Puisi: Ah (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Ah" karya Sutardji Calzoum Bachri penuh dengan ekspresi, memperlihatkan perjalanan spiritual dan pencarian identitas melalui penggunaan ...
Ah

                rasa yang dalam!
                datang Kau padaku!
            aku telah mengecup luka
            aku telah membelai aduhai!
            aku telah tiarap harap
            aku telah mencium aum!
            aku telah dipukau au!
        aku telah meraba
                    celah
                        lobang
                            pintu
        aku telah tinggalkan puri purapuraMu
                rasa yang dalam
rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina dari segala Anu puteri pesonaku!
datang Kau padaku!

    apa yang sebab? jawab. apa yang senyap? saat. apa
    yang renyai? sangsai! apa yang lengking? aduhai
    apa yang ragu? guru. apa yang bimbang? sayang.
    apa yang mau? aku! dari segala duka jadilah aku
    dari segala tiang jadilah aku dari segala nyeri
    jadilah aku dari segala tanya jadilah aku dari se-
    gala jawab aku tak tahu

siapa sungai yang paling derai siapa langit yang paling rumit siapa laut yang paling larut siapa tanah yang paling pijak siapa burung yang paling sayap siapa ayah yang paling tunggal siapa tahu yang paling tidak siapa Kau yang paling aku kalau tak aku yang paling rindu?

    bulan di atas kolam kasikan ikan! bulan di jendela
    kasikan remaja! daging di atas paha berikan bosan!
    terang di atas siang berikan rabu senin sabtu jumat
    kamis selasa minggu! Kau sendirian berikan aku!

                                Ah
                        rasa yang dalam
                aku telah tinggalkan puri purapuraMu

yang mana sungai selain derai yang mana gantung selain sambung yang mana nama selain mana yang mana gairah selain resah yang mana tahu selain waktu yang mana tanah selain tunggu
yang mana tiang
            selain
                Hyang
                    mana
                        Kau
                            selain
                                aku?
                          nah
                  rasa yang dalam
                  tinggalkan puri puraMu!
                  Kasih! jangan menampik
                  masuk Kau padaku!

Sumber: O Amuk Kapak (1981)

Analisis Puisi:

Puisi "Ah" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang penuh dengan ekspresi, memperlihatkan perjalanan spiritual dan pencarian identitas melalui penggunaan bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kaya.

Ekspresi Rasa yang Dalam: Judul "Ah" sendiri menciptakan kesan ekspresif dan mendalam. Kata ini dapat mencerminkan ekspresi kejutan, pengakuan, atau bahkan kekaguman terhadap keberadaan yang mendalam.

Simbolisme Sentuhan dan Raba: Penggunaan kata-kata seperti "mencium," "membelai," dan "meraba" membawa simbolisme sentuhan fisik dan spiritual, menciptakan gambaran tentang hubungan yang intens dan penuh perasaan.

Pergulatan Dalam Meraih Keberadaan: Puisi menggambarkan perjuangan untuk meraih keberadaan sejati melalui ungkapan "aku telah tinggalkan puri purapuraMu." Ini dapat diartikan sebagai meninggalkan segala hal yang palsu atau pura-pura dan mencari makna yang lebih dalam.

Pertanyaan-Pertanyaan Filosofis: Serangkaian pertanyaan filosofis seperti "siapa sungai yang paling derai?" dan "siapa Kau yang paling aku kalau tak aku yang paling rindu?" mengundang pembaca untuk merenungkan makna keberadaan dan keterhubungan dengan alam semesta.

Simbolisme Bulan dan Hari: Penggambaran bulan di atas kolam dan penulisan hari-hari dalam puisi menciptakan gambaran keberadaan yang terus bergerak dan berkembang sepanjang waktu.

Panggilan kepada Kasih dan Keberadaan Yang Sendirian: Panggilan kepada "Kasih" yang tidak menampik dan memasuki diri, serta pengakuan akan keberadaan yang sendirian, menyoroti kebutuhan akan hubungan sejati dan keberadaan yang bermakna.

Simbolisme Hyang dan Puri Pura: Puri purapura yang ditinggalkan dan simbolisme Hyang mengeksplorasi konsep spiritualitas dan pencarian akan yang transenden.

Penggunaan Kata "Ah": Kata "Ah" yang muncul secara berulang memberikan ritme dan intonasi pada puisi, menciptakan nada kejutan dan kekaguman.

Puisi "Ah" adalah karya yang memikat dengan kedalaman rasa, pertanyaan filosofis, dan simbolisme yang rumit. Sutardji Calzoum Bachri berhasil menggambarkan perjalanan batin yang penuh eksplorasi dan rindu akan keberadaan yang lebih dalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, identitas, dan keberadaan dalam konteks yang luas.

Puisi: Ah
Puisi: Ah
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.