Puisi: Anjing (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Anjing" karya Bakdi Soemanto mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan yang sering kali diabaikan dan merenungkan bagaimana individu dapat ...
Anjing

Seekor anjing hitam
memotong jalanan licin
musim penghujan.
Ia kuyub dan hitam
menandaskan benah.
Di pinggir jalan ia berhenti
dan menjilati tubuhnya.
Begitu terasa kurusnya
hitam dan kuyup dan terbuang.
Sudah dilupakan induknya
tak dikenal pula bapaknya
siapa pula pemiliknya.
Telanjang dan hitam
melintas dan menyusur jalanan.
Tatkala ia berpapasan
dengan anjing betina
digonggongnya.
Anjing yang hitam
dan kuyup itu
tak dikenal pula jenisnya.

Sumber: Kata (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Anjing" karya Bakdi Soemanto adalah sebuah karya yang menawarkan gambaran mendalam dan simbolis tentang kehidupan dan keterasingan. Dengan menggunakan anjing sebagai pusat narasi, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti keterasingan, kesepian, dan pencarian identitas.

Gambaran Anjing dalam Puisi

Puisi dimulai dengan deskripsi tentang seekor anjing hitam yang "memotong jalanan licin / musim penghujan." Anjing ini digambarkan sebagai "kuyub dan hitam," yang memberikan kesan visual yang kuat tentang kondisi dan penampilannya. Cuaca musim penghujan yang licin dan basah menambah kesan keterasingan dan kesedihan, menciptakan suasana yang muram dan penuh kesepian.

Keterasingan dan Kesepian

Anjing dalam puisi ini digambarkan sebagai "terasa kurusnya / hitam dan kuyup dan terbuang." Gambarannya yang kurus dan kuyup mencerminkan keadaan yang terabaikan dan kurang perhatian. Tidak hanya fisiknya yang menggambarkan keadaan terbuang, tetapi juga keadaan emosional dan sosialnya. "Sudah dilupakan induknya / tak dikenal pula bapaknya" menunjukkan bahwa anjing ini tidak memiliki ikatan atau koneksi dengan siapa pun, menjadikannya simbol dari keterasingan dan kekurangan afeksi.

Pertemuan dengan Anjing Betina

Ketika anjing ini "berpapasan / dengan anjing betina / digonggongnya," ada indikasi dari ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk berhubungan atau berinteraksi secara positif. Tindakan menggonggong anjing betina bisa diartikan sebagai bentuk kemarahan atau frustrasi, mungkin karena ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang berarti atau karena kondisi hidup yang keras.

Identitas dan Pengakuan

Anjing ini juga "tak dikenal pula jenisnya," yang menunjukkan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi atau menentukan jati dirinya. Anjing yang tidak memiliki identitas jelas, tidak dikenal atau dikenali oleh orang lain, mencerminkan tema pencarian identitas dan perasaan tidak terhubung dengan dunia di sekitarnya.

Makna Keseluruhan

Puisi "Anjing" mencerminkan tema besar tentang keterasingan dan pencarian identitas. Dengan menggambarkan anjing yang terbuang dan tidak dikenal, Bakdi Soemanto mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi hidup yang penuh kesepian dan keterasingan. Anjing dalam puisi ini menjadi simbol dari perasaan terabaikan dan tidak diakui, dan gambaran-gambaran tersebut memperkuat pesan tentang perjuangan untuk menemukan tempat dan identitas dalam dunia yang sering kali tampak tidak peduli.

Puisi "Anjing" karya Bakdi Soemanto adalah puisi yang penuh dengan makna dan simbolisme. Melalui deskripsi mendalam tentang seekor anjing yang terbuang dan tidak dikenal, puisi ini menyentuh tema-tema universitas tentang kesepian, keterasingan, dan pencarian identitas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan yang sering kali diabaikan dan merenungkan bagaimana individu dapat merasa terasing dan terabaikan dalam masyarakat yang luas dan kompleks.

Bakdi Soemanto
Puisi: Anjing
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.