Kumpulan Puisi Bahasa Jawa
Karya Kang Thohir
(Part 3)
1.
Atmo iki kroso pontang-panting ing dalem ati
Semrawut nek dipikirke
Piambek maleh iki
Teko marang renjono dadi uripe
Nanging mung dikecewake
Asmoroloka diancurke songko Rahwono
Sang Dewi pun digowo lungo
Angkoro murko menyabet sukmo ing durgo
Tresno iki mung koyo esate bayu segoro
2.
Wong lagi sungkan-sungkane apa-apa ya sungkan
Nek wong becik ngain solusi lan motivasi
Ojo mung gawe emosi
Lan ojo gawe wong lara ati
Indik-indik maen blok
Yo gadine aku emosi oh cok
Wong pikirane lagi semrawut yo sekali-kali ngibur dirilah
Mugane aku sering introvert sih
3.
Aku iseh kelingan pas aku nganterna kowe ring mbahmu
Aku ra weruh dalan sing dituju
Aku yo digoblogi neng sliramu
Seko dalan tak turuti
Sampe tekan ngumah tujuane, tapi aku yo seh diprenguti
Yo aku sadar diri, aku seh kalah gagahe karo mantan-mantanmu kuwi
Opo maneh aku sing ra tau mana-mana
Mung dadi sawang sinawang karo tangga
4.
Aku mandeng sliramu koyo lintang paling gemerlip ing moto
Senadyan aku pas kuwi rung kenal karo sliramu
Eh, pancaran kuwi merasuk ing dodo
Duh, adem lan tentrem yen ndelok kowe
Bagus atine, ayu rupane
Haniem iku jenenge
5.
Aku yo pernah nolak ajakanmu ring pantei
Kerono aku repot ngurusi pegawean neng ngumah
Nanging opo kowe malah lungo karo lanangan liyo
Mesra-mesraan neng pinggir pantei
Malah berselfi-selfi
Gawe aku loro ati
Mergo aku dugal pas nikahan
Tekan ijab kobul seh ngrundel
Mugane aku turune neng obinan
6.
Wong saiki terlalu intervensi urusane wong liya, wong urusane dewek beh ora diurusi ka, ngurusi wong liya. Kayong jengkel aku tah, hem! Ngger aja provokasi sing ora-ora. Wes lah, mumet!
Brebes, 14 Agustus 2024
Analisis Puisi:
Kumpulan puisi bahasa Jawa karya Kang Thohir menyajikan refleksi mendalam mengenai kehidupan, emosi, dan hubungan manusia. Dalam kumpulan puisi ini, Kang Thohir menggabungkan elemen-elemen budaya Jawa dengan tema-tema universal, menciptakan karya yang kaya akan makna dan resonansi emosional.
1. Puisi Pertama
"Atmo iki kroso pontang-panting ing dalem ati"
Puisi yang pertama mengungkapkan rasa sakit hati dan kebingungan yang mendalam. Dengan bahasa yang penuh nuansa emosional, puisi ini menggambarkan bagaimana perasaan hati menjadi kacau dan tidak teratur.
Frasa "Atmo iki kroso pontang-panting ing dalem ati" (Hati ini terasa berputar-putar di dalam hati) menunjukkan betapa dalamnya penderitaan yang dirasakan penulis.
Selain itu, "Tresno iki mung koyo esate bayu segoro" (Cinta ini hanya seperti es yang diterpa angin laut) mengilustrasikan cinta yang tidak kekal, mudah hancur dan tak berharga seperti es yang meleleh. Puisi ini menekankan ketidakstabilan dan kesedihan yang dialami ketika cinta dan harapan hancur.
2. Puisi Kedua
"Wong lagi sungkan-sungkane apa-apa ya sungkan"
Puisi ini menyoroti ketidakmampuan orang untuk mencari solusi dan motivasi dalam situasi sulit. Penulis mengkritik kebiasaan orang yang hanya menambah beban emosional tanpa memberikan solusi nyata.
Kalimat "Ojo mung gawe emosi" (Jangan hanya membuat emosi) menunjukkan keinginan penulis agar orang berhenti menciptakan masalah baru dan lebih fokus pada solusi.
Penggunaan istilah "indik-indik maen blok" (seolah-olah bermain blok) menambahkan rasa frustrasi dan kekacauan mental yang dirasakan penulis. Puisi ini mencerminkan kesadaran penulis tentang kebutuhan untuk introspeksi dan pemulihan pribadi.
3. Puisi Ketiga
"Aku iseh kelingan pas aku nganterna kowe ring mbahmu"
Puisi ini menggambarkan pengalaman penulis ketika mengantar seseorang ke rumah nenek mereka. Dengan mengakui ketidaktahuan dan kebodohan dalam perjalanan, penulis menunjukkan rasa kesadaran dan penyesalan.
Kalimat "Aku ra weruh dalan sing dituju" (Aku tidak tahu jalan yang harus ditempuh) mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian.
Selain itu, "Yo aku sadar diri, aku seh kalah gagahe karo mantan-mantanmu kuwi" (Aku sadar diri, aku kalah dibandingkan mantan-mantanmu) menunjukkan rasa rendah diri dan kesadaran akan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang lain. Puisi ini mengungkapkan rasa kecewa dan keraguan diri dalam konteks hubungan dan perbandingan.
4. Puisi Keempat
"Aku mandeng sliramu koyo lintang paling gemerlip ing moto"
Puisi ini mengungkapkan kekaguman dan kekaguman penulis terhadap seseorang. Dengan menggunakan metafora "koyo lintang paling gemerlip ing moto" (seperti bintang paling bersinar di mata), penulis menyampaikan kekaguman mendalam terhadap keindahan dan pesona orang tersebut.
"Duh, adem lan tentrem yen ndelok kowe" (Oh, nyaman dan tenang ketika melihatmu) mencerminkan perasaan damai dan bahagia yang dirasakan ketika berada di dekat orang yang dikagumi. Puisi ini menyoroti perasaan cinta dan kekaguman yang mendalam.
5. Puisi Kelima
"Aku yo pernah nolak ajakanmu ring pantei"
Puisi ini mengisahkan tentang penolakan terhadap ajakan untuk pergi ke pantai, yang kemudian diikuti oleh rasa sakit hati ketika mengetahui bahwa orang yang dicintai pergi dengan orang lain. "Mesra-mesraan neng pinggir pantei" (bermesraan di tepi pantai) menunjukkan rasa sakit dan pengkhianatan yang dirasakan penulis ketika orang yang dicintai menghabiskan waktu dengan orang lain.
Perasaan dikhianati dan penyesalan digambarkan dengan jelas melalui "Gawe aku loro ati" (membuat hatiku terluka). Puisi ini mengungkapkan konflik emosional dan rasa sakit yang datang dari perasaan ditinggalkan.
6. Puisi Keenam
"Wong saiki terlalu intervensi urusane wong liya"
Puisi ini mengkritik kecenderungan orang untuk mencampuri urusan orang lain dan mengabaikan masalah mereka sendiri. "Wong urusane dewek beh ora diurusi ka, ngurusi wong liya" (Orang yang urusannya sendiri tidak diurus, malah mengurusi urusan orang lain) menunjukkan frustrasi terhadap sikap tersebut.
"Ngger aja provokasi sing ora-ora" (Jangan memprovokasi hal-hal yang tidak perlu) menekankan ketidakpuasan penulis terhadap intervensi dan provokasi yang tidak konstruktif. Puisi ini mencerminkan kebosanan dan kejengkelan terhadap perilaku masyarakat yang terlalu sibuk dengan masalah orang lain.
Kumpulan puisi bahasa Jawa karya Kang Thohir menawarkan wawasan mendalam tentang pengalaman emosional dan refleksi pribadi penulis. Dengan bahasa yang kaya dan penuh makna, puisi-puisinya mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, penyesalan, pengkhianatan, dan kritik sosial. Melalui penggunaan metafora, simbolisme, dan narasi pribadi, Kang Thohir berhasil menyampaikan pesan yang kuat dan menyentuh tentang pengalaman manusia dan dinamika hubungan.
Karya Kang Thohir
Biodata Kang Thohir:
- Kang Thohir, merupakan nama pena dari Muhammad Thohir/Tahir (biasa disapa Mas Tair), lahir di Brebes, Jawa Tengah.
- Kang Thohir suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD sampai masuk ke Pondok Pesantren. Ia menulis puisi, cerpen dan lain sebagainya.