Puisi: Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan" karya M. Aan Mansyur menggambarkan dinamika hubungan cinta yang penuh dengan ...
Tentang Sepasang Kekasih
Yang Melintas
Bergandengan Tangan

Kelak aku seorang asing
bagimu. Wajahku gunung, tidak
tampak puncaknya karena tertutup
kabut....atau pameran tak kukenal
dalam film-film noir yang dipenuhi
kepulan asap kretek.

Ketika kaucoba menyusun
wajahku. Kau seakan-akan
membaca puisi Sulvia Platih pada
pukul tiga pagi. Kau tidak bisa
tidur dan aku satu-satunya
nyawa yang bisa kauhirup sebelum
berangkat ke kantor.

Kelak suatu sore kau berdiri di
depanku. Bumi bergetar sendiri
karena memberat oleh keheningan
yang tidak bisa kita tampung.

Kauingat ketika
mencintaiku segampang
menghirupembuskan napas. Aku
berhenti merokok karena
tidak tega melihat dadamu
nyeri. Aku mengganti parfum
beraroma ayahmu yang mati oleh
peluru nyasar polisi. Aku lebih rajin
memotong kuku. Aku mengurangi
waktu main Twiter dan game
online yang tidak kautahu namanya.

Ke mana-mana kaugenggam
jariku. Kaurasakan jantung kita
berkedut kecil di telapak tanganmu
yang mudah basah. Ketika aku
diam, kau menghitung dalam hati.
Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.
Enam.
Kau tersenyum menyadari jantung
kita adalah penyanyi dan musik
pengiring yang serasi.

Lalu kau tiba-tiba menemukan
kesimpulan. Cinta adalah hidangan
di atas meja. Pelan-pelan dingin
dan kau tidak lagi lapar.

Kelak aku seorang asing bagimu.
Tidak lebih satu wajah entah siapa
tersesat di keramaian karnaval.

Namun, sejak itu, kau tak mampu
menyanyi atau menghitung sesuatu
tanpa merasakan jari-jariku
menggelitik jantungmu.

Aku kembali menghisap kretek
sembari mengenang dadamu yang
sering mendadak minta diantar ke
rumah sakit.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan" karya M. Aan Mansyur merupakan karya yang menggambarkan dinamika hubungan cinta yang penuh dengan kerumitan dan keintiman. Dalam puisi ini, M. Aan Mansyur mengeksplorasi tema tentang keintiman, keterasingan, dan perubahan dalam sebuah hubungan melalui penggunaan metafora dan simbolisme yang kuat.

Struktur Puisi

Puisi ini memiliki struktur bebas yang memungkinkan penulis untuk mengeksplorasi tema dengan lebih fleksibel. Tidak ada pola rima, yang memberi ruang bagi penulis untuk mengekspresikan ide dan emosi dengan cara yang lebih bebas dan natural.

Gaya Bahasa dan Metafora

M. Aan Mansyur menggunakan berbagai metafora dan simbol untuk menggambarkan hubungan cinta dalam puisi ini:
  • "Wajahku gunung, tidak tampak puncaknya karena tertutup kabut": Menggambarkan bagaimana penampilan luar seseorang bisa menyembunyikan kedalaman atau kompleksitas sebenarnya, seperti halnya gunung yang puncaknya tersembunyi oleh kabut.
  • "Pameran tak kukenal dalam film-film noir yang dipenuhi kepulan asap kretek": Menggambarkan suasana misterius dan suram yang sering kali menyelimuti hubungan, di mana realitas dan persepsi bercampur aduk.
  • "Cinta adalah hidangan di atas meja. Pelan-pelan dingin dan kau tidak lagi lapar": Menggunakan metafora makanan untuk menggambarkan bagaimana cinta bisa berubah menjadi sesuatu yang kurang menggugah setelah masa-masa awal yang penuh gairah.

Tema dan Makna

  • Keterasingan dan Keintiman: Puisi ini mengangkat tema tentang bagaimana seseorang yang pernah sangat dekat bisa menjadi asing seiring berjalannya waktu. Penyair menggambarkan dirinya sebagai "seorang asing" di masa depan, menunjukkan pergeseran dalam hubungan yang awalnya sangat intim namun kemudian menjadi jarang atau tidak dikenali.
  • Perubahan dalam Hubungan: Puisi ini juga mengeksplorasi bagaimana hubungan berubah seiring waktu. Pada awalnya, penyair dan kekasihnya memiliki keintiman yang dalam, tetapi seiring waktu, perasaan dan pengalaman berubah, dan hubungan tersebut menjadi kurang berarti atau bahkan dingin.
  • Pengorbanan dan Kompromi: Ada elemen pengorbanan dan kompromi dalam hubungan yang digambarkan dalam puisi ini. Penyair menunjukkan perubahan dalam kebiasaan pribadi—seperti berhenti merokok, mengganti parfum, dan mengurangi waktu di media sosial—untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan perasaan pasangan.
  • Kenangan dan Keterikatan: Meskipun hubungan tersebut mungkin berubah menjadi sesuatu yang dingin dan asing, kenangan dan keterikatan tetap ada. Penyair merasa bahwa meskipun mereka mungkin menjadi asing satu sama lain, kenangan dari hubungan tersebut tetap membekas dan mempengaruhi cara mereka merasa dan berperilaku.

Emosional

  • Keterasingan dan Kerinduan: Penyair merasakan keterasingan yang mendalam, yang kontras dengan keintiman yang dulu ada. Kerinduan untuk kembali ke masa-masa ketika hubungan masih segar dan penuh gairah sangat terasa.
  • Kesadaran dan Penerimaan: Penyair menunjukkan kesadaran tentang perubahan dalam hubungan dan mencoba menerima kenyataan bahwa cinta yang dulu sangat berarti kini menjadi sesuatu yang tidak lagi memuaskan. Penerimaan ini, meskipun sulit, adalah bagian dari perjalanan emosional yang digambarkan dalam puisi.
  • Kenangan dan Nostalgia: Ada rasa nostalgia yang kuat dalam puisi ini, terutama ketika penyair mengenang kebiasaan dan perasaan dari masa lalu. Kenangan ini memberikan rasa kedekatan yang kontras dengan keterasingan saat ini.
Puisi "Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan" oleh M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif tentang perubahan dalam hubungan cinta. Dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang kaya, M. Aan Mansyur menggambarkan bagaimana keintiman dan keterasingan dapat bersatu dalam sebuah hubungan yang penuh dengan dinamika dan perubahan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana cinta bisa berubah seiring waktu dan bagaimana kenangan dan pengalaman masa lalu tetap mempengaruhi kita, meskipun hubungan itu mungkin telah berubah atau menjadi asing.

M. Aan Mansyur
Puisi: Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.