Tulisan Nama di Batu
Kalau kau datang kemari
di sini bayang nama yang redam redup
tolong, taburkan di atasku cahaya hidup
rasanya gelap terkubur tertelungkup
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Tulisan Nama di Batu" karya Darwanto merupakan sebuah karya yang penuh dengan makna mendalam, menyentuh tema-tema tentang kehidupan, kematian, dan harapan akan keberadaan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menawarkan refleksi tentang bagaimana seseorang ingin dikenang dan diperlakukan setelah kematiannya.
Struktur Puisi
Puisi ini memiliki struktur yang ringkas dan langsung, terdiri dari satu bait dengan empat baris yang menggambarkan keadaan tokoh dalam suasana yang melankolis. Setiap barisnya terhubung dengan tema sentral tentang keinginan untuk dikenang dan diakui setelah kematian.
Gaya Bahasa
- Deskripsi Visual: Darwanto menggunakan deskripsi visual yang kuat untuk menciptakan gambaran yang jelas tentang kondisi tokoh. Misalnya, "di sini bayang nama yang redam redup" memberikan citra tentang sebuah nama yang pudar dan hampir tidak terlihat, mencerminkan perasaan terlupakan atau kurang diperhatikan.
- Metafora dan Simbolisme: "Tulisan nama di batu" adalah metafora untuk keberadaan yang kekal dan ingatan yang akan bertahan meskipun waktu berlalu. Batu sering kali melambangkan kekekalan dan ketahanan, sementara tulisan di atasnya melambangkan usaha untuk meninggalkan jejak atau memori.
Keinginan untuk Dikenang
Puisi ini mencerminkan keinginan mendalam seseorang untuk dikenang bahkan setelah kematian. Dengan menyebut "bayang nama yang redam redup", Darwanto menunjukkan kekhawatiran bahwa nama dan ingatan seseorang akan memudar seiring waktu, tidak lagi memiliki kekuatan atau kehadiran yang berarti.
- Kekhawatiran tentang Pelupaan: "Bayang nama yang redam redup" menunjukkan kekhawatiran bahwa identitas dan keberadaan seseorang akan terlupakan, seperti nama yang pudar di atas batu. Ini mencerminkan perasaan takut akan ketidakmampuan untuk meninggalkan jejak yang berarti di dunia ini.
Harapan akan Cahaya
Tokoh dalam puisi meminta "cahaya hidup" untuk ditaburkan di atasnya. Ini adalah simbol harapan agar keberadaannya tidak hanya dikenang tetapi juga dihargai dan diterangi, bahkan setelah kematian.
- Simbol Cahaya: Dalam konteks puisi, cahaya melambangkan kehidupan, pengakuan, dan harapan. Permintaan untuk "taburkan di atasku cahaya hidup" adalah permohonan agar keberadaan dan identitasnya diterangi dan dikenali, meskipun setelah ia tidak lagi ada.
Kesedihan dan Ketidakberdayaan
Puisi ini juga menggambarkan perasaan kesedihan dan ketidakberdayaan. Frasa "rasanya gelap terkubur tertelungkup" menunjukkan betapa tokoh merasa tertekan dan tertutup oleh kegelapan dan ketidakberdayaan, mengungkapkan kesedihan mendalam dan rasa terasing.
- Kegelapan dan Terkubur: Kegelapan dan perasaan terkubur mencerminkan rasa terasing dan kehilangan harapan. Ini adalah ekspresi dari ketidakmampuan untuk mencapai pengakuan atau cahaya hidup yang diharapkan.
Emosional
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana seseorang ingin dikenang dan dihargai. Dengan gaya bahasa yang emosional dan metafora yang kuat, Darwanto menciptakan suasana yang melankolis dan reflektif. Pembaca diundang untuk merasakan kekhawatiran dan harapan tokoh, serta merenungkan makna hidup dan kematian.
Puisi "Tulisan Nama di Batu" karya Darwanto adalah sebuah karya yang mengungkapkan keinginan mendalam untuk dikenang dan dihargai setelah kematian. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, Darwanto berhasil menyampaikan tema tentang kekhawatiran akan pelupaan dan harapan akan pengakuan melalui simbolisme yang kuat dan deskripsi emosional. Puisi ini menawarkan refleksi yang mendalam tentang bagaimana seseorang berharap akan dikenang dan diakui, bahkan setelah ia tidak lagi ada di dunia ini.
Karya: Darwanto
Biodata Darwanto:
- Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.