Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Ziarah (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Puisi "Ziarah" karya Ari Pahala Hutabarat menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang mencari makna hidup dan penghiburan di akhir usianya.
Ziarah
:guru sekumpul

ke taman mawar dan langit lapis tujuh
kumpulkan aku denganmu, penghulu
di bandar ini aku bertamu
usai usia mengalir menjauh
seperti hujan pertama tiba tergesa
setelah empat puluh hari tertunda
di bandar aku mengadu
ngigau ingin kau agar merayu

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Ziarah" karya Ari Pahala Hutabarat adalah sebuah karya sastra yang mendalam dan penuh makna. Melalui puisi ini, Hutabarat menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang mencari makna hidup dan penghiburan di akhir usianya. Dengan bahasa yang kaya akan simbolisme, puisi ini menawarkan pandangan tentang ziarah sebagai sebuah proses introspeksi dan refleksi mendalam.

Taman Mawar dan Langit Lapis Tujuh

Puisi ini dibuka dengan gambaran "taman mawar dan langit lapis tujuh," yang memberikan nuansa mistis dan spiritual. Taman mawar sering kali melambangkan keindahan, cinta, dan kedamaian, sementara langit lapis tujuh dapat diartikan sebagai tingkatan spiritualitas atau surga dalam beberapa tradisi keagamaan. Gambaran ini mencerminkan tujuan akhir dari ziarah, yakni mencari kedamaian dan makna yang lebih tinggi dalam hidup.

Penghulu dan Bandar

"Penghulu" dalam puisi ini mungkin merujuk pada figur religius atau pemimpin spiritual yang diharapkan dapat memandu dan memberikan penghiburan. "Di bandar ini aku bertamu" menggambarkan bahwa penulis merasa seperti tamu di dunia ini, yang hanya sementara dan mencari sesuatu yang lebih abadi. Bandar bisa diartikan sebagai dunia atau tempat persinggahan sementara sebelum mencapai tujuan spiritual yang sesungguhnya.

Usia yang Mengalir Menjauh

"Usai usia mengalir menjauh" mencerminkan perjalanan waktu yang tak terhindarkan, di mana usia terus berlalu dan mendekatkan seseorang pada akhir hidupnya. Frasa ini menggambarkan kesadaran akan kefanaan dan pencarian makna di tengah perjalanan hidup yang terus bergerak maju.

Hujan Pertama dan Penundaan

"Seperti hujan pertama tiba tergesa setelah empat puluh hari tertunda" menggambarkan momen pencerahan atau kelegaan yang datang setelah penantian panjang. Hujan pertama sering kali melambangkan kesegaran, pembaruan, dan harapan baru. Penundaan selama empat puluh hari mungkin merujuk pada periode refleksi atau penantian spiritual sebelum akhirnya mencapai pencerahan.

Ngigau dan Rayuan

"Di bandar aku mengadu, ngigau ingin kau agar merayu" menggambarkan keinginan penulis untuk mendapatkan penghiburan dan kasih sayang. Kata "ngigau" menunjukkan keadaan setengah sadar atau mimpi, di mana penulis berharap untuk dibujuk dan dirayu oleh figur spiritual atau penghulu. Ini mencerminkan kerinduan mendalam untuk mendapatkan bimbingan dan ketenangan dalam perjalanan spiritualnya.

Puisi "Ziarah" karya Ari Pahala Hutabarat adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang mencari makna hidup dan penghiburan di akhir usianya. Melalui simbolisme yang kaya, seperti taman mawar, langit lapis tujuh, penghulu, dan hujan pertama, puisi ini menawarkan pandangan mendalam tentang ziarah sebagai proses introspeksi dan refleksi. Hutabarat berhasil menangkap kompleksitas perjalanan spiritual dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup serta mencari kedamaian dan pencerahan dalam perjalanan mereka sendiri.

Simbolisme

  • Taman Mawar: Melambangkan keindahan, cinta, dan kedamaian yang menjadi tujuan akhir ziarah.
  • Langit Lapis Tujuh: Menggambarkan tingkatan spiritualitas atau surga, menunjukkan pencarian makna yang lebih tinggi.
  • Penghulu: Figur religius atau pemimpin spiritual yang memberikan bimbingan dan penghiburan.
  • Bandar: Dunia sebagai tempat persinggahan sementara sebelum mencapai tujuan spiritual.
  • Usia Mengalir Menjauh: Kesadaran akan kefanaan dan perjalanan waktu yang terus bergerak maju.
  • Hujan Pertama: Melambangkan kesegaran, pembaruan, dan harapan setelah penantian panjang.
  • Ngigau dan Rayuan: Keinginan mendalam untuk mendapatkan bimbingan dan ketenangan dari figur spiritual.
Puisi "Ziarah" adalah puisi yang menggugah pemikiran dan perasaan, mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dan mencari kedamaian dalam perjalanan spiritual mereka. Ari Pahala Hutabarat berhasil mengungkapkan kompleksitas ziarah dan pencarian makna dengan bahasa yang kaya dan penuh simbolisme, memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan spiritual dan eksistensi manusia.

Ari Pahala Hutabarat
Puisi: Ziarah
Karya: Ari Pahala Hutabarat

Biodata Ari Pahala Hutabarat:
  • Ari Pahala Hutabarat (akrab disapa Ari atau Ucok) lahir pada tanggal 24 Agustus 1975 di Palembang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.