Puisi: Terlepas (Karya A.A. Navis)

Puisi "Terlepas" karya A.A. Navis menggambarkan perasaan keterasingan, kehampaan, dan kehilangan arah dalam hidup.
Terlepas

Kalau dunia mulai dirasa hampa
sinar mentari tidak lagi berwaktu tiba
siang, malam, pagi dan petang
tiada lagi yang dapat dirancang.

Terkaparlah dia atas punggungnya
merajut khayal terbang mengawang
menyatukan mentari, bulan dan bintang
pada cakrawala.

Bila tikar lusuh berkepinding
menyerang tubuh telentang
ke dunia hampa lagi dia terbanting
pecahlah khayal yang mengawang.

Terjelma jemu yang membosankan
yang menyuntuk akal memecah angan
mulut berbusa memanggil maut
mengambil sendiri terasa takut.

Berderak derik laras keseimbangan
antara polos dan telanjang di ruang hampa
tak menentu duka tak ketemu suka
menjalari hidup lepas ingatan.

9 Februari 1950

Analisis Puisi:

Puisi "Terlepas" karya A.A. Navis menggambarkan perasaan keterasingan, kehampaan, dan kehilangan arah dalam hidup. Melalui bahasa yang melankolis dan metafora yang kuat, Navis menyelami pengalaman batin seseorang yang terjebak dalam kekosongan dan kerinduan akan makna.

Penggunaan Imajinatif dan Metafora

  • Dunia yang Hampa: Puisi ini dibuka dengan gambaran dunia yang terasa hampa, di mana sinar matahari tidak lagi memiliki jadwal yang pasti. Ini adalah metafora untuk kehidupan yang kehilangan makna dan keteraturan.
  • Merajut Khayal: Frasa ini menggambarkan usaha manusia untuk mencari penghiburan dan makna melalui imajinasi dan mimpi. "Menyatukan mentari, bulan dan bintang" menunjukkan upaya untuk menciptakan dunia yang sempurna dalam pikiran.
  • Tikar Lusuh: Tikar lusuh yang "berkepinding" dan menyerang tubuh telentang menggambarkan kondisi hidup yang keras dan penuh penderitaan, yang pada akhirnya memaksa seseorang kembali ke realitas yang menyakitkan.

Kontras Antara Khayal dan Realitas

  • Khayalan yang Mengawang: Dalam kondisi terkapar, individu tersebut menciptakan dunia khayalan yang indah dan sempurna. Ini adalah bentuk pelarian dari kenyataan yang pahit.
  • Kembali ke Realitas: Ketika khayalan itu pecah, individu tersebut kembali terhempas ke dalam dunia yang membosankan dan menyakitkan, menunjukkan kontras yang tajam antara dunia khayalan dan realitas yang keras.

Struktur Bait

  • Bait Pertama: Menggambarkan kehampaan dan kehilangan arah.
  • Bait Kedua: Memaparkan pelarian ke dunia khayalan sebagai upaya mencari penghiburan.
  • Bait Ketiga dan Keempat: Kembali ke realitas yang menyakitkan dan penuh dengan kebosanan serta ketidakpastian.
  • Bait Kelima: Menggambarkan perasaan terjebak antara polos dan telanjang di ruang hampa, mencerminkan kehilangan makna dan arah dalam hidup.

Kehampaan dan Kehilangan Arah

  • Makna Kehampaan: Kehampaan yang digambarkan dalam puisi ini merujuk pada perasaan kehilangan makna dan arah dalam hidup. Sinar matahari yang tidak lagi berwaktu tiba melambangkan ketiadaan harapan dan tujuan.
  • Pelarian ke Dunia Khayalan: Upaya untuk menciptakan dunia khayalan menunjukkan kebutuhan manusia untuk mencari penghiburan dan makna di tengah-tengah kehampaan dan kesulitan.

Realitas yang Menyakitkan

  • Kembali ke Kenyataan: Kembali ke realitas yang keras dan menyakitkan setelah khayalan pecah menunjukkan ketidakmampuan untuk melarikan diri sepenuhnya dari kenyataan.
  • Konflik Batin: Ada konflik batin yang mendalam antara keinginan untuk melarikan diri dan kenyataan yang memaksa individu tersebut untuk menghadapi penderitaan.

Ketidakpastian dan Keputusasaan

  • Derik Laras Keseimbangan: Frasa ini menggambarkan ketidakpastian hidup yang terus-menerus menggoyang keseimbangan antara harapan dan keputusasaan.
  • Kehidupan yang Terlepas: Hidup yang terlepas dari ingatan mencerminkan kondisi di mana seseorang kehilangan kendali dan makna, serta merasa terasing dari kehidupan itu sendiri.

Emosional

Puisi ini menimbulkan perasaan melankolis dan introspektif. Dengan menggambarkan dunia yang hampa dan penuh dengan kebosanan serta ketidakpastian, A.A. Navis mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi batin yang sering kali tersembunyi di balik kehidupan sehari-hari.

Puisi "Terlepas" adalah sebuah puisi yang kuat dan mendalam, menggambarkan pergulatan batin antara realitas yang keras dan khayalan sebagai pelarian sementara. Melalui penggunaan metafora yang kaya dan bahasa yang melankolis, A.A. Navis berhasil menyampaikan perasaan keterasingan, kehampaan, dan ketidakpastian yang sering kali menghantui manusia. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menghadapi kenyataan, meskipun penuh dengan penderitaan, dan mencari makna serta keseimbangan dalam hidup.

A.A. Navis
Puisi: Terlepas
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.