Puisi: A Commemoration (Karya Medy Loekito)

Puisi "A Commemoration" karya Medy Loekito mengeksplorasi tema cinta, kehilangan, dan rasa takut melalui gambaran-gambaran yang kuat dan penuh makna.
A Commemoration

Betapa indah awal sebuah petaka
tatkala cinta dan berahi tak lagi punya batas
dan segumpal nilai seketika hilang makna
tidaklah menolong airmata terburai
atau merutuk gemawan yang terhentak seribu kaki kuda
hingga senja taklah lebih dari layar koyak
dendam perjalananmu membuatku terpana
namun pada akhirnya adalah tiada
dan tiba-tiba kutakut rindu.

1992

Sumber: In Solitude (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "A Commemoration" karya Medy Loekito adalah sebuah karya yang menyelami kompleksitas perasaan dan hubungan manusia melalui bahasa yang puitis dan simbolis. Dalam puisi ini, Medy Loekito mengeksplorasi tema cinta, kehilangan, dan rasa takut melalui gambaran-gambaran yang kuat dan penuh makna.

Struktur dan Tema

Puisi ini dimulai dengan penekanan pada keindahan awal dari sebuah tragedi atau petaka:

"Betapa indah awal sebuah petaka / tatkala cinta dan berahi tak lagi punya batas"

Pembukaan ini menciptakan kontras antara keindahan dan kehancuran, menunjukkan bagaimana sesuatu yang awalnya indah dapat berubah menjadi tragedi ketika cinta dan hasrat tidak memiliki batas. Ini mencerminkan paradoks dalam pengalaman emosional manusia, di mana kebahagiaan sering kali diikuti oleh kesedihan.

"dan segumpal nilai seketika hilang makna"

Bagian ini mengindikasikan bahwa nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang sebelumnya penting kini kehilangan maknanya ketika dihadapkan dengan perubahan drastis atau bencana.

Kesedihan dan Kekecewaan

Puisi ini kemudian menggambarkan bagaimana air mata dan kesedihan tidak dapat memperbaiki situasi:

"tidaklah menolong airmata terburai / atau merutuk gemawan yang terhentak seribu kaki kuda"

Kalimat ini menekankan ketidakmampuan perasaan dan tangisan untuk mengubah keadaan. Penyebutan "seribu kaki kuda" melambangkan kekuatan atau dampak yang sangat besar, mungkin merujuk pada kekacauan yang ditimbulkan oleh situasi tersebut.

"hingga senja taklah lebih dari layar koyak"

Di sini, senja atau akhir hari digambarkan sebagai sesuatu yang rusak dan tidak lagi memiliki keindahan atau makna. Ini menambah kesan bahwa perubahan atau tragedi telah menghilangkan keindahan yang ada sebelumnya.

Dendam dan Rindu

Puisi ini melanjutkan dengan mengekspresikan dampak emosional dari peristiwa tersebut:

"dendam perjalananmu membuatku terpana / namun pada akhirnya adalah tiada"

Penulis menyiratkan bahwa perjalanan atau pengalaman yang penuh dendam atau kebencian telah membuatnya terkejut atau terkesan, tetapi akhirnya tidak ada hasil yang berarti atau permanen.

Akhir puisi ini menunjukkan perubahan perasaan dari dendam menjadi rasa takut akan kehilangan atau kerinduan:

"dan tiba-tiba kutakut rindu."

Frasa ini menandakan bahwa, meskipun ada perasaan dendam atau kesedihan, pada akhirnya ada ketakutan akan kerinduan yang muncul. Ini menunjukkan perubahan dalam emosi dan bagaimana rasa takut akan kehilangan dapat muncul ketika kita menghadapi ketidakpastian.

Puisi "A Commemoration" karya Medy Loekito adalah puisi yang menyelidiki keindahan dan tragedi dalam hubungan manusia dengan cara yang mendalam dan puitis. Dengan penggunaan bahasa simbolis dan imajinatif, penulis menggambarkan bagaimana perasaan cinta, kesedihan, dendam, dan kerinduan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana perubahan emosional dan pengalaman hidup dapat mengubah cara kita melihat dunia dan hubungan kita dengan orang lain.

Puisi: A Commemoration
Puisi: A Commemoration
Karya: Medy Loekito
© Sepenuhnya. All rights reserved.