Puisi: Televisi (Karya Darwanto)

Puisi "Televisi" karya Darwanto menggambarkan potret seorang lelaki tua yang sangat tergantung pada televisi sebagai sumber hiburan dan informasi ...

Televisi


Ia adalah fanatik kelas kakap televisi.
"Televisi baru ini adalah sebenar-benar tayangan," kata lelaki tua itu sembari duduk di kursi
ia tak pernah ketinggalan rokoknya sambil ngebul menghisap acara televisi
dan kalau minggu pagi
ia menjadi berapi-api
melihat tayangan tinju yang paling digemari
kalau acara televisinya berganti
ia tampak ngakak terbahak-bahak
melihat pelawak itu menari-nari
berita itu juga informasi terkini
musik itu selingan tak berarti
iklan itu juga ia tak ambil peduli
istri dan anak-anaknya suka memandang aneh
kalau ia bereaksi dan beraksi di depan layar televisi
kalau acara bola tiba, itu yang paling dinanti-nanti
kalau tak bisa mencetak gol, pemainnya bisa dimaki-maki
kalau timnya yang kalah, ia jadi marah-marah sendiri
sinetron itu juga acara pengganti
atau yang ada adu baku tembaknya
ia bisa tahan seharian melototi televisi
kabarnya, lelaki tua itu kemarin di ruang inap di rumah sakit
dan meninggal di sana setelah beberapa hari
sayang, sekarang ia tidak bisa menyaksikan televisi kesayangannya itu lagi.

2024

Analisis Puisi:

Puisi "Televisi" karya Darwanto menggambarkan potret seorang lelaki tua yang sangat tergantung pada televisi sebagai sumber hiburan dan informasi dalam hidupnya. Puisi ini tidak hanya mencerminkan perubahan sosial dan teknologi dalam masyarakat, tetapi juga mengangkat tema tentang isolasi, ketergantungan, dan efek media pada kehidupan sehari-hari.

Tema dan Makna

Tema utama dari puisi ini adalah ketergantungan pada televisi sebagai pusat hiburan dan informasi. Melalui gambaran seorang lelaki tua yang fanatik terhadap televisi, Darwanto mengeksplorasi bagaimana media elektronik dapat mempengaruhi perilaku dan kehidupan seseorang. Selain itu, puisi ini juga menyentuh tema isolasi dan ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar, yang terlihat dari reaksi istri dan anak-anak lelaki tua tersebut yang merasa aneh dengan kebiasaannya.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur naratif yang jelas, menggambarkan keseharian lelaki tua tersebut dengan detail yang hidup. Penggunaan repetisi, seperti frasa "televisi" dan deskripsi perilaku lelaki tua, membantu menekankan ketergantungannya yang ekstrem terhadap televisi. Gaya bahasa yang digunakan sederhana namun efektif, membuat pembaca dapat dengan mudah memahami dan membayangkan situasi yang digambarkan.

Simbolisme

  • Televisi: Televisi dalam puisi ini bukan hanya alat elektronik, tetapi simbol dari ketergantungan dan pelarian dari realitas. Bagi lelaki tua, televisi adalah pusat dunia dan satu-satunya sumber kebahagiaan dan hiburan.
  • Rokok: Rokok yang selalu menemani lelaki tua tersebut saat menonton televisi melambangkan kebiasaan buruk yang terikat dengan ketergantungan pada televisi. Ini juga menggambarkan kebiasaan yang sulit dihilangkan.
  • Acara TV (Tinju, Pelawak, Berita, Musik, Iklan, Bola, Sinetron): Berbagai jenis acara yang ditonton oleh lelaki tua ini menggambarkan bagaimana televisi memenuhi berbagai kebutuhan emosionalnya, dari hiburan hingga informasi, namun tetap tidak menggantikan interaksi manusia yang nyata.

Karakterisasi dan Emosi

Karakter lelaki tua dalam puisi ini digambarkan dengan sangat kuat. Ia adalah seorang yang fanatik dan obsesif terhadap televisi, sampai-sampai reaksinya terhadap acara yang ditontonnya menjadi pusat kehidupannya. Emosi yang tercermin dalam puisi ini adalah campuran antara antusiasme dan keterasingan. Antusiasme lelaki tua terlihat dari reaksinya terhadap berbagai acara TV, sementara keterasingan muncul dari reaksi aneh istri dan anak-anaknya yang merasa terpisah dari dunia lelaki tua tersebut.

Pesan dan Kritik Sosial

Puisi ini menyampaikan pesan tentang bahaya ketergantungan yang berlebihan pada media elektronik dan bagaimana hal tersebut dapat mengisolasi seseorang dari realitas dan hubungan sosial yang nyata. Darwanto mengkritik bagaimana media, terutama televisi, dapat menjadi pelarian yang berlebihan hingga seseorang mengabaikan kehidupan dan orang-orang di sekitarnya. Lelaki tua dalam puisi ini menggambarkan individu yang terjebak dalam dunia televisi, yang pada akhirnya menyebabkan ia kehilangan makna hidup dan koneksi dengan keluarganya.

Puisi "Televisi" karya Darwanto adalah sebuah puisi yang menggambarkan ketergantungan ekstrem pada televisi dan dampaknya terhadap kehidupan individu dan hubungan sosialnya. Melalui karakter lelaki tua yang fanatik terhadap televisi, puisi ini mengeksplorasi tema isolasi, ketergantungan, dan kritik sosial terhadap pengaruh media dalam kehidupan sehari-hari. Darwanto berhasil mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana media dapat menguasai hidup seseorang dan pentingnya menjaga keseimbangan antara hiburan dan realitas.

Darwanto
Puisi: Televisi
Karya: Darwanto

Biodata Darwanto:
  • Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.
© Sepenuhnya. All rights reserved.