Pamungkas menggambarkan bagaimana kesalahpahaman dan perbedaan dalam pandangan dapat menyebabkan ketegangan dan ...
Bagong
(: kucing yang ingin menjadi manusia)

Karena tekun menggambar sketsa ikan di salah satu mimpimu,
kamu menjadi salah mengerti

Kamu bilang, aku pantas menjadi kisah dalam satu dongeng
tentang dewa-dewa yang teraniaya

Kamu perlu belajar menghargai waktu, katamu
mengeja sejumlah mantra dan kosakata
sebelum waktu ada

Aku bosan,
kamu tak mengerti jalan pikiranku
kamu belum singgah
dalam malam insomniaku

Aku bosan,
harus selalu menjawab pertanyaan bodohmu.

2018

Analisis Puisi:

Puisi "Bagong" karya Beno Siang Pamungkas adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema ketidakpahaman, frustrasi, dan kebosanan dalam hubungan interpersonal melalui penggunaan bahasa yang puitis dan simbolis. Dengan gaya naratif dan reflektif, puisi ini menggambarkan ketegangan antara dua individu yang memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda.

Struktur dan Tema

Puisi ini dimulai dengan penekanan pada kesalahpahaman yang timbul akibat suatu tindakan atau kebiasaan:

"Karena tekun menggambar sketsa ikan di salah satu mimpimu, / kamu menjadi salah mengerti"

Kalimat ini memperkenalkan tema ketidakpahaman yang muncul dari aktivitas atau obsesi pribadi. Menggambar sketsa ikan dalam mimpi menggambarkan suatu bentuk kreativitas atau refleksi pribadi yang kemudian disalahartikan oleh orang lain. Ini menunjukkan bagaimana tindakan pribadi dapat menyebabkan misinterpretasi dan kesalahpahaman dalam hubungan.

"Kamu bilang, aku pantas menjadi kisah dalam satu dongeng / tentang dewa-dewa yang teraniaya"

Bagian ini menunjukkan bagaimana seseorang mungkin merasa bahwa mereka telah dikategorikan atau dianggap sebagai bagian dari cerita yang lebih besar dan mungkin tidak sesuai dengan realitas atau keinginan mereka. Menyebutkan "dewa-dewa yang teraniaya" memberikan nuansa dramatis dan mengindikasikan bahwa individu merasa diperlakukan secara tidak adil atau tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

Ketidakpahaman dan Frustrasi

Puisi ini melanjutkan dengan ekspresi frustrasi dan kebosanan terhadap ketidakpahaman orang lain:

"Kamu perlu belajar menghargai waktu, katamu / mengeja sejumlah mantra dan kosakata / sebelum waktu ada"

Di sini, penulis menunjukkan ketidakpuasan terhadap saran atau tuntutan yang dianggap tidak relevan atau tidak praktis. Menekankan pentingnya "menghargai waktu" dan "mengeja mantra" sebelum waktu ada mungkin menunjukkan bahwa saran tersebut dianggap tidak sesuai dengan realitas atau kebutuhan saat ini.

"Aku bosan, / kamu tak mengerti jalan pikiranku / kamu belum singgah / dalam malam insomniaku"

Bagian ini mengekspresikan rasa kebosanan dan frustrasi terhadap ketidakmampuan orang lain untuk memahami atau menghargai pengalaman dan perasaan pribadi penulis. Menyebutkan "malam insomniaku" menambah dimensi emosional, menunjukkan bahwa penulis telah mengalami penderitaan atau ketidaknyamanan yang tidak dipahami oleh orang lain.

"Aku bosan, / harus selalu menjawab pertanyaan bodohmu."

Di akhir puisi, penulis menekankan kebosanan yang datang dari harus menghadapi pertanyaan atau tuntutan yang dianggap tidak relevan atau bodoh. Ini menunjukkan ketidakmampuan untuk terhubung secara efektif dengan orang lain dan menyoroti perasaan frustrasi yang mendalam.

Puisi "Bagong" karya Beno Siang Pamungkas adalah eksplorasi mendalam mengenai ketidakpahaman, frustrasi, dan kebosanan dalam hubungan interpersonal. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan simbolis, penulis menggambarkan bagaimana kesalahpahaman dan perbedaan dalam pandangan dapat menyebabkan ketegangan dan rasa frustrasi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana tindakan dan kata-kata pribadi dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain, serta dampak emosional dari ketidakpahaman dan tuntutan dalam hubungan.

"Puisi: Bagong"
Puisi: Bagong
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.